30. Help Them as What My Wife Said

1.7K 249 54
                                    

"Segel telah terbuka, jadi ke mana kalian akan pergi?" tanya Ren yang menggendong Didi. Anaknya terlihat baru saja dilahirkan dari seminggu yang lalu, tapi Ren menggendong anak itu dengan meletakkan kepalanya di bahunya dan ia yang menahan tubuh anak itu dengan satu tangan.

Di sisi lain, Didi justru menikmati dirinya yang menyandarkan kepalanya di bahu sang ayah. Ia sedang tidur.

Mendengar pertanyaan Ren, beberapa keluarga yang memiliki pria dan wanita muda saling melirik satu sama lain. "Kami memilih untuk berkelana dan mencari tempat tinggal yang baru," jawab salah satu pria yang terlihat sangat pintar.

Kaia mengangguk mendengar pernyataan dari pria muda itu. "Lalu bagaimana dengan yang lainnya?" tanyanya pada sisa warga yang memilih untuk belum menjawab.

"Kami ingin bekerja dan menghasilkan uang, namun terlalu takut untuk melakukan perjalanan. Lihatlah, hanya ada orangtua dan anak kecil di keluargaku." Salah satu wanita berujar dengan wajah sedih. "Tapi kami juga tidak ingin tinggal di sini karena kami tahu jika tempat ini telah ketinggalan peradabannya dan telah tersegel selama ribuan tahun."

Apa yang wanita itu katakan memang benar. Segel naga bersifat melindungi namun juga membuat orang-orang di dalamnya tidak bisa keluar dari segel.

"Chéri¹, bagaimana menurutmu?" Ren menatap Kaia.

¹French = Sweetheart

Kaia berpikir dalam. Setelah beberapa saat, ia melihat ke arah Ren. "Bisa kita bicara berdua sebentar?" tanya Kaia.

"Maka masuklah ke dalam rumah dan kami semua akan menunggu di sini," balas pak tua sebelum Ren bisa menyetujui pertanyaan Kaia.

Sehingga Kaia dan Ren yang masih menggendong Didi masuk ke dalam rumah pak tua dan mulai bertanya. "Aku sebenarnya punya ide, tapi aku tidak tahu jika kau akan setuju atau tidak."

"Apa itu, Chéri? Katakan padaku. Seberapa sulit pun permintaanmu akan kukabulkan sampai aku mampu."

"Bagaimana jika kita membuat negara kita sendiri?" tanya Kaia tiba-tiba. "Istana kita terletak di sebuah hutan tanpa pemilik. Kita bisa membangun negara kita sendiri dengan membuat beberapa rumah dan jalanan. Kita bisa mengumpulkan orang-orang yang tidak lagi memiliki tempat untuk tinggal di negara kita sendiri. Bagaimana menurutmu?"

Ren terdiam. Dari kehidupannya yang lalu, ia tidak pernah berpikir untuk membuat negaranya sendiri. Ia tidak pernah memikirkan urusan orang lain seperti apa yang Kaia ajukan padanya. "Chéri, aku . . . tidak yakin."

"Apa yang tidak kau yakini, Ren?"

"Membuat negara membutuhkan tanggung jawab yang besar. Selain tanggung jawab, ada juga perekonomian yang perlu dipertimbangkan. Istana kita belum sepenuhnya terbangun, bagaimana kita bisa menghidupi mereka?"

Kaia tersenyum meyakinkan. Ia tahu jika Ren akan memikirkan hal ini. "Aku tidak bilang kita harus membangun jalan dan rumah sekarang, kita bisa menggunakan istana kita untuk menampung orang-orang yang tidak ingin bepergian untuk sementara waktu. Lagipula, mereka tidak hanya tinggal diam dan tidak melakukan apapun. Kita bisa memperkerjakan mereka dan menggaji mereka sesuai dengan apa yang mereka kerjakan. Aku masih butuh pengecek kualitas di bagian pertanian. Semua sayur dan buah harus dicek kualitasnya agar kita bisa memanjakan konsumen. Dan semua undead yang selama ini kita pekerjakan tidak bisa melakukan hal itu.

"Tidak hanya pengecek kualitas sayur dan buah, kita juga bisa mempekerjakan mereka di divisi lain sementara kita membangun negara kita sendiri. Ren, aku tidak akan memaksamu untuk langsung menyetujui saranku. Aku juga sangat sadar akan tanggung jawab, ekonomi, dan aspek lain yang akan sangat mempengaruhi pembentukan negara yang kumaksud. Kau tidak perlu terburu-buru, mari melangkah pelan-pelan dan hidup dengan nyaman bersama anak-anak."

KinglessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang