##Bab 119 Deminya, Dia Bahkan Rela Mati!

178 22 0
                                    

Kartu WIP?

Bella tertegun sejenak dan tidak bisa menahan diri untuk tidak melihat Nyonya Besar lagi. Wajah Nyonya Besar yang terawat baik itu masih anggun. Gerakannya yang tidak tergesa-gesa itu terlihat elegan.

Melihat bahwa pelayan itu benar-benar ingin mengambil semua pakaian yang dia inginkan, Bella melangkah, lalu mengulurkan tangannya untuk memegang tangan pelayan sambil memandang Nyonya Besar dan berkata, "Aku sudah lama menjadi pelanggan kalian dan aku belum pernah melihat orang yang bisa bersaing denganku. Memangnya kenapa dengan kartu WIP? Aku membayar tiga kali lipat!"

"Nyonya Bella...." Pelayan itu juga merasa kesulitan.

Nyonya Besar berkata dengan agung, "Aku hanya akan membayar harga aslinya, tapi aku akan mengambil semua pakaian yang dia suka!"

"Wanita tua, kamu terlalu memaksa orang." Bella melangkah maju dan mendekati Nyonya Besar dengan agresif.

Febi dan Tasya saling memandang, lalu bergegas maju, "Nyonya Besar!"

"Kenapa kalian ada di sini?" Setelah melihat mereka, ekspresi Nyonya Besar sedikit membaik.

Febi berkata, "Kami juga ke sini untuk membeli sesuatu."

Dia berbalik untuk melihat Bella dan Usha, "Apakah yang terjadi?"

Sebelum menunggu Nyonya Besar menjawab, Usha sudah berkata dengan nada mengejek, "Aku bilang kenapa wanita tua ini sangat menyebalkan, ternyata dia bersama dengan beberapa orang yang menyebalkan. Tidak heran!"

Bella masih kesal.

"Bu, jangan marah, bukankah hanya beberapa pakaian? Kita relakan saja, kelak kita tidak akan datang ke sini untuk membeli barang lagi!" bujuk Usha sambil mendengus.

Bella jelas tidak mau dan merendahkan suaranya, "Ini adalah edisi terbatas dan hanya ada tiga set di dunia."

"Tidak, aku harus memiliki pakaian ini!" Tidak peduli bagaimana dia memikirkannya, Bella masih tidak mau merelakannya. Dia terbiasa sombong. Bagaimana dia bisa membiarkan seorang wanita tua merendahkannya?

Di sini, sebelum Nyonya Besar dan wanita muda itu berbicara, mereka sudah mendengar suara lain menyela, "Nenek, kenapa Nenek ada di sini?"

Semua orang mengalihkan pandangan mereka dan melihat Vonny berjalan sambil membawa tas belanja dari toko bayi. Mata Nyonya Besar menjadi sedikit serius, tatapannya yang tajam meluncur dari tas ke perutnya, tapi dia hanya mengerutkan bibirnya dan tidak mengajukan pertanyaan.

"Kak Vonny, apakah wanita tua yang menyebalkan ini adalah nenekmu?" tanya Usha dengan cemberut.

Saat Vonny semakin dekat, dia baru menyadari adegan yang memercikkan api ini. Ketika dia mendengar Usha mengatakan 'wanita tua menyebalkan ', dia terkejut hingga wajahnya tiba-tiba berubah dan dengan cepat menjelaskan kepada Nyonya Besar, "Nenek, Usha tidak bermaksud begitu, jangan ambil hati.... "

"Itulah yang Usha maksud. Kalau bukan karena wanita tua ini, kami pasti sudah membeli pesanan dan pergi," jawab Bella.

Nyonya Besar mengabaikan mereka dan memandang Vonny, tapi jarinya yang memakai cincin batu giok itu menunjuk Usha dan Bella, "Biasanya, apakah kamu berinteraksi dan berteman dengan orang seperti mereka? Kamu membuat Nenek sangat kecewa!"

"Apa maksudmu? Orang seperti ini? Orang seperti apa?" Usha langsung marah dan ingin segera berunding dengan Nyonya Besar. Vonny sangat ketakutan sehingga dia dengan cepat menghentikan Usha, "Usha, tolong, berhenti membuat masalah, dia nenekku...."

"Nenek dari mana? Bukankah kamu tumbuh di panti asuhan?" jawab Usha dengan marah.

Febi dan Tasya berdiri di samping, tidak bisa berkata apa-apa. Kemarahan di kedua sisi secara alami bukanlah sesuatu yang bisa mereka tenangkan. Terutama, ibu dan anak dari Keluarga Dinata yang selalu tidak masuk akal.

Direktur, Ayo CeraiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang