Melihat kejadian ini, seketika Bibi langsung Della ketakutan. Dia buru-buru menjatuhkan penyedot debu di tangannya dan berlari ke sana, "Tuan Muda, lepaskan, apa yang Anda lakukan?"
"Menyingkir!" Nando bahkan tidak menoleh sedikit pun.
Bibi Della takut padanya, tapi dia tidak bisa membiarkan nyonya muda ditindas seperti ini. Dia menelan ludah dan ingin mengatakan sesuatu, tapi Febi malah berkata dengan susah payah, "Bibi Della, biarkan dia ... biarkan dia mencekikku sampai mati. Jangan ikut campur ...."
Kekuatan tangan Nando sedikit meningkat, Febi terengah-engah dan tidak bisa berbicara lagi.
Apakah akan ada korban jiwa? Bibi Della tidak berani berlama-lama, dia berlari dengan cepat dan diam-diam menelepon kepala keluarga.
...
"Tadi malam kamu pergi kemana?" tanya Nando dengan suara tajam, matanya dipenuhi amarah seolah-olah dia akan melahap Febi, "Apakah kalian tidur bersama? Febi, apakah kamu membiarkan dia menidurimu?"
Hati Febi sudah tidak merasa sakit lagi.
Akan tetapi, hatinya terasa semakin dingin ....
Lebih dingin dari berendam di dalam air es ....
Febi mencibir dan menatapnya seolah-olah dia sedang menonton lelucon, "Ya, Kenapa kalau kami tidur bersama? Kenapa kalau kami berhubungan? Apakah kamu mau membunuhku? Uhuk uhuk ...."
Jari-jari Nando kembali mencekik Febi dengan kuat, tapi Febi tidak melawan. Dia hanya menatap Nando dengan dingin dan arogan. Di depan Nando, Febi tidak akan pernah menunjukkan kelemahannya lagi!
"Febi, percaya atau tidak, aku benar-benar akan membunuhmu!" ucap Nando sambil menggertakkan giginya.
Febi mengangkat wajahnya yang pucat dan menantang, "Kalau begitu coba saja!"
Nando sangat membencinya. Tadi malam dia duduk di kamar dan tidak tidur semalaman. Dia meneleponnya semalaman sampai baterai ponselnya habis, tapi wanita sialan ini tidak menjawab satu pun. Saat Nando teringat dia dan Julian mungkin melakukan hal semacam itu, hatinya terasa panas dan sakit seperti dipanggang di atas api. Perasaan ini sangat menyiksanya!
Namun, Febi sama sekali tidak merasa bersalah. Setelah semalaman berkeliaran dan kembali, dia bahkan masih berani bersikap seolah dirinya benar.
Benar-benar pantas mati!
Tiba-tiba Nando mengendurkan tangan yang mencekik leher Febi, Febi menarik napas dalam-dalam. Sebelum dia bereaksi, detik berikutnya tubuh Febi sudah ditarik oleh Nando ke dalam pelukannya. Tubuh Nando sangat panas bagaikan api dan memeluk Febi seperti sebuah jaring yang mengikatnya, sepasang mata Nando bagaikan obor yang menyala, "Febi, aku tidak menyangka kamu begitu murahan sehingga kamu menggoda pria di luar. Sepertinya aku yang tidak memuaskanmu? Hah?"
Febi tidak melawan, dia hanya berdeham pelan, "Suamiku memiliki masalah dengan kemampuan seksualnya. Tentu saja, sebagai seorang istri, aku harus memahaminya. Jadi, aku hanya bisa meminta orang lain untuk menggantikanmu. Bukankah kamu seharusnya berterima kasih kepadaku karena sangat murah hati?"
"Kamu ...." Nando marah hingga wajahnya berkerut.
"Tuan Muda Nando, jangan kira kamu adalah satu-satunya pria di bumi ini dan jangan berpikir aku, Febi hanya akan berada di sisimu selamanya." Ekspresi Febi tampak dingin dan bangga, "Aku tidak peduli bagaimana kamu bermain dengan cinta pertamamu. Jadi, lebih baik kamu tidak mencampuri urusanku!"
Setelah selesai berbicara, Febi mendorong Nando dengan kuat hingga dia mundur selangkah. Febi berdiri di tangga dan menatap Nando dengan tatapan jijik, "Kamu yang sekarang hanya membuatku muak!"
Muak? Dia berani mengatakan Nando membuatnya muak! Ya, dia sudah memiliki pria lain, tentu saja di matanya, Nando tidak ada apa-apanya lagi.
Nando memelototi punggung Febi, seolah-olah dia ingin menembus tubuhnya. Pikirannya menjadi kacau dan dia berteriak, "Febi, dasar wanita jalang, aku akan menceraikanmu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Direktur, Ayo Cerai
RomanceDua tahun lalu, di bawah mata cemburu semua orang, dia menikah dengan putra Keluarga Dinata dan menjadi orang terhormat. Namun, tidak ada yang tahu dua tahun kemudian, dia yang sudah menikah masih adalah seorang gadis .... Pada hari itu, dia dijebak...