##Bab 29 Menjalankan Tugas

503 21 0
                                    

Nando seakan tidak puas dengan sikap Febi yang tidak memedulikannya, Nando mengulurkan tangannya dan menarik Febi untuk berdiri. Gerakannya sangat kasar, seolah-olah ingin menghancurkan Febi.

"Febi, apakah kamu tuli atau bisu?"

Febi mengambil napas dalam-dalam, dia menatap mata Nando dan berkata, "Tidak mau."

Dua kata sederhana yang terdengar bersemangat itu sepenuhnya menunjukkan tekad Febi. Nando tiba-tiba mencubit dagu Febi dengan kuat, bekas merah muncul di kulitnya yang seputih salju. Aura dingin yang menusuk muncul dari matanya, "Febi, apakah kamu masih memiliki martabat? Hah? Demi kemewahan dan kekayaan keluarga Dinata, kamu benar-benar akan mengandalkan segala cara?"

Bagaimana mungkin rasa sakit di tubuh bisa menandingi rasa sakit di hati saat ini?

Setelah Febi dipermalukan dan ditindas, Nando tidak berbasa-basi sedikit pun padanya. Hal pertama yang Nando lakukan setelah kembali ke rumah adalah ... mengusirnya! Nando benar-benar ingin mengusir Febi dari hidupnya. Di matanya, Febi adalah orang yang sangat jahat! Nando berpikir bahwa Febi menikah dengan keluarga Dinata dan merasakan segala penderitaan, hanya untuk kemewahan dan kekayaan keluarga Dinata?

"Ya, semua demi kemewahan dan kekayaan keluarga Dinata, demi ibuku dan adik laki-lakiku, aku tidak akan bercerai denganmu!" Febi kesal, dia melemparkan pakaian di tangannya, air berbusa memercik ke wajah mereka berdua. Febi memelototinya dengan tajam seperti seekor landak yang terluka, di dalam matanya penuh dengan keteguhan, "Nando, kamu mengucapkan seratus kali pun dan aku tidak akan bercerai denganmu!"

Nando benar-benar kesal, dia mengencangkan telapak tangannya, lalu mencubit wajah kecil Febi hingga memucat, "Sekarang Vonny sudah kembali, posisi Nyonya Dinata adalah miliknya! Seharusnya kamu mengetahui hal ini sejak lama! Febi, kamu bukan siapa-siapa untukku, mengerti?"

Febi menjawabnya dengan keras kepala, "Selama bertahun-tahun, saat aku ditindas oleh ibu mertua dan adik ipar, kamu tidak pernah membelaku. Sekarang atas dasar apa kamu berharap aku merestui hubungan kalian berdua?"

Febi mencibir dengan dingin, dia tertawa hingga matanya memerah, "Ya, di matamu aku mungkin bukan apa-apa, tapi di mata orang luar dan Vonny, aku adalah istrimu!"

Mata Febi menyipit, terlintas jejak kekejaman di dalam matanya. Nando tahu bahwa wanita ini keras kepala, tapi dia tidak menyangka saat dia keras kepala benar-benar sangat menyebalkan. Lengan panjang itu menarik Febi keluar dari kamar mandi. Pada saat berikutnya, dia melemparkan tubuh Febi ke atas tempat tidur dengan marah.

Sosok besar itu menekan tubuh Febi, Febi tercengang. Febi tanpa sadar berjuang untuk bangun, tapi Nando malah menggenggam tangannya dengan cepat dan menahan kedua tangannya di atas kepala Febi.

Sepasang mata Nando terlihat memancarkan cahaya gelap yang berbahaya, seperti macan tutul liar yang berlari kencang di padang rumput. Segala sesuatu di sekitarnya, termasuk napasnya sangat agresif, seolah-olah Febi akan ditelan bulat-bulat.

"Nando, kamu .... Apa yang kamu lakukan?" Dia belum pernah melihat Nando bersikap seperti ini sebelumnya, hal ini membuat jantung Febi berdegup kencang, bahkan mulutnya pun bergemetar.

"Menurutmu? Bukankah kamu mengatakan kamu adalah istriku? Setelah dua tahun menikah. Bagaimanapun juga, kamu harus memenuhi tanggung jawabmu sebagai seorang istri!" Setelah berbicara, dia melambaikan telapak tangannya untuk melepas piyama tipis di tubuh Febi.

"Nando, jangan sentuh aku!" Febi merasakan darah naik ke kepalanya, dia marah hingga kedua matanya memerah. Sejak dia menikah, Febi selalu mendambakan bisa semakin dekat dengan Nando, tapi selama dua tahun Nando tidak memberinya apa pun selain tatapan dingin. Sekarang kedekatan mereka, malah dengan mempermalukan Febi seperti ini!

Direktur, Ayo CeraiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang