##Bab 118 Lahirkan Anakku, Bagaimana?

222 22 0
                                    

Setiap gerakan sangat kuat dan pintu lemari ditutup dengan keras olehnya. Di tengah malam, suara itu terdengar menakutkan.

Mengingat tindakan berlebihan yang telah Nando lakukan di masa lalu, Febi benar-benar tidak berani tinggal di kamar yang sama dengannya. Saat Febi hendak keluar sambil memegang bantal, Nando berbalik dan menatapnya dengan dingin, "Febi, berhenti!"

Febi mempercepat langkahnya.

Nando menggertakkan giginya, "Aku menyuruhmu berhenti! Febi, kamu sebaiknya tidak membuatku marah sekarang!"

Nando sekarang adalah bom yang bisa diledakkan kapan saja. Terutama ketika dia teringat Febi bahkan memberikan pertama kalinya pada Julian, dia merasa tidak nyaman seakan disiksa oleh api.

Febi berhenti. Dia memeluk bantal dan berbalik untuk menatapnya, "Apa yang kamu inginkan? Bahkan kalau kamu menggunakan ancaman untuk menahanku, kamu hanya mendapatkan tubuh kosong yang tidak memiliki hati! Nando, kamu tidak dapat memaksa hati seseorang kembali dengan cara paksa!"

Nando merasakan alisnya berkedut, lalu dia meraung dengan marah, "Kamu tidak perlu mengingatkanku sepanjang waktu, hatimu ada pada pria lain!"

"Dan...." Nando meremas piyama di tangannya menjadi bola, lalu dia mengambil napas dalam-dalam dan menatapnya, "Malam ini, kamu tidur di kamar...."

"Aku...."

Febi hendak menolak, tapi Nando sudah memotongnya, "Aku tidur di ruang kerja."

"..." Febi pikir dia salah dengar, jadi dia menatap Nando dengan terkejut. Namun Nando sudah berbalik dan berjalan menuju kamar mandi.

Punggungnya terlihat dingin. Di bawah cahaya kamar tidur, bayangan itu menjadi semakin tinggi dan kesepian.

Febi sedikit mengernyit dan duduk di sofa sambil memegang bantal. Sebelum Nando pergi, dia tidak bisa melepaskan kewaspadaannya.

...

Pintu kamar mandi terbanting menutup hingga terdengar suara "bang".

Nando meletakkan tangannya di atas wastafel dengan napas terengah-engah. Setiap jarinya menegang, seolah-olah akan patah kapan saja.

Dia ... dan Julian....

Memikirkan adegan Febi yang bergairah dan mengerang di bawah tubuh pria lain, dia merasa sakit hati yang tak tertahankan. Akhirnya, Nando tidak mau berpikir lebih jauh lagi. Dia membuka keran air, lalu mengambil air dingin dan terus-menerus membasuh wajahnya.

Bukankah hanya pertama kalinya?

"Pertama kali tidak begitu penting! Tidak begitu penting!" gumam Nando berulang kali pada dirinya. Setelah bergumam untuk ke sepuluh kalinya, depresi dan rasa sakit di hatinya sedikit memudar.

...

Kamar tidur sangat sepi.

Hanya sesekali terdengar gemericik air dari kamar mandi.

Febi duduk di sofa sambil memegang bantal dengan linglung. Dia benar-benar lelah dan tanpa sadar dia tertidur seperti ini.

Setelah Nando mandi, dia berganti piyama dan keluar. Hanya sekilas, dia telah melihat Febi tertidur di sofa.

Febi jelas sangat tidak senang, bahkan ketika dia tertidur, alisnya yang halus terus berkerut. Setengah dari wajah kecil Febi terbenam di bawah bantal dan rambut hitamnya. Namun, Nando bisa dengan jelas melihat kesedihan dan depresi di wajahnya.

Apakah meninggalkan pria itu benar-benar membuatnya sangat sedih?

Napas Nando menjadi sedikit lebih berat dan dia berjalan ke arah Febi perlahan.

Direktur, Ayo CeraiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang