-𝐴𝑠𝑡𝑎𝑔𝑓𝑖𝑟𝑢𝑙𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑙𝑎𝑑𝑧𝑖𝑚 𝑌𝑢𝑡𝑎-

3.1K 672 101
                                    

-happy reading 🐥 
-sorry for typo(s)

-happy reading 🐥  -sorry for typo(s)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rafan's

Pintu ruangan Adrian terbuka, menampilkan saudara-saudaranya yang datang dengan wajah lesu. Biasa kalo waktunya makan siang emang suka pada ekting gitu, biar bisa palakin Adeknya. Soalnya anak-anaknya bapak Agung tuh gini, sekaya-kayanya Abang, uang Adek harus keluar untuk mentraktir makan Abang. Ya untung aja Adrian adalah Adik yang giat bekerja.

"Makan yuk Dek" ujar Johnny, seraya mendudukkan dirinya di sofa di ruangan itu

Adrian menatap sinis si Abang, "makan tinggal makan kenapa harus kesini dulu"

"Yeu, kan ngajak elu, biar nggak kelupaan makan elunya" timpal Johnny

"Alasan, lagian gue makannya nanti, si kembar lagi tidur. Nunggu bangun sebentar lagi" ujar Adrian

"Lah keponakan gue disini? Tadi pagi katanya nggak jadi ikut" heboh Drianka

Adrian menutup laptopnya, seraya berdiri dari duduknya, "kesini sendiri mereka, berempat naik sepeda" cicitnya

"YANG BENER AJA SIH"

"Bener lah, tuh anaknya ada di kamar istirahat. Gatau dah, ini mah gue harus perluin cari baby sitter, makin ada-ada aja mereka, takut guenya"

Abang-abangnya mengangguk setuju, pun mengikuti langkah Adrian yang kini masuk ke dalam kamar di dalam ruang kerjanya itu.

"Dari dulu emang harusnya di perluin, lu nya aja yang batu Al" cicit bang Temi

"Bukan batu Bang, gue susah nyari yang pas. Dulu kan sempet coba juga, dan si kembar emang susah cocok sama orang. Kalo nggak si kembarnya yang kurang ajar, mbaknya yang kurang ngajar, bingung kan gue"

Lima putra Agung itu berdiri mengelilingi ranjang, memerhatikan empat buntalan daging yang tertidur hanya memakai kaus dalam karena bajunya yang udah basah keringat.

"Bocah tidur lucu amat, minta di karungin pisan"

Adrian melirik bang Doni yang barusan berbicara, "karungin dah atu-atu tuh, pas tuh kan"

"Yeu, nanti beneran diambil nangis" ledek bang Drianka

Adrian terkekeh kecil, "iya sih, harta gue nih, nangis gue kalo mereka ilang mah"

"Boleh juga"

Adrian melirik tajam bang Johnny, "BOLEH APAAN? JAN NGADI-NGADI YA LO SEMUA" hebohnya, yang sudah pasti membangunkan empat buntalan daging yang tadinya lagi nyenyak tidur siang

Para Om langsung lari keluar waktu si kembar terlihat bangun dengan wajah siap menangis, bahkan si Om rebutan keluar kamar, udah kaya anak bocah bae dah.

[2] Papa and Four twin || 𝙽𝚌𝚝⁰⁰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang