-𝑎𝑦𝑜 𝐴𝑏𝑎𝑛𝑔, 𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖 𝑏𝑖𝑠𝑎 𝑘𝑜𝑘-

4.8K 793 96
                                    



-Happy reading 🍁
-sorry for typo(s)


-Rafan's-

Punya kembar empat, menurut Adrian nggak terlalu enak banget sih, malah emang enggak enak banget. Karena dari mulai barang seprivasi celana dalam pun, Adrian harus beli sekaligus empat box, kadang di beliin yang beda warna biar nggak ketuker, tapi seringnya tetep aja nangis-nangis minta warna dan gambar yang sama

Baju pun sekali beli harus empat pasang, dan baju bayi dan anak tuh mahalnya kadang lebihin baju orang gede, untung Adrian orang berada, jadi nggak terlalu pusing banget mikirin kebutuhan si kecil, ya walaupun tetep ada pusing-pusingnya banyak

Tapi punya kembar empat bagi Adrian juga ada enaknya, walaupun hati kecilnya tetep bilang enggak enak. Punya empat kembar apalagi Rafan, Adrian kadang jadi ngerasa, nggak butuh yang lain lagi, empat kembarnya bener-bener udah lebih dari cukup, Adrian bukan tipe yang gila wanita sebenernya, jadi kalo nggak ada ya udah, yang penting dia pulang ke rumah, anak-anaknya masih ada, masih rewel dan masih suka ngrepotin Papanya, karena kalo si kembar udah diem, Adrian akan lebih repot lagi

Soalnya si kembar diemnya kalo lagi nggak fit doang, kalo lagi sehat walafiat ya laut Hindia sampe mau di jelajahi kali, nggak sih, si kembar di ajak olahraga lari keliling komplek aja udah bengek

-Rafan's-

Pagi ini weekend, hari favorit si kembar karena bisa full day bareng Papa.

Empat anak ayamnya Adrian, udah bangun dari jam 5 tadi, biasa, nonton kartun, karena hari ini weekend banyak kartun yang di putar kalo pagi. Sementara Papanya malah masih bobo ganteng di kamar, Adrian kebiasaan kalo mau tidur lupa tutup rapat pintu, jadi si kembar, bebas keluar kalo kebangun duluan

"Agam, Asaa mau susu" rengek si bungsu di tengah menonton kartunnya

Agam menoleh, mengerjapkan matanya beberapa kali, "eung?"

"Asaa mau susu Agam, Asaa hungry"

Kali ini Agam menoleh ke arah dapur, menatap area dapur yang pintu pagar pembatasnya masih tertutup rapat, "enggak bisa Adek, itu pagarnya di tutup, nanti aja kalo Papa udah wake up ya" ujarnya, mempukpuk kepala si adek

Yang di panggil adek, mengerucutkan bibirnya, melengos memeluk Aidan di sampingnya, yang sekarang masih merem melek karena masih agak ngantuk, "tapi kan Asaa hungrynya sekarang" cicitnya

"Aileen ambilin jajan aja gimana? Asaa mau enggak?" Tanya si sulung, yang kini mengalihkan fokusnya dari televisi menjadi pada sang adik

"Mau, Idan mau"

Asaa reflek melepas pelukannya pada Aidan, kala si Abang kecil tiba-tiba mengacungkan tangannya dengan semangat, "loh Idan kan tadi lagi bobo" ujarnya, kembali meraih lengan Aidan untuk ia peluk dan usel-usel

"Hehe Idan kan juga hungry, mau makan" cicitnya, meringis gemas

Aileen mengangguk, kemudian menurunkan kaki kecilnya dari atas sofa, diikuti Agam juga

"Ayo ke dapur aja, Ileen bukain pagarnya" ujar Aileen, mengajak dua bontot agar ikut dengannya juga Agam

Si bontot dua iya-iya aja, berlari kecil membuntut dua Abang kecil, meninggalkan tontonan paginya begitu saja

.

"Bisa enggak Ileen bukanya?" Tanya Agam, yang sekarang, bersama Aidan juga Asaa, sedang menunggu Aileen membuka pagar pembatas antara ruang tengah dan dapur

[2] Papa and Four twin || 𝙽𝚌𝚝⁰⁰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang