54. Human Kingdom vs. The Ruthven Family

1.3K 242 75
                                    

"Tidak bisa dibiarkan!"

"Ini penghinaan namanya!"

"Kita harus membalaskan mendiang Raja Johanes the Eight."

"Sebelum itu, ada baiknya jika melantik raja yang baru terlebih dahulu."

"Kau masih bisa mengatakan hal itu di saat genting seperti ini?!"

"Bukan salahku jika perebutan kekuasaan bisa saja terjadi di sela-sela pembalasan dendam kita. Lebih baik melantik raja baru untuk kemudian membalaskan dendam mendiang raja kita."

"Jika seperti itu, maka siapa yang akan kita lantik?"

"Bukankah sudah jelas? Johanes the Ninth yang paling berhak atas tahkta baru."

"Bukankah pangeran lainnya juga berhak atas tahkta itu?"

"Jangan bercanda. Tak ada satu pun yang umurnya lebih cocok kecuali Pangeran Johanes the Ninth." Tidak ada yang cocok umurnya karena memang semuanya telah dibunuh ketika Johanes the Ninth dilahirkan agar tidak ada perebutan kekuasaan. Hal ini menjadikan Pangeran Johanes the Ninth menjadi putra raja yang tertua.

Perdebatan terus saja berlanjut seolah mereka menyampingkan perihal kematian raja yang harus diantarkan ke peristirahatan terakhirnya dengan cepat. Hanya setelah dua hari perdebatan berlangsung, barulah jasad raja dikuburkan di kuburan para royalty paling tinggi. Sebuah kuburan yang berada pada hutan tepat di belakang istana Human Kingdom. Pembangunan makam yang menelan ribuan jiwa pekerja dan puluhan batu permata yang dipahat di dinding selalu menguatkan kesan mewah yang terlalu berlebih-lebihan hanya untuk sebuah area pemakaman.

Di sisi lain, Ren dan Kaia sedang berjalan-jalan di depan Ruthven Castle dengan diikuti 4 kurcaci kecil yang menolak untuk lepas dari orangtua mereka setelah makan malam. "Istana kita . . . tidak ada apa-apanya dibanding istana Kerajaan Manusia," keluh Ren yang melihat arsitektur luar dari istananya. Ia sangat menyayangkan kenapa eksterior dari istananya dalam game tidak ikut ke dunia ini juga?! Ia menghabiskan ribuan dollar untuk membeli berbagai ornamen dan hiasan istana untuk meng-upgrade tampilan luar istananya ke level yang paling mentok.

Kaia lalu tertawa kecil. "Kenapa harus iri? Pembangunan eksterior istana kita akan resmi dimulai besok. Uang hasil lelang cukup banyak sehingga kita bisa menyicil bahan-bahan bangunan. Untuk para pekerja, Al bilang jika dia yang akan mengurus itu."

"Ya, lebih baik menggunakan undead untuk membangun dibanding orang-orang asli yang kenal lelah."

"Undead? Para tengkorak itu?" tanya Didi yang masih belum selesai memakan kue bakpianya di tangan kanan, masih ada stok bakpia lain di tangan kiri.

"Ya," jawab Ren sambil lalu. Didi selalu banyak tanya jika dia bertanya dengannya. Namun Ren merasa tidak perlu khawatir lagi, sekarang ia tahu bagaimana cara membuat anak biadab itu tidak banyak bicara! "Jika bakpiamu habis, bilang sama Ayah. Ini, Ayah masih punya stok." Ren menunjukkan sebuah kantung kecil yang sepertinya berisi 5-7 buah bakpia aneka isi.

"Baik, Ayah!"

'Tuh kan! Dia tidak banyak bicara,' bangga Ren dalam hatinya.

"Ayah, Kiki mau sekolah."

Pernyataan Kiki membuat Ren dan Kaia sontak berbalik cepat. "Nak, kamu baru bisa masuk Taman Kanak-Kanak ketika berusia 20 tahun." Kaia membujuk Kiki.

"Ibu, itu batas usia untuk para non-human." Kiki melihat bagaimana anak-anak yang berangkat ke sekolah tadi di jalan sangat senang. Mereka diantar jemput oleh ayah atau ibu mereka. Kiki juga ingin begitu.

Menyadari kesalahan, Kaia lalu tertawa kecil. Namun sebelum ia bisa membujuk Kiki agar dengan sabar menunggu satu tahun lagi, suara Didi dan Gigi tiba-tiba menerobos. "Tidaaak!"

KinglessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang