##Bab 124 Cerai

311 22 0
                                    

Pengadilan Agama?

Mengajak Febi pergi mengurus prosedur perceraian?

Febi merasa pusing, tapi dia mendengar semua kata-kata Nando. Setelah bulu matanya bergetar beberapa kali, akhirnya Febi membuka matanya dengan susah payah.

Febi menatap mata marah Nando, kemarahan itu seakan membubung ke langit hingga membuat orang gemetar takut. Febi mengerutkan bibirnya, setelah beberapa saat dia bertanya, "... Cerai?"

Suaranya terdengar lemah dan tak berdaya.

Seolah helaan napas dari jurang yang akan hilang di saat berikutnya....

Nando merasakan sakit di dadanya. Dulu, dia berharap mereka akan menyiksa satu sama lain seperti ini dan mengikat Febi di sisinya. Namun, melihat penampilan Febi yang kesakitan sekarang, dia juga merasa sakit hati yang sama seperti Febi.

"Julian tidak akan menikahimu. Dia ingin menikahi wanita lain, kamu juga ingin bercerai denganku?" tanya Nando yang tidak ingin menyerah.

Bulu mata Febi berkedip sejenak, lalu dia mengangguk, "... Kita bercerai, sudah tidak ada hubungannya dengan dia."

Jadi, Febi sudah bertekad untuk bercerai.

Nando berdiri di samping ranjang dan menatapnya dari atas ke bawah. Setelah waktu yang lama, dia akhirnya mengangguk dan berkata kata demi kata, "Oke, aku akan memberimu 5 menit untuk mengganti pakaian. Kita ... segera pergi!"

Nando sudah sangat tenang. Akan tetapi, ketika dia mengucapkan kata terakhir, suaranya jelas sedikit bergetar.

Seolah-olah Nando takut akan menyesalinya. Setelah selesai berkata, dia tidak menatap Febi lagi dan berjalan keluar dari kamar dengan cepat.

"Bang...." Pintu ditutup, Febi bangun dan segera turun dari ranjang. Dia berjalan ke lemari, lalu menarik pakaian bersih dan mengganti dengan cepat.

...

Kali ini, tampaknya semuanya tidak memiliki ruang untuk mundur.

Mobil melaju di dalam kota langsung menuju Pengadilan Agama. Febi bersandar di jendela mobil, kekuatannya perlahan telah kembali. Hanya saja, dia berendam di dalam bak mandi, jadi sekarang dia kembali merasa pusing. Suhu tubuhnya kembali meningkat.

Orang saat menjadi rapuh, ternyata tubuh pun akan menjadi sangat lemah dan rentan.

Nando memegang kemudi dengan kedua tangannya. Dia mengepal erat kemudi hingga tulang dan persendian terlihat jelas. Beberapa kali, dia menoleh pada wanita di sampingnya, dia bahkan berharap Febi akan mengatakan "tunggu sebentar". Akan tetapi, sangat jelas, Febi tidak menyesali perceraian ini.

Orang yang tidak ingin melepaskan dan tidak rela hanya Nando....

Mobil sudah dikendarai dengan lambat. Namun, dengan cepat, Pengadilan Agama berada tepat di depan mereka.

Febi segera turun dari mobil dan membawa semua dokumen, "Parkir saja mobilnya di sembarang tempat, toh prosedurnya akan sangat cepat."

Sangat jelas Febi berharap untuk mengurus prosedur dengan cepat, menghindari terjadi hal yang tidak diinginkan!

Nando duduk di kursi pengemudi dan menatap Febi beberapa kali. Mata Nando gelap dan penuh emosi. Namun, pandangan itu malah membuat Febi gemetar, tanpa sadar dia mengepalkan dokumen di tangannya.

"Apakah kamu menyesal lagi?"

Nando tertawa.

Dia memarkirkan mobil secara acak ke tempat parkir dan mendorong pintu keluar dari mobil.

Direktur, Ayo CeraiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang