-𝑚𝑎𝑠𝑖ℎ 𝑚𝑏𝑎𝑘 𝐷𝑖𝑛𝑎-

2.6K 598 104
                                    

-happy reading 🐥
-sorry for typo(s)

Rafan's

Johnny itu marah banget, waktu tau keponakannya luka di hari pertamanya di asuh nanny baru. Walaupun Johnny tau kalo keponakan bungsunya memang suka sekali jatuh dan luka. Tapi kali ini Johnny rasa ada yang janggal. Di tambah lagi si kecil Aidan yang mengeluh tangannya sakit saat tadi dirinya tak sengaja memegang tangan si kecil karena gemas.

Johnny melirik mbak Dina yang baru saja keluar kamar. Sekarang, dirinya sudah ada di ruang tengah, menemani keponakannya makan.

"Habis ngapain mbak Di? Kok anak-anak ditinggal?" Tanyanya to the point, saat mbak Dina baru saja sampai di ruang tengah.

Mbak Dina masih terlihat sesekali memegangi pinggangnya, kemudian menatap sebentar Abang dari majikannya, "maaf Pak, tadi saya ke kamar sebentar karena sakit pinggang" ujarnya.

Johnny masih menatap mbak Dina dengan tatapan tidak suka, "kerjanya bener nggak sih kamu? Ini Asaa kenapa keningnya sampe diplester, terus Aidan juga ngeluh tangannya sakit. Kemarin masih baik-baik aja loh waktu saya kesini" ujarnya, seraya mengangkat si kecil Asaa yang meminta di pangku.

"Itu Pak, tadi Aidan sama Adek lari-larian, udah saya larang karena takut jatuh, tapi mereka nggak mau denger. Terus akhirnya jatuh waktu saya lagi ambilin minum buat Abang Aileen" ujarnya, membuat tiga Abang kecil yang sedang asik menikmati ayam tepung kesukaannya, langsung mendongak menatap mbak Dina.

"Eh?" Celetuk Aidan, yang langsung mendapat tatapan tajam sekilas dari mbak Dina. Om Johnny nggak liat, soalnya si Om baru aja noleh ke kembar.

"Kenapa Idan sayang?" Tanya Johnny.

"Eum enggak hehe" ujarnya, kemudian menunduk dengan bibir mengerucut kesal, membuat Johnny pun mengernyit heran.

Johnny pun kembali beralih pada mbak Dina, yang kini menundukkan kepalanya, "Adik saya mungkin bisa aja langsung percaya sama Mbak, karena dia orangnya memang begitu. Tapi saya dan Abang-abangnya yang lain nggak semudah itu. Mbak disini niatnya kerja, jagain keponakan saya, jadi tolong jalankan peran anda sebagai mana mestinya"

"Saya paham betul bagaimana susahnya ngurus keponakan-keponakan saya ini, wong saya sudah sering dititipin mereka sama adik saya. Tapi nakalnya mereka bukan nakal yang di luar batas, cuman iseng-iseng anak kecil pada umumnya aja, keponakan saya juga nurut anaknya, nggak neko-neko, kalo nyaman sama orang pasti sayang banget. Jadi mbak Dina, saya harap jangan pernah lakuin hal bodoh waktu jagain mereka" ujar Johnny panjang.

"Baik Pak,"

"Saya marah loh mbak keponakan saya luka kaya gini. Dia juga bilang belum makan, padahal yang lain udah makan. Coba bisa jelasin nggak kenapa begitu Dina? Anak-anak ini nggak boleh telat makan, apalagi makan pagi, adik saya aja yang orangnya super sibuk selalu sempetin kasih sarapan buat mereka. Coba kenapa? Kenapa Asaa belum makan padahal ini udah hampir jam makan siang?"

Mbak Dina terlihat gugup, tapi netranya terus melirik si bungsu di pangkuan Omnya.

"Anu Pak, Adek susah banget makannya. Tadi udah saya siapin kok sarapannya kaya yang lain, tapi memang nggak mau makan dan malah ditumpahin, terus nangis nggak mau" ujarnya, membuat tiga Abang kecil diam-diam mendengus.

"Bohong ihh" celetuk Agam, karena kesal mbak Dina bohong terus dari tadi.

Mbak Dina reflek menatap Agam, dan itu disadari oleh Johnny, betapa takutnya tatapan mata mbak Dina saat Agam menimpali.

"Mbak Di bohong ya Bang?" Tanya Johnny, seraya menarik pelan si kecil agar duduk disampingnya. Johnny pun memegangi wajah si kecil agar tidak melihat ke arah mbak Dina.

[2] Papa and Four twin || 𝙽𝚌𝚝⁰⁰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang