##Bab 65 Panik Tidak Jelas

281 23 0
                                    

"Dengan siapa kamu bertelepon?"

"Kembalikan ponselku!" Febi sudah tersadar dari lamunannya, dia mengulurkan tangan untuk mengambil ponselnya, tapi Usha sudah meletakkan ponsel ke telinganya dan mendengarkan, ternyata panggilan itu sudah terputus dan tidak ada suara. Jadi, dia mencari histori panggilan.

Febi merasa tegang. Usha pasti memiliki nomor telepon Julian. Jika diketahui olehnya, Febi tidak tahu apa yang akan terjadi. Namun, diluar perkiraan, setelah Usha melirik deretan nomor yang tidak dikenalnya, dia dengan tenang mengembalikan ponsel Febi dan jelas merasa lega.

"Kamu bukan bertelepon dengan senior?" tanya Usha untuk mengkonfirmasi lagi.

"Tidak. Itu hanya ... salah satu temanku." Intuisi wanita benar-benar menakutkan. Mungkin nomor Julian lebih dari satu, jadi Usha tidak menyadarinya.

Usha meliriknya dan sedikit mengangguk, seolah dia mempercayai ucapan Febi. Tepat ketika Febi hendak menarik napas lega, dia tiba-tiba melangkahkan kakinya dan bergegas ke jendela.

Febi terkejut dan ingin menghentikannya, tapi sudah terlambat. Febi menutup matanya dan sudah bersiap secara mental untuk menghadapi sikap Usha yang tidak masuk akal itu, tapi yang mengejutkannya lagi adalah ....

"Lupakan saja, apa urusan denganku kamu bertelepon dengan siapa. Febi, malam ini kakakku tidak akan kembali! Siapa yang menyuruhmu menindas Kak Vonny, kakakku pergi membujuknya."

Tidak apa-apa jika tidak memberitahukannya. Saat Usha memberitahunya, Febi merasakan aura dingin di hatinya.

"Aku lelah, kalau kamu tidak ada masalah lagi, keluarlah." Febi mengusirnya.

Usha mendengus dingin, "Kamu benar-benar bisa menerimanya. Apakah uang Keluarga Dinata begitu menarik untukmu?"

Febi bahkan tidak bisa tersenyum.

"Ya, bukankah kamu sudah tahu aku orang seperti apa? Aku miskin, aku tidak punya kekayaan dan tidak memiliki latar belakang. Aku akhirnya bisa menikah dengan Tuan Muda Nando, apa salahnya mendapatkan sedikit penindasan? Benar tidak?"

Febi mengucapkan semua kata-kata Bella.

Usha menggertakkan giginya dengan marah, "Kamu sangat tidak tahu malu! Aku seharusnya merekam kata-kata ini untuk ayahku, sehingga dia bisa melihat orang seperti apa kamu!"

Febi tidak mengatakan sepatah kata pun, dia hanya membuka pintu, jelas-jelas sedang mengusirnya. Usha memelototinya, lalu dia berbalik dan berjalan keluar. Febi mengunci pintu dan segera bergegas ke jendela. Bagaimana mungkin masih ada Julian di sana?

"Panik tidak jelas!" Febi menepuk dadanya dan menarik napas lega.

Untungnya, Julian pintar dan pergi dengan cepat.

Febi bersandar di dinding dan mengambil napas, kata-kata terakhir yang dia ucapkan di telepon, masuk ke benak Febi tanpa terkendali. Febi membeku sesaat, wajahnya tiba-tiba memerah.

Berselingkuh?

Mereka ... seperti itu tidak akan dianggap berselingkuh, 'kan? Jika itu benar, lalu apa perbedaan antara dia dan Nando?

Febi melemparkan dirinya ke ranjang dengan kesal, dia mengambil bantal dan membenamkan wajahnya dalam-dalam, dia sama sekali tidak menyadari bahwa pikirannya tidak lagi tertuju pada Nando.

...

Di Kantor Direktur Hotel Hydra.

Caroline mengetuk pintu, ketika dia mendengar jawaban, dia membuka pintu dan berjalan masuk.

"Pak Julian, ini adalah informasi tentang Perusahaan Konstruksi Cyra yang Anda inginkan." Caroline menyerahkan setumpuk dokumen.

Direktur, Ayo CeraiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang