-happy reading 🐥
-sorry for typo(s)—Rafan's—
Adrian itu suka bercanda, ia kira itu turunan dari Mama Papa, tapi ternyata tidak. Karena ucapan Mama dan Papa yang ingin membawa bungsunya pergi sepertinya bukan hanya candaan.
Adrian terus merengek, mengganggu Mama yang sedang membereskan baju-baju bungsunya untuk ia masukan ke dalam koper, meminta Mama untuk tidak benar-benar membawa bungsunya pergi.
"Da Mama enggak mau dengerin Ali"
"Ya kamu berisik dari tadi, udah Mama bilang enggak"
Adrian mendudukkan dirinya di sofa kecil di ruangan, menghela napas keras agar Mama mendengar, "Itu anak Ali loh Mah"
"Itu juga cucu Mama loh Li"
"Mamaaaaaa" erangnya frustasi.
Yoona terkekeh, menggelengkan kepalanya dan kembali fokus untuk menata baju cucunya di koper, "Itu kalo anaknya liat kelakuan Papanya begitu, yakin sih dikira temennya" ledek Mama.
"Mama ihh apa nggak bisa kasih Ali kesempatan lagi?"
"Bisa, tapi bukan sekarang. Nanti kalo nggak Mama ambil malah keburu di ambil orang lain, kamu makin nangis Kak nanti malah"
"Siapa sih yang mau ambil anakku?! Siapaaaa?! Bang Doni? Bang Drian? Bang Jo? Bang Temi? Nggak mungkin, dia juga bentar lagi punya anak, Ali jamin. Siapa lagi kalo bukan mereka, masa iya keluarganya Anin, ngaco parah kalo iya" greget Adrian, sewot si pahmud ini bun.
Yoona tidak menjawab lagi, membiarkan putranya itu terus-terusan merengek kemudian menggerutu.
"MAMA PLEASE"
"Kaka astaghfirullah, anakmu bangun nanti" kaget Mama, karena Adrian yang tiba-tiba berteriak dan menarik-narik bajunya memohon.
"Papaaa, ini anaknya di ajak liat kambing aja sana. Ganggu Mama lagi beresin baju aja"
Adrian mendengus, melirik Papa yang kini terkekeh di ambang pintu, "Hayuk Kak" Katanya.
"Kaka bukan anak kecil" ujarnya ketus.
"Udah sana, nanti pulangnya sekalian beli es potong rasa melon"
"ALI BUKAN ANAK KECIL MAH"
"Hahaha ya lagian dari tadi ngrengek kaya anak kecil"
Adrian mendengus kesal, kembali berdiri dan keluar dari ruang yang di gunakan sebagai walk in closet, tapi sebelum benar-benar keluar Adrian menatap Mama serius, "Kaka marah betulan ya Mama, kalo beneran anak Kaka di bawa" ujarnya, yang tak di pedulikan Mama pun juga Papa.
"Marah ya tinggal marah" sahut Papa santai.
"PAPA!!"
"Ganteng. Tau Papa mah"
—Rafan's—
Barang-barang milik si kecil Asaa sudah Agung masukan ke dalam mobil, sementara anaknya masih lelap dalam tidur siangnya.
Adrian sudah berhenti merengek mencegah Mama, Papa muda itu kini duduk di sofa ruang tengah dengan helaan napas yang entah sudah berapa kali ia hembuskan. Sementara lagi, Mama terlihat santai berjalan di depan sang putra, membawa tas terakhir berisi baju-baju si kecil Asaa.
"Ini yang terakhir kan Mah?" Tanya Agung, kala sang istri memberikan tas kecil padanya.
"Iya, alat makan sama mandi nanti beli aja di rumah. Lagian yang disini jelek" katanya, membuat Adrian melengos pun mendengus mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Papa and Four twin || 𝙽𝚌𝚝⁰⁰
Random°°. "Mbak mau adopsi anak ngga??" "Saya mau jual anak,siapa tau mbaknya minat" °. "PAPAA!!" °°. "Apaa!!diem makannya,atau papa jual kalian beneran" °. "Dasar de u de a" °°. "Heh!!" [ 23 Mei 2020 ]