Kaia terbangun di tamannya. Salah satu hadiah terbesar yang pernah Ren berikan kepadanya, Heaven Garden yang berada di lantai teratas dari Istana Ruthven. "Kenapa aku bisa terbangun di sini?" tanya Kaia pada dirinya sendiri.
Tidak ingin ambil pusing, Kaia segera bangkit dan mulai merawat kembali tanamannya. Menyiram, memotong, dan membuang gulma adalah hal yang sudah sangat biasa untuknya. Setelah selesai merawat semua tanaman yang Ren hadiahkan untuknya, Kaia sedikit bersantai dengan menikmati teh di pagi hari.
"Kaia," panggil sebuah suara dari arah pintu, Ren.
"Ada apa, Ren?" tanya Kaia dan memanggil Ren untuk duduk di hadapannya. Ia lalu menuangkan secangkir teh untuk sang suami.
"Monza ingin menggunakan taman ini."
Tangan Kaia segera berhenti menuangkan teh dan mencoba menatap Ren. "Tapi, taman ini adalah hadiah untukku."
Ren menghela napasnya pelan. "Toh ini hanya taman, aku bisa membuatkan yang lain untukmu di lain hari."
"Ini tamanku, Ren," cicit Kaia dengan hati yang sedih.
"Kalau begitu, bagaimana jika mengizinkan Monza memakai taman ini bersama? Dia tidak akan membuat masalah untukmu."
Kaia tidak punya pilihan selain harus menerima. Taman yang awalnya eksklusif hanya untuk dirinya sendiri, kini juga dimiliki oleh orang lain. Ia harus membaginya dengan mimpi buruknya dalam menarik perhatian sang suami. Ia menghabiskan banyak waktu di taman ini guna menatap semua tanaman yang Ren dan adik-adiknya bawakan untuknya. Hanya pada saat itu ia tersadar, satu tanamannya hilang.
Sebuah tanaman berbentuk bunga yang juga menjadi penawar untuk racun di dalam tubuhnya, Mawar Kehidupan. Ia ingat ketika Ren membawa tanaman ini untuknya setelah pria itu kembali dari membasmi monster di sebuah jurang yang dalam. Tapi kini tanaman itu hilang.
Ren tidak pernah tertarik pada tanaman-tanaman yang ada di Heaven Garden. Adik-adik iparnya tidak pernah memiliki keberanian untuk menyentuh bahkan mencuri tanaman yang di sini. Satu-satunya nama yang muncul segera membuatnya merasa gelisah. Dengan cepat, ia segera mengangkat bagian bawah hanfu putihnya dan berjalan di sisi lain Heaven Garden. "Kau!" murkanya setelah melihat bahwa seorang wanita sedang menumbuk bunga berwarna putih secara serampangan.
"Apa yang kau lakukan di sini?" marah Monza karena ia merasa bahwa privasinya telah diganggu.
"Apa yang kau lakukan dengan bunga itu?!" Hati Kaia serasa diremas, penawar untuk racunnya semakin jauh dari harapannya.
"Aku mendapatkannya."
"Kau mendapatkannya di tamanku! Taman milikku!"
"Ren mengatakan aku bisa mengambil apapun dari tamanmu, jadi apa masalahmu?! Pergi dari sini dan jangan ganggu aku!"
"Ren . . . mengatakan itu?"
"Ada apa di sini sebenarnya? Kenapa kalian begitu berisik?" Ternyata Ren berbaring di sebuah kursi tanpa Kaia sadari.
"Tanyakan padanya! Kenapa dia begitu tidak tahu diri dan menganggu privasiku!" Monza lanjut menumbuk Mawar Kehidupan milik Kaia.
"Ren, kau . . . bagaimana bisa kau mengizinkannya masuk ke tamanku? Dia mengambil tanaman milikku. Siapa yang akan tahu jika saja aku bisa terbunuh tanpa tanaman itu?"
Alis Ren segera bertaut tidak senang. "Kenapa kau bisa mati hanya karena salah satu tanamanmu diambil oleh Monza? Itu hanya tanaman. Aku bisa mencarikanmu lebih banyak nanti."
Hati Kaia terluka. Mawar Kehidupan adalah salah satu tanaman penting yang diperlukan untuk membuat penawar racun yang ada di tubuhnya. Tanpa tanaman Kunci Surga dan Neraka, bagaimana ia bisa membuat penawarnya jika tanaman Mawar Kehidupan juga tidak ada? "Ren," keluh Kaia tidak habis pikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kingless
AdventureBerparas menawan, tinggi semampai, hingga berbudi luhur. Apalagi yang bisa diharapkan oleh Ren dari sosok Kaia? Bahkan Kaia masih terus mengejarnya dan melindunginya sampai saat terakhirnya. Karma mungkin sedang tertawa padanya, menamparnya dengan f...