##Bab 36 Berhenti Omong Kosong

380 21 0
                                    

"Febi, berhenti bicara omong kosong padaku! Apa hubunganmu dengan Julian?" Memikirkan adegan barusan, entah kenapa Nando merasa dadanya sangat sesak. Dia menarik Febi ke dalam pelukannya dengan kuat.

Febi mengulurkan tangan dan mendorongnya, dia menjaga jarak dengan Nando.

"Apa hubunganku dengannya? Apa hubungan antara kamu dan wanita itu, sama dengan hubungan antara aku dan Julian! Tuan Muda Nando, apakah kamu puas dengan jawaban ini?"

Terlintas rasa sakit di dalam matanya, Nando juga tidak tahu apa yang terjadi padanya. Dia tiba-tiba meraih bahu Febi dengan telapak tangannya yang besar, lalu menarik Febi dan memiringkan kepalanya untuk mencium Febi. Febi bisa dengan jelas merasakan bau anggur dan amarah yang membubung ke langit. Jari-jari Nando yang ramping menggenggam Febi dengan erat, seolah dia ingin merasuk ke dalam tubuh Febi.

Febi mengangkat tinjunya dan memukul Nando. Mengapa orang ini begitu mendominasi? Mungkin dia baru saja mencium wanita itu. Atas dasar apa Nando mencium dirinya?

Namun, bagaimana mungkin Febi mampu mendorongnya pergi? Karena efek anggur, tubuh Febi bahkan lebih lemah. Setelah beberapa kali mencoba, Febi tetap tidak mampu mendorongnya. Sebaliknya, Nando mengambil keuntungan darinya, lidahnya yang basah hendak masuk ke dalam mulut Febi.

Tanpa sadar Febi mengingat Nando juga mencium wanita itu dengan cara seperti ini, dia merasa terasa mual. Febi mengangkat kakinya dan menendang Nando. Pada saat ini, dua lampu menyilaukan tiba-tiba datang.

...

Maybach melaju keluar dari garasi, cahaya yang terang menerangi arah depan. Dalam sekejap Julian dapat dengan jelas melihat dua sosok yang sedang bermesraan.

Mata Julian menjadi gelap, jari-jari kakinya awalnya menempel di rem. Akan tetapi setelah melihat adegan ini, dia melepaskan rem. Julian hendak melaju pergi.

...

Cahaya mobil itu terlalu menyilaukan, seketika dua orang yang sedang berciuman langsung tercengang. Febi adalah orang pertama yang kembali ke akal sehatnya. Dia menyadari Julian sama sekali tidak berniat untuk berhenti. Tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya, dia tiba-tiba berlari keluar.

Febi merentangkan kedua tangannya. Dia yang tidak takut mati itu langsung menghalang di depan mobil Julian.

"Tit ...." Terdengar suara nyaring, Maybach berhenti dengan waspada. Di balik jendela kaca dan kegelapan, Julian duduk di sana sambil memelototi Febi.

Hanya berjarak satu inci mobil itu sudah akan menabrak Febi.

Sebenarnya Febi juga merasa takut. Sekujur tubuhnya bergemetar seperti seekor anak ayam yang ketakutan. Matanya bertemu dengan mata Julian, tatapannya memperlihatkan kesedihan dan sifat keras kepalanya.

Saat Julian menghentikan mobil, Febi membuka pintu kursi penumpang dan masuk. Julian meliriknya, Febi menutup pintu mobil dan menguncinya dengan cepat. Dia tidak memedulikan Nando yang memanggilnya dari luar.

"Tolong segera kemudikan mobil!" Febi menolak untuk berbalik melihat orang di luar mobil. Dia mengencangkan sabuk pengamannya dengan tangan yang sedikit gemetar.

Julian tidak terburu-buru, dia melirik orang di luar mobil dengan acuh tak acuh dan berkata dengan pelan, "Aku tidak ingin ikut campur dalam hubungan antara suami dan istri kalian berdua."

"Kenapa kamu begitu tidak berperasaan?" teriak Febi. Bahkan mereka bukan teman sekalipun, mereka juga saling kenal. Sekarang Febi berada dalam situasi yang sangat memprihatinkan, Julian seharusnya membantunya.

Mata Julian tertuju pada wajah kecil Febi. Tidak ada cahaya di dalam mobil, mata itu terlihat menjadi semakin gelap dan dalam, "Bukankah kalian berciuman dengan mesra, untuk apa kamu pergi?"

"Mesra? Aku dicium paksa, apa kamu tidak tahu dicium paksa?" Febi mengangkat tangannya dan menyeka bibirnya dengan marah, lalu berbalik ke arah Julian dan menatapnya dengan mata memerah, "Aku tidak peduli, aku dibawa keluar olehmu. Aku tidak boleh diturunkan dari mobilmu! Aku akan ikut kemana pun kamu pergi!"

Direktur, Ayo CeraiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang