Kaia menatap pantulan dirinya di depan cermin. Menimbang penampilannya sebelum akhirnya memberanikan diri untuk keluar dari tendanya bersama Ren.
Setibanya Kaia di hadapan semua orang, semua adik iparnya menatapnya dengan pandangan kaget. Rambut hitam legam indah dan super halus milik kakak ipar mereka berubah menjadi rambut hitam yang bergelombang. Hal ini sukses membuat ketujuh pasang mata itu melirik ke seorang gadis yang memiliki rambut bergelombang alami dengan warna legam yang sama.
Kaia sedang meniru Monza.
Namun tidak satu pun dari adik iparnya ingin mengingatkannya.
'Model rambut baru dapat mengubah suasana,' pikir mereka positif.
Ren yang juga menyadari rambut lurus Kaia berubah menjadi bergelombang hanya bisa menaikkan salah satu alisnya bingung. "Ada apa denganmu?" tanya Ren pada Kaia. Monza yang duduk di sampingnya kini ikut menatap Kaia juga.
"Aku . . . aku hanya sedang bosan dengan model rambut lamaku," jawab Kaia cepat.
Satu hal yang Kaia tidak ketahui adalah di kehidupan sebelumnya, ia juga pernah melakukan ini. Kaia meniru model rambut Monza dengan harapan Ren bisa meliriknya. Di kehidupan itu, Kaia gagal. Bukannya tertarik, Ren justru menghinanya karena berusaha mencuri identitas orang lain.
Ren hanya tidak mengerti, kenapa Kaia memilih untuk menggunakan metode yang sama mengingat sekarang dia sudah menikah dengannya? Tidak perlu menjadi orang lain lagi saat ini.
Mengabaikan model rambut Kaia, Ren kemudian mengambilkan sepotong daging asap pedas untuk Monza. "Makanlah."
"Terima kasih," jawab Monza dengan senyuman manis.
Kaia yang menatap perilaku itu segera berujar, "aku juga ingin daging asap pedas." Matanya terus menatap Ren dengan tatapan tersipu.
"Maka ambillah." Ren mendorong piring yang berisi daging asap pedas dekat dengan piring Kaia dan melanjutkan makannya.
Dengan linglung, Kaia mengambil daging asap pedas itu sendiri dan meletakkannya di piringnya. Sebelum ia memasukkan daging itu ke dalam mulutnya, gerakannya tiba-tiba ditahan oleh Al. "Kakak Ipar, daging ini sangat pedas. Lebih baik tidak memakannya."
Kaia tidak bisa makan pedas.
Tapi Monza sangat suka makanan pedas.
"Aku bisa memakan ini, jangan khawatir." Kaia memasukkan daging itu cepat ke dalam mulutnya dan mengunyahnya tanpa pamrih. Ia terus mengunyah dan mengunyah, mengabaikan rasa kelu di lidahnya yang tersengat pedasnya rasa cabai. Wajah Kaia memerah dengan buliran keringat yang muncul satu persatu.
Al yang ingin menghentikan Kaia lagi segera dipotong oleh Cass. "Daging itu terlihat enak, aku juga mau."
"Aku juga," ujar Esther segera mengambil daging.
"Aku juga mau." Oz tidak mau kalah.
"Aku pun." Slora mengambil potongan kecil karena ia juga tidak terlalu bisa menolerir rasa pedas.
"Jangan lupakan aku." Ajax juga mengambil dengan cepat.
"Aku yang paling suka daging di sini." Jurado si pemakan segala.
Melihat adiknya, Al akhirnya mengerti. Mereka sengaja menghabiskan daging asap pedas itu agar Kaia tidak bisa memaksakan dirinya lagi. Potongan terakhir segera Al masukkan ke dalam piringnya sendiri.
Dengan mata merah berair menahan tangis karena kepedasan, Kaia segera meminum segelas air dan memakan hidangan lain yang bisa menetralisir rasa terbakar di lidahnya.
Makan malam selesai, waktunya beristirahat.
"Aku ingin tidur dengan Ren," ujar Monza dan menatap Ren dengan tatapan memohon. "Aku masih sangat trauma dengan apa yang terjadi padaku terakhir kali. Hampir diperkosa oleh banyak orang membuatku ketakutan jika sendirian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kingless
AdventureBerparas menawan, tinggi semampai, hingga berbudi luhur. Apalagi yang bisa diharapkan oleh Ren dari sosok Kaia? Bahkan Kaia masih terus mengejarnya dan melindunginya sampai saat terakhirnya. Karma mungkin sedang tertawa padanya, menamparnya dengan f...