-happy reading 🐥
-sorry for typo(s)🐥
Hari ini, berakhir semuanya menginap di rumah Adrian, kecuali Arya yang memang harus pulang mengurus si kecil Agler.
Kini, Adrian sedang membuatkan susu untuk si kembar. Sementara si kembar sendiri sedang bermain bersama koleksi motor mainannya.
"Al, lo nggak kepikiran bawa Asaa ke rumah sakit apa?" Ujar Johnny.
"Tau ya ini bocah. Seenggaknya periksain lah, takut kenapa-napa. Itu bocah udah muntah dua kali sore ini, cuman gara-gara makan biskuit doang loh Ali. Biskuit dia lagi, biskuit yang setiap hari dia makan kan itu" sahut Drianka.
Adrian mendongak sekilas menatap Abang-abangnya yang sedang menikmati kopi masing-masing di ruang makan, kemudian Adrian mengerling malas seraya mengocok pelan susu dalam botol, "Yaelah Bang, kalo kenapa-napa pasti udah nggak bisa lari-larian itu anak. Lo nggak liat masih beringas gitu anaknya"
"Yang lain juga biasa aja" ujar Adrian lagi, seraya pergi membawa empat botol susu ditangannya, menghampiri si kembar yang entah sedang berdebat apa.
"Sumpah Bang. Adek lu yang satu itu sekalinya ngeselin pengen gue bejek mukanya" kesal Doni.
Adrian memberikan botol susu pada si kembar masing-masing, yang di terima si kembar dengan senang hati. Langsung mereka masukkan ke dalam mulut bahkan saat dirinya masih duduk di atas motor mainan masing-masing.
"Laper ya. Habisin ya, abis itu bobo" ujar Adrian, mengusak surai si kembar satu persatu.
"Eum. Thank you Papa" kompak si kembar serentak.
Mengangguk mengiyakan, Adrian pun kembali ke dapur, lebih tepatnya ke ruang makan bergabung dengan saudara-saudaranya.
"Itu nanti kelanjutannya gimana, Bang?" Tanyanya, setelah mendudukkan dirinya di salah satu kursi kosong.
Bang Temi menyeruput kopinya terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan yang sudah jelas di tujukan padanya itu, "Ya bakal di hukum. Tapi harus berat, karena ini bukan masalah sepele buat Abang. Dia berani lukain keluarga Abang, berarti berani hidupnya jadi sengsara karena kelakuannya" ujar bang Temi, seraya mengendikkan bahunya, "Maybe bakal seumur hidup. Soalnya setelah Abang selidiki, dia juga pernah hampir bunuh anak asuhnya, dan pernah sangat terbukti merencanakan pembunuhan keluarga dimana ia bekerja" lanjutnya, kemudian menatap Adrian setelah meletakkan cangkir kopinya.
"Lo beruntung banget, Kakak. Lo beruntung karena punya saudara kaya kita hahaha, right kiddos?" Kekeh bang Temi.
"Bener. Kita nggak tau apa jadinya kalo kita nggak turun tangan cepat. Mungkin ya Kak, lo bakal kehilangan salah atau anak lo itu, atau mungkin semuanya" sahut Doni, dengan wajah seriusnya menatap si adik.
"Ngaco, jangan ngomong yang enggak-enggak lah. Nggak suka gue"
Kakak-kakaknya berdecih, "Nggak suka tapi suka mau nyoba. Nggak sekali dua kali lo begini, kalo masalah anak selalu aja denial. Lo Papanya mereka, feeling lo pasti lebih kuat kalo anak lo kenapa-napa, Ali"
Ali mendengus, melengos enggan mendengarkan ceramah dari kakak-kakaknya, "Iya iya, gue yang salah dah"
Tepat setelah itu, setelah kepala Adrian praktis menoleh pada arah ruang tengah, suara benda terjatuh terdengar. Membuat semua kepala di sana reflek menoleh pada arah sumber suara.
"PAPA!! INI ADEK KENAPA!!"
"Papa Adek muntah lagi!!"
Adrian langsung berdiri dari duduknya, berjalan dengan tergesa menghampiri si kembar di ruang tengah, begitupun semua kakak-kakaknya yang membuntut di belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Papa and Four twin || 𝙽𝚌𝚝⁰⁰
Random°°. "Mbak mau adopsi anak ngga??" "Saya mau jual anak,siapa tau mbaknya minat" °. "PAPAA!!" °°. "Apaa!!diem makannya,atau papa jual kalian beneran" °. "Dasar de u de a" °°. "Heh!!" [ 23 Mei 2020 ]