-𝐾𝑒𝑚𝑏𝑎𝑙𝑖 𝑘𝑒 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑏𝑟𝑖𝑘-

2.7K 528 27
                                    

-happy reading 🐥
-sorry for typo(s)

Rafan's

Adrian dan anak-anak ayamnya sudah kembali ke rumah setelah lima hari di rumah sakit. Adrian kira sehari dua hari sudah cukup, tapi nyatanya yang harus di sembuhkan bukan hanya luka fisik anaknya, dan Adrian paham, seharusnya.

Setengah hari berada di rumah, Aileen Agam dan Aidan sudah mau bermain seperti biasa. Bahkan tiga anak itu sudah lari-larian bermain pedang-pedangan, lain lagi dengan si bungsu yang sama sekali belum mau turun dari gendongan Papa dari sampainya mereka di rumah. Setiap mau di turunkan langsung menangis kencang. Bahkan sampai sekarang, si bungsu belum mau masuk, itulah mengapa Adrian kini masih berada di teras rumahnya.

"Udah mau masuk belum Adek?" Tanyanya pelan.

Si kecil menggeleng, dan memeluk Papa juga menyembunyikan wajahnya diceruk leher Papa.

"It's okay, Papa tunggu sampe Adek mau ya. Di dalem Abang lagi main loh Adek, tadi kan Om Temi kasih hadiah ya, punya Asaa belum di buka, masih di dalem" katanya, seraya mendudukkan dirinya di kursi yang berada di teras rumah.

"Papa, Asaa enggak mau duduk" lirih si kecil, dan Adrian mengiyakan, tidak jadi duduk untuk kesekian kalinya, dan berakhir kembali menimang si kecil untuk sedikit menghilangkan pegal, dari pada berdiri diam.

"Langitnya bagus ya Dek ya" ujar Adrian, karena langit Jakarta siang itu bagus, biru dan banyak awan.

"Iya, Asaa mau jadi awan" katanya spontan.

"Eh?"

"Eung? Kenapa?"

Adrian menggeleng, mencium puncak kepala si kecil sebelum kemudian kembali menatap langit yang ia puji bagus, "Kenapa Adek mau jadi awan?"

"Awan bagus, baik juga. Asaa jadi enggak kepanasan karena ada awan tau Papa, terus awan keren bisa keluarin air hujan" jelasnya semangat, kini kepalanya sudah tidak tergolek lesu di bahu Papa, tapi sudah tegak menghadap Papa, menjelaskan dengan penuh semangat pada Papa.

"Oh iya? Pantesan anak Papa ini mau jadi awan, orang sama-sama kerennya ya"

Si kecil mengangguk tak lupa tersenyum lebar, "Asaa keren" katanya.

"Betul, Papa nggak bisa debat sih kalo ini. Anak-anak Papa Ian kan emang keren semua" kata Adrian, "Tapi Papa laper deh, Dek" katanya lagi tiba-tiba, mengkode siapa tau si kecil tiba-tiba mau masuk.

"Makan mie yuk Papa. Asaa mau deh"

"Campur bakso dan telor boleh juga, yuk let's go" sahut Adrian, kemudian menurunkan si kecil dan berganti menggandeng tangan kecil bungsunya, dan tanpa Adrian sangka si kecil malah melangkah lebih dulu, menarik tangannya untuk masuk.

"ABANGGG PAPA MAU MASAK MIE" katanya heboh, kini melepas genggaman tangannya pada Papa dan berlari menghampiri abang-abang kecil, yang langsung berhenti berlari-lari saling kejar.

"YEAYYY!! MAKAN MIE, IDAN MAU BANYAK BANYAK"

"YIPPIE ILEEN MAU SAMA BAKSO"

"AGAM MAU JUGA, AGAM MAU MIE SAMA JELLY"

Adrian tersenyum kikuk, padahal dia cuman gimik aja tadinya tapi malah si kecil membawa berita untuk rakyatnya yang lain. Jadilah Adrian terpaksa betulan akan membuat mie untuk anak-anak ayamnya.

"Tapi Papa perlu beli mienya dulu" katanya, yang membuat Aileen langsung berlari ke kamar Papa dan kembali keluar membawa satu lembar uang seratus ribu untuk kemudian ia berikan pada Papa, "Here, Papa bisa beli pake uang ini" katanya.

[2] Papa and Four twin || 𝙽𝚌𝚝⁰⁰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang