Selama Ren masih pemilik sah Istana Ruthven, ia bisa dengan leluasa memantau setiap sudut istana dengan mudah. Kini semua orang menunggu di Ruang Takhta sembari menonton pergerakan apa yang akan dilakukan oleh Keluarga Gregory itu terhadap keluarganya.
"Aku sangat mengkhawatirkan Kiki." Di kehidupan terakhirnya, bajingan itu tidak menggunakan anak-anaknya sebagai sandera. Namun kali ini, dia berani menggunakan anaknya sebagai tameng untuk melancarkan akal buruknya. Ren tidak habis pikir. Ini adalah masalah orang dewasa, kenapa harus menggunakan cara kotor dengan melibatkan anak-anak? Hal itu sudah menyalahi rasa kemanusiaannya-meski Ren yang sekarang bukan lagi manusia biasa.
"Child's Father, tenang. Kita semua sama sedih dan khawatirnya, tapi mari berpikir jernih dan menemukan cara bagaimana menyelamatkan anak kita."
Mendengarkan saran istrinya, Ren menarik Kaia masuk ke dalam pelukannya. Mereka berdua tidak bisa kalut bersama, minimal ada salah satu di antara mereka yang berpikiran jernih. Sepintar apapun Kiki, dia hanyalah anak-anak. Memikirkan bagaimana rasa takut sedikit demi sedikit menyelimuti tubuh kecilnya, Ren menjadi semakin marah dan marah. "Kita tunggu sampai mereka datang dan aku akan mengambil anakku kembali."
Tidak lama.
Hanya sekitar sejam kemudian, gerombolan Keluarga Gregory datang. Brown, Green, dan Hazel memimpin di depan sekelompok orang-orang yang berjalan dengan angkuh.
"Katakan tujuanmu." Sistem Istana Ruthven mulai bekerja ketika mereka berniat memasuki gerbang.
Amarah Ren dan Kaia harus bisa ditelan bulat-bulat begitu melihat bagaimana cara Hazel membawa putra mereka. Kiki dililit dengan tali, anak kecil itu lalu digantung dengan sebuah tongkat yang disampirkan di atas bahu Hazel. Melihat Kiki yang diperlakukan seperti seekor binatang-lebih tepatnya, binatang buruan, napas Ren menjadi berat. Hanya sedikit lagi sampai amarah itu meledak. Kesalahan apa yang dilakukan oleh anaknya sampai bisa mendapatkan penghinaan yang seperti ini?! "Bajingan!" geram Ren di bawah kuasa amarah.
"Ren, tenang!" tegur Kaia yang merasakan jika amarah Ren terlalu membara dan lepas kendali. "Anak kita sendirian di sana, kalau kau seperti ini, anak kita bisa terjebak dalam bahaya. Mengerti?!" Kaia sama khawatirnya, namun yang terpenting sekarang adalah bagaimana caranya agar putranya bisa diselamatkan tanpa luka sedikit pun.
"Hei, Ren!" panggil Hazel meremehkan. Ren tidak gila panggilan, meski orang-orang tidak ingin memanggilnya Raja Ren, ia tidak akan marah karena baginya itu tidak terlalu penting. Yang terpenting adalah bagaimana nada orang memanggilnya. Di sini adalah tanahnya, jika ia tidak dihormati, alangkah lebih baiknya pergi selagi Ren memintanya dengan baik-baik. Hanya saja apa yang dilakukan Hazel baru saja benar-benar melukai harga dirinya.
"Apa maumu?" balas Ren yang telah terhubung dengan penghantar suara yang berada di gerbang.
"Apa kau buta? Aku membawa anakmu yang berharga. Jika kau ingin anakmu selamat dan tidak terluka. Izinkan kami masuk dan matikan semua jebakan di setiap lantai." Hazel menawar sembari menggoyang-goyangkan Kiki ke kiri dan ke kanan melalui tongkat kayunya.
Hal yang dilakukan oleh Hazel sontak membuat anarah Ren sedikit meletup. Anaknya bukan binatang, dia tidak pahtas diperlakukan seperti itu. "Lepaskan anakku dan aku akan mengizinkanmu masuk." Ren mencoba bernegosiasi. Ia tidak peduli lagi, yang terpenting saat ini adalah keselamatan putranya.
"Dan kau akan menusukku dari belakang? Apa kau pikir aku bodoh?! Permintaanmu kutolak!"
Ujaran Hazel sangat merendahkan Ren. Sekelompok orang yang mengikutinya justru tertawa terbahak mendengarkan celotehan Hazel. Warga sekitar yang menonton dari jauh menjadi sangat marah. Mereka tidak terima semua penghinaan yang diberikan oleh orang ini pada keluarga kerajaan. Mereka ingin bertindak tapi takut gegabah karena pangeran kecil mereka tergantung di ujung tongkat. Permintaan Raja ditolak oleh orang biasa, sungguh dosa besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kingless
PertualanganBerparas menawan, tinggi semampai, hingga berbudi luhur. Apalagi yang bisa diharapkan oleh Ren dari sosok Kaia? Bahkan Kaia masih terus mengejarnya dan melindunginya sampai saat terakhirnya. Karma mungkin sedang tertawa padanya, menamparnya dengan f...