-happy reading 🐥
-sorry for typo(s)
—Rafan's—
Selama satu Minggu ini, Adrian itu lagi stress banget karena mainan-mainan si kembar. Adrian memang bukan tipikal Papa yang bakal turutin semua mau anak apalagi soal beli-beli mainan, si kembar bahkan jarang beli. Tapi, the problem is Om dan Yaya Yuyunya almost every week kirimin mainan buat si kembar, bisa dibayangkan satu jenis mainan dikali empat.
Kalo setiap habis mainan anaknya bisa susun rapih lagi mainannya sih nggak masalah, ini belum bisa, bahkan setiap Adrian beres-beres ada aja mainan nyelip di setiap sudut rumah. Padahal ruangan khusus bermain si kembar udah ada sendiri.
Malam ini pun, ketika Adrian baru saja membuka pintu rumah karena baru pulang, wajah tampannya hampir saja terkena bola yang entah dari mana datangnya. Ya sebenarnya dari mana lagi kalo bukan dari si kembar.
Adrian menghela nafas lirih, mengambil bola yang menggelinding di dekat kakinya, kemudian si Papa menghampiri empat anak ayam yang berdiri mematung.
"Hehe sorry Papa" cicit si sulung.
"Main bola emang boleh di dalem rumah ya?" Tanya Adrian.
"Boleh" kompak si kembar.
"Siapa yang bolehinnnn" greget Adrian, seraya mengusak surainya menggunakan satu tangan yang tidak memegang bola.
"Rafan kan? Boleh aja main bola dimana-mana pun kok. Enggak bakal di masukin penjara enggak" cicit Asaa.
"Mbah mu" kesal Adrian. Kemudian berjalan untuk pergi ke kamarnya, diikuti si kembar, karena bolanya dibawa Papa juga ke kamar.
.
Adrian meletakkan bolanya di atas lemari baju, kemudian si Papa hendak pergi ke kamar mandi untuk bebersih.
"Ihh kok gitu!!" Teriak Aidan, membuat langkah Adrian terhenti.
"Kenapa teriak-teriak heh, bikin kaget aja" ujar Adrian, si Papa nggak tau kembarnya ngikut masuk kamar tadi.
"Bolanya loh itu. Kenapa di taruh tinggi-tinggi begitu" sewot Aidan.
Adrian melirik bolanya, kemudian kembali pada si kembar empat yang kini mendongak menatapnya dengan kedua tangan kompak mereka taruh di pinggang.
"Biarin, biar nggak main bola di dalem rumah. Kalo kena barang-barang terus pecah, Papa rugi ya" ujarnya acuh, kemudian masuk ke kamar mandi, membuat empat kembar mendengus juga mengerucutkan bibirnya kesal.
"Papa tidak seru. Bukan teman Agam!!" dengus Agam.
"Emang bukan wlee!!"
"Papa gila!!" Timpal Asaa.
"Asaa Papa masukin pesantren ya lama-lama nih"
Asaa langsung menutup mulutnya menggunakan kedua tangan mungilnya, "pesantren no no" lirihnya, menggelengkan kepalanya.
Tiga kembarannya menatapnya jahil, "hayoloh nanti jadi ustad Asaa" cicit Aidan.
"Enggak. Jangan ngomong ya jelek"
"Ihhh dosa masa jadi ustad enggak mau" cicit Aileen.
"Ya mau tapi enggak"
"Bilang aja enggak mau. Dosa huu Asaa" cicit Agam juga.
"Huaaaa Abangnya jelek Asaa nggak suka. Papaaaa, Abang aja tuh yang dimasukin pesantren!!" Tangisnya, menenggelamkan wajahnya di kasur Papa.
Sementara tiga kembar hanya terkekeh juga menggaruk tengkuknya. Emang lagi pada suka jahil. Apalagi duo Ai, udah dah si bungsu kalo main sama dua Abang kecilnya itu, nangis darah dijahilin mulu. Ya kadang ditinggalin lah, dijorokin main-main, dicubit pipinya dua-duanya sampe pipinya merah, beberapa hari lalu malah adeknya diiket di pilar rumah di teras, katanya latihan penculikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Papa and Four twin || 𝙽𝚌𝚝⁰⁰
Random°°. "Mbak mau adopsi anak ngga??" "Saya mau jual anak,siapa tau mbaknya minat" °. "PAPAA!!" °°. "Apaa!!diem makannya,atau papa jual kalian beneran" °. "Dasar de u de a" °°. "Heh!!" [ 23 Mei 2020 ]