-𝐼 𝑙𝑜𝑣𝑒 𝑦𝑜𝑢-

2.9K 538 68
                                    


-happy reading 🐥
-sorry for typo(s)

Rafan's

Terhitung belum satu hari si bungsu di rawat di rumah sakit, tapi siang ini anak itu sudah merengek minta pulang. Sedikit banyaknya tangisannya membuat Adrian yang siang itu hanya di temani Julian, dibuat harus memperluas sabarnya menghadapi si bungsu yang super rewel.

Omong-omong dua kembar sekolah hari ini, diantar oleh Drianka. Dan karena itu Adrian hanya meminta bantuan Julian untuk menjaga Aidan.

"Papa, adeknya nangis terus sih. Di pukpuk dong Papa biar nangisnya udah" celetuk si kecil Aidan, yang kini sedang di suapi makan buah oleh si Om, sembari menonton kartun di iPadnya.

Adrian tersenyum, pun mengangguk, "Oke Adek. Dari tadi udah Papa pukpuk kok"

Aidan mengerucutkan bibirnya menatap si adik yang masih menangis, si kecil itu mengabaikan potongan buah yang sudah om Lian sodorkan padanya, "Apa Idan gendong aja ya Papa adeknya? Siapa tau Adek maunya sama Idan, bukan sama Papa. Kayanya Papa bau kecoa jadi Adek nangis" celetuk si kecil, membuat Adrian menatapnya datar.

"Ya kali Dek, Papa tuh selalu wangi ya enak aja. Lagian kaya bisa aja gendong adeknya, orang makan aja disuapin Om itu" sahutnya sedikit mendengus.

Si kecil Aidan menerima suapan buah dari om Lian terlebih dahulu sebelum kembali berbicara, "Ini kan Idan tuh raja jadinya di suapin" ujarnya sangat percaya diri, membuat si om melotot tidak menyangka.

"Dih gayanya ampun dah bocah umur lima ini"

"Hihi cuman bercanda Om, tenang tenang"  kekehnya, kemudian kembali menatap adiknya, dengan mulutnya yang sibuk mengunyah.

"Asaa mau di gendong Idan?" Tanyanya polos, dan si adik hanya melirik saja dengan air mata yang masih deras mengalir. Ini dia lagi nangis betulan loh, si Abang kecil malah ngajak becanda.

Adrian terkekeh, kemudian membawa Asaa menjauh dari Aidan. Ia gendong dan timang sedari tadi si bayi kecilnya itu, "Cupcup udah atuh gantengnya Papa. Nanti pulang kok kita, tunggu infusnya abis ya, oke?"

"Hiks huaa no no Papa jahat huaa hiks pulang Asaa pulang huaa" tangisnya keras.

Adrian mengusap-usap punggung si kecil berkali-kali karena tangisnya yang sudah sesenggukan. Sebenernya infusnya sudah habis dari pagi tadi. Tapi karena si kecil itu masih belum mau makan, jadi sama dokter Alga di infus lagi buat nutrisi, biar nggak lemes anaknya. Dan itu yang bikin si kecil sekarang nangis kejer, tangannya abis di tusuk jarum dua kali karena infus yang pertama gagal.

"Oke oke maaf, Papa tiup ya tangannya fyuh fyuh. Atuh jagoan masa nangis sih, udah ya berhenti sebentar nangisnya, kasian tenggorokannya capek atuh Dek"

"No hiks tidak boleh stop stop hiks huaa no no" tangisnya semakin keras.

Adrian mengerutkan keningnya, bingung sudah harus bagaimana. Ini si bungsu udah mau satu jam nangis.

"Oke iya, sok nangis aja ya. Papa peluk, nanti kalo udah cukup nangisnya, bilang ya?"

"Hiks eum" jawabnya di tengah tangisnya, membuat Adrian tertawa sendiri.

Di belakangnya Julian pun ikut terkekeh, keponakannya itu gemesin semua. Dan ketika mendengar cerita dari Abang-abangnya tentang kejadian kemarin, Julian bersyukur banget karena keponakannya semua baik-baik saja. Dan masih ceria juga gemesin. Julian sudah was-was takut jika keponakan kecilnya trauma berat, tapi syukurnya tidak. Mungkin hanya si bungsu saja yang sedikit menjadi penakut pada orang baru sekarang, mengingat anak itu yang paling banyak menjadi sasaran orang-orang dengan niat jahat.

[2] Papa and Four twin || 𝙽𝚌𝚝⁰⁰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang