##Bab 10 Berselingkuh?

637 25 1
                                    

Febi merasa sakit kepala, "Tasya, berhenti bicara omong kosong."

Manusia bukanlah sampah, bagaimana bisa dibuang begitu saja? Terlebih lagi, lelaki bejat itu adalah ... lelaki pujaan hatinya ....

"Kapan aku berbicara omong kosong? Kalau sekarang kamu tidak mengambil kesempatan ini, maka kelak sudah terlambat!" ucap Tasya dengan sungguh-sungguh untuk memperingatkan Febi. Berapa lama pernikahan seperti ini akan bertahan? Selain itu, sekarang adalah saat yang terbaik untuknya!

Febi memijit pelipisnya dengan perasaan kacau, dia tidak menjawabnya. Tasya kembali bertanya, "Hei, aku tanya masalah serius, tadi malam bagaimana keterampilan lelaki itu? Apa dia menyakitimu karena terlalu kasar? Sekarang bahkan berbicara pun kamu terdengar lemah."

"Sudah cukup, bagaimana mungkin aku bisa mengingatnya?" Febi berbohong dengan wajah tersipu malu. Sebenarnya, dia mengingat jelas ciuman lelaki itu yang liar dan mendominasi, seolah-olah dia ingin memasuki tubuh dan jiwa Febi, ciuman lelaki itu sama seperti karakternya.

'Aduh, kenapa aku memikirkan ini lagi? Cukup!' batin Febi.

"Baiklah, aku tidak bertanya lagi. Apakah kamu kesakitan? Apa perlu aku mengirimkanmu sesuatu untuk menambah nutrisi tubuhmu?"

Sakit?

Febi tertegun sejenak, lalu matanya melihat ke bawah, "Aku tidak merasa sakit."

"Tidak sakit? Ya ampun! Mungkinkah dia terlalu kecil, jadi .... Aku mendengar seniorku berkata saat malam pertama dia tidak merasakan sakit, karena pasangannya itu kecil bagaikan tusuk gigi ...."

Tasya memutar matanya, "Lupakan saja, aku pikir kamu harus mencari orang lain. Orang ini tidak memenuhi syarat! Sayang sekali, dia terlihat baik dan punya uang, tapi kenapa ...."

"Aku sudah lelah, aku tidak mau berbincang denganmu lagi." Tasya sama sekali tidak menghibur Febi, dia juga tidak memberi ide sedikit pun. Sebaliknya, Tasya malah mendesak Febi untuk bercerai hingga dia merasa sedikit tidak berdaya.

Tasya hanya berpikir bahwa Febi lelah karena kejadian tadi malam, jadi dia tidak ingin berbicara dengannya lagi. Tasya hanya memintanya untuk banyak beristirahat.

Febi menutup telepon, dia merasa sedikit bingung. Pagi ini sangat kacau sehingga dia lupa dirinya tidak merasa sakit. Bukankah saat malam pertama akan mengeluarkan darah? Astaga! Dia sangat ceroboh, dia bahkan lupa memeriksa apakah tempat tidur ada bekas darah atau tidak.

Apakah benar seperti yang dikatakan Tasya, karena ukurannya terlalu kecil, jadi ... dia tidak merasa sakit?

Dia benar-benar tidak bisa memercayainya.

Lelaki yang sangat tampan dengan tubuh dan citra papan atas, ternyata salah satu organ tubuhnya cacat. Seorang lelaki tanpa kepahlawanan, sungguh menyedihkan! Berani-beraninya dia bilang ... dia pria normal?

Saat ini, Febi tidak menyadari pikirannya sudah menyimpang. Dia berjongkok di sana sambil berpikir yang tidak-tidak, dia bahkan tertidur dengan posisi itu.

Dia tidur berjongkok di sana selama tiga jam.

...

"Hei! Febi!" Sebuah suara yang familier datang dari atas, jari-jari kaki Febi ditendang.

"Febi, masih tidak ingin bangun?" Suara merdu itu terdengar sedikit tidak sabar. Dia berusaha keras untuk mengangkat kelopak matanya yang berat, Nando adalah orang yang tidak sabaran, dia harus segera bangun.

Namun, sebelum dia membuka matanya, detik berikutnya, pergelangan tangannya sudah digenggam oleh telapak tangan yang besar itu. Dia ditarik naik dengan kasar seperti kain karung, "Keluar, jangan menunda waktuku mandi ..... Ada apa dengan wajahmu?"

Direktur, Ayo CeraiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang