Ketika Ren dan Kaia sedang bersantai di kamar mewah mereka, seorang pekerja hotel mengetuk pintu kamar mereka. "Ada apa?" tanya Kaia ramah tanpa langsung membuka pintu.
"Tuan, ada seorang Tuan yang mencari Anda," ujar pekerja hotel di luar.
Kaia sengaja tidak membukakan pintu langsung, ia takut jika orang di luar memiliki niat buruk terhadapnya atau keluarganya. "Siapa?" tanyanya kemudian.
Ada jeda sebentar, sepertinya pekerja hotel bertanya pada sosok yang meminta pertemuan dengan mereka. Ren dan Kaia saling melirik satu sama lain, mereka membiarkan Didi dan Gigi bermain sendiri di atas ranjang. "Tuan Joseph."
Alis Ren menyatu dengan jelek. Ia tidak menyangka jika keluarganya akan dikejar sampai sejauh ini. Sebelum menjawab, Ren mendengus sebentar untuk menyalurkan rasa kesalnya. "Katakan padanya jika kami tidak ingin bertemu."
"Ah, Ren." Suara lain selain pekerja hotel kemudian terdengar di luar pintu. "Ini aku Joseph, suami Vernon."
Apa yang Joseph katakan membuat Kaia cemberut. "Vernon telah dimakamkan dengan layak, kau tidak perlu khawatir."
"Berkaitan dengan itu . . . aku sangat berterima kasih. Hanya saja," jeda kembali muncul dari bibir Joseph.
Jeda demi jeda terus terjadi setiap Joseph berbicara. Hal ini mengantarkan fakta jika Joseph sangat gugup dan kebingungan.
"Pergi," geram Ren.
"Kaia," panggil Joseph kali ini. Ia sangat yakin dengan otak keras kepala milik Ren dan tidak berani memaksakan kehendaknya lagi. Tidak ingin menyerah begitu saja, ia segera beralih ke Kaia. "Aku tahu aku salah, tapi . . . izinkan aku untuk berdoa di makam Vernon sekali saja."
"Pergilah, Joseph." Kaia berujar dengan lembut. Ia tahu sekarang kenapa Vernon bisa sangat menyukai Joseph. Jikalau Vernio tidak muncul, mereka mungkin bisa hidup bahagia bersama sampai sekarang.
"Kumohon, aku akan tetap di sini sampai aku mendapatkan persetujuan kalian."
Joseph sangat keras kepala. Ren terganggu. Ia lalu membuka pintu dan siap memarahi Joseph dengan garang. Meski Kaia menahan dengan memeluknya, itu tidak akan menyurutkan niatnya untuk menyudutkan Joseph. Namun setelah membuka pintu, mereka harus sangat dikejutkan dengan kondisi Joseph saat ini. Belum cukup seminggu kepergian Vernio, tapi Joseph terlihat 100 tahun lebih tua!
Melihat Ren dan Kaia yang membuka pintu, Joseph lalu bersujud dengan kepala menyentuh lantai di hadapan mereka. Dengan cepat Kaia menyuruh pekerja hotel pergi dan membawa Joseph masuk ke kamar mereka. Baru saja pintu ditutup, Joseph kembali bersujud dengan posisi yang sama. "Ada apa denganmu?!" marah Ren. Ia benar-benar sangat kesal!
"Kumohon, biarkan aku bertemu dengannya."
"Jika kami mengatakan tidak, apa yang akan kau lakukan?" Kaia sebenarnya merasa kasihan, namun ketika ia mengingat Vernon yang harus mengikhlaskan segelanya, ia lalu mengeraskan hatinya.
"Kaia," mohon Joseph. "Aku menyesal. Biarkan aku berdoa di makam Vernon. Aku mohon." Ia lalu bersujud lagi dan lagi. Memohon tepat di kaki Ren dan Kaia.
'Vernon, apakah ini yang kau inginkan?' sedih Kaia di dalam hati.
Joseph sebenarnya adalah pria yang baik. Tidak mungkin Vernon begitu cinta padanya jika pria itu tidak baik. Tapi kenapa? Kaia tidak mengerti. Kenapa Joseph berubah setelah bertemu dengan Vernio? Bahkan melihat pria ini begitu buruk setelah kepergian Vernon membuat pikiran Kaia semakin kacau.
"Ibu?" panggil Gigi dari belakang mereka.
"Ayah!" panggil Didi sembari memeluk kaki kiri Ren.
Mata Joseph yang melihat penampakan Gigi terlihat linglung untuk sesaat. Gigi berambut merah membara seperti si kembar Vernon dan Vernio. Bahkan dari ketiga anaknya dengan Vernio, tidak satupun dari mereka yang berambut merah. Semuanya berambut biru muda seperti miliknya. Namun bayi kecil yang kini ada di belakang kaki Kaia berambut merah dan bermata biru seperti dirinya. "D-d-dia?" gagap Joseph. Ia berusaha mengingat apakah Vernon hamil sebelumnya dan tidak mengatakan apa-apa padanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kingless
AdventureBerparas menawan, tinggi semampai, hingga berbudi luhur. Apalagi yang bisa diharapkan oleh Ren dari sosok Kaia? Bahkan Kaia masih terus mengejarnya dan melindunginya sampai saat terakhirnya. Karma mungkin sedang tertawa padanya, menamparnya dengan f...