-𝐷𝑜𝑛'𝑡 𝑏𝑒 𝑚𝑎𝑑 𝑎𝑡 𝑚𝑒, 𝑃𝑎𝑝𝑎-

3.3K 626 150
                                    


-happy reading 🐥
-sorry for typo(s)

🐥

Johnny itu tidak bodoh untuk tidak menyadari sesuatu yang tidak beres, ah lebih tepatnya anak-anaknya Papa Agung selalu peka, kecuali Adrian aja sih.

Kalo mau percaya, mungkin sejak awal Johnny dan yang lain akan percaya. Tapi sejak awal pun, sejak melihat tampang nanny baru yang di bawa Adrian, mereka sudah mengernyit heran, pun langsung menaruh curiga.

Bagaimana tidak, mana ada orang kaya yang mempekerjakan satu baby sitter untuk menjaga dua anak kembarnya dan tiga anaknya yang lain, walaupun mungkin saja ada, tapi tetap saja terdengar tidak masuk akal di telinga anak-anak Agung, KECUALI Adrian.

Maka dari itu, ketika si kembar sudah ia pastikan tidur. Johnny tidak pergi ke kantor seperti apa katanya pada si kembar. Pria dua puluh enam tahun itu hanya pergi keluar rumah saja, sembari menghubungi Abang juga adik-adiknya, terutama Adrian. Tak lupa Johnny juga langsung memeriksa cctv setelah mendapat izin akses cctv rumah dari Adrian.

"Tuh kan Bang. Lo udah liat video yang gue kirim kan?"

Kini, Johnny duduk di pinggiran jalan, sembari terus memantau cctv dan menelfon sang kakak pertama.

"Udah. Abang juga udah lapor polisi kok, langsung"

"Wkwkw mantap lah Abang gue satu-satunya ini" kekeh Johnny.

"Kalo bukan gue, bapaknya nggak bakal juga. Lo tau sendiri John, adek lu satu itu bolotnya minta ampun"

"Tapi dia langsung pulang waktu gue bilang soal ini. Walaupun ya, awalnya agak denial"

"Syukurlah. Tolong awasin dulu ya John. Abang nanti ke sana sama yang lain kalo kerjaan disini udah beres"

"Aman Bang. Gue cuman takut aja dia nekat. Lo tau lah Bang, orang sakit jiwa senekat apa"

"Hahaha emang udah fiks sakit jiwa itu orang? Jangan asal ngatain, dosa"

"Udah keliatan lah Bang. Mana ada orang waras yang kaya dia. Anak lagi diem-diem malah di cubit, di bentak, di pukul lagi. Kan gila"

"Iya ya. Ya udah, Abang mau selesain kerjaan dulu. Lo jangan jajan es yang lewat"

Johnny tertawa begitu Abangnya mengucapkan kalimat peringatan itu. Abangnya pikir ia si kembar Rafan yang bakal tergiur hanya karena melihat gerobak es krim keliling.

"Ya enggak lah. Emang gue anak kecil apa"

"Sekarang anak tua. Dulu ya anak kecil. Udah ya, Abang tutup"

"Yoi Bang. Kalo udah langsung kesini aja"

"Siap"

Setelah sambungan telepon terputus. Johnny menaruh ponselnya pada saku, kemudian hanya duduk menunduk memerhatikan iPad di pangkuannya.

Hati-hati aja sih bang Johnny. Takut di begal, apalagi duduk di pinggir jalan begitu.

"Lucu banget ponakan gue anying. Lagi tidur aja lucu, orang gila doang yang tega-teganya nyakitin anak-anak lucu ini" gumam Johnny, reflek kala melihat anak kembar adiknya itu tidur. Wajahnya tidak terlalu terlihat, namun gaya tidurnya yang begitu terlihat di cctv berhasil membuat sang Om gemas.

Beberapa menit awal, Johnny masih fokus memerhatikan cctv, tapi di menit ke lima belas, abang jualan ice krim keliling yang lewat di depannya, mengalihkan fokus Johnny. Putra Agung nomor dua itu langsung berdiri dari duduknya, berlari kecil menghampiri penjual ice krim.

[2] Papa and Four twin || 𝙽𝚌𝚝⁰⁰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang