-𝑘𝑎𝑠𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑙𝑒 𝑤𝑎𝑡𝑎𝑠ℎ𝑖-

4.6K 756 50
                                    





dikit doang :)




-Happy reading 🍁
-sorry for typo(s)






Rafan's

"Ini siapa yang ngide dateng ke rumah sih, ganggu waktu tidur siang bocil gua aja etdah"

Adrian menggerutu sambil nimang si bungsu, soalnya yang paling muda itu si paling maung dan rewel kalo waktu tidurnya keganggu

"Bang drian kata gua mah, dia yang ngide ngajak karyawan sama temen-temen lu ke rumah, soalnya udah tau lu punya akal bulus buat ngehindar dari traktiran hepibedey" timpal Lian, di pangkuannya ada si kecil Agam

"Yang ada mah yang ulang tahun di traktir, emang ngadi-ngadi banget sodara gua mah"

"Apapun yang terjadi, ayo kita lanjutkan party ini!! Cil ayo semanghattt party sama om, kajjaa!!"

Si kembar langsung meringis, turun dari pangkuan om, juga dari gendongan papa, "kajjaaa!!" Tirunya

"Hai tante cantik"

"Buset, tadi aja menjep menjep itu bibir, sekarang udah genit aja, Asaa jangan deket-deket papa ian deh mulai sekarang" ujar Temi, yang mendapat tatapan bingung dari si bungsu Rafan

"Loh——"

"Mulai lagi, konspirasi apalagi yang akan engkau utarakan wahai Rafana, lelah ayahmu ini"

"Enggak papa, Asaa cuman mau bilang loh doang hehe. Om Temi papa itu kecoa ya?"

"Hah?"

Asaa mengangguk, menatap satu persatu wajah orang dewasa yang kebingungan, "iya, Asaa itu enggak boleh deket-deket sama kecoa, soalnya kata papa banyak kuman, terus kata om Temi kan Asaa enggak boleh deket-deket papa, berarti papa kecoa kan"

"Papa enggak tiup lilin?" Potong Aileen yang udah mandangin cake ulang tahun di meja, membuat si bungsu mendengus kecil juga mengerucutkan bibirnya

"Ileen, Asaa lagi tanya tau, jangan di potong, enggak sopan"

"Hehe peace dede"

Sebelum Asaa berteriak tidak terima, Agam sudah lebih dulu menutup mulut si adek dengan satu buah roti bulat, si pelaku tersenyum seraya mengunyah pelan

"Enggak sopan juga kalo teriak-teriak, Asaa makan aja oke"

"Agam, idan aaa" celetuk Aidan, meminta Agam untuk menyuapinya juga

"No thanks, ambil sendiri, tangan Agam penuh"

Aidan menatap papa, seakan mengadu karena di perlakukan tidak adil sama si abang kecil, "abang"

"Iya papa, Agam suapin juga kok hehe, Aaaa idan"

Aidan tersenyum girang, membuka mulutnya lebar-lebar, dan Agam menyuapi rotinya ke si adek

"Say apa sama Agam?" Tanya Agam, memerhatikan Aidan yang sudah sibuk mengunyah

"Tweng uuu Agam" ujarnya tidak jelas, karena mulutnya penuh, ya atuh gimana engga, orang satu roti masuk semua, rotinya aja besarnya satu genggam tangan

"Aishhh gemas tak tertolong!!"

"Jadi papa kecoa apa bukan?"

Yang tadi memekik gemas kembali diam, setelahnya semuanya melengos, enggan menatap tatapan polos dari si bocah umur lima tahun yang sedang bimbang oleh jati diri sang papa yang sebenarnya

[2] Papa and Four twin || 𝙽𝚌𝚝⁰⁰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang