"Febi, ikut aku ke ruang kerja." Sebaliknya, Samuel terlihat jauh lebih tenang. Dia hanya melirik Febi, lalu berbalik dan berjalan menuju ruang kerja. Febi tidak mengatakan apa-apa, dia mengikuti di belakang Samuel dalam diam.
Dalam keluarga ini, ada ayah mertua dan hanya ayah mertua yang bisa berdiskusi dengan dirinya.
...
Di ruang tamu, tersisa Nando membeku di lantai atas dengan ekspresi yang tidak enak dipandang di wajahnya. Bella berlari ke atas, "Nak, beri tahu Ibu, apakah Febi si jalang kecil itu sudah berselingkuh?"
"Aku tahu dia bukan wanita baik-baik, sekarang akhirnya kita mendapatkan buktinya!" Usha seakan bahagia melihat masalah ini, "Kak, kali ini Kakak harus menceraikannya, jangan kasihan padanya!"
"Cukup!" sela Nando pada mereka berdua dengan kesal, "Ini adalah masalah antara kami, kalian tidak perlu ikut campur!"
Setelah itu, dia berbalik dan kembali ke kamar tidur. Terdengar suara "bang" yang keras, dia membanting pintu hingga tertutup.
Bella dan Usha terkejut hingga mata mereka terbelalak. Setelah beberapa saat, mereka kembali sadar dari lamunannya. Usha menepuk dadanya dengan ketakutan yang tersisa, "Bu, ada apa dengan kakakku? Kita melakukan ini untuk kebaikannya.
"Apakah kamu mendengar apa yang dia katakan? Apakah itu pantas? Masalah antara mereka, kita tidak perlu ikut campur? Kita berdua menjadi orang luar?" Usha sangat tidak puas.
Bella berpikir, kemudian ekspresinya terlihat masam, "Mungkinkah kakakmu telah jatuh cinta pada Febi?"
...
Ruang kerja.
Samuel berdiri tegap dengan kedua tangan di belakang punggungnya sambil menatap Febi dengan kedua matanya. Melihat wajah Febi yang keras kepala, matanya menjadi sedikit gelap dan emosi yang rumit bergejolak.
"Febi, emosimu sangat mirip dengan ibumu," kata Samuel dengan nada tak berdaya.
Begitu dia mendengar ibunya, wajahnya yang keras kepala berkedut dan ujung hidungnya terasa perih.
"Katakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi?" Samuel duduk di sofa dengan perlahan, lalu mengangguk ke sisi yang berlawanan, memberi isyarat pada Febi untuk duduk. Kemudian, dia baru melanjutkan, "Aku tidak percaya dengan kata-kata Nando. Aku sangat mengenalmu."
Terlintas sedikit kasih sayang di matanya, "Kamu adalah anak yang tahu aturan."
Kepercayaan tanpa syarat ayah mertua tiba-tiba meluluhkan hati Febi. Seakan hanya dengan satu tusukan pelan, topeng yang dia pakai begitu lama terbelah dengan mudah. Sekarang saat ibu dan adiknya tidak berada di sisinya, hanya ayah mertuanya yang bisa memberinya kehangatan bagaikan sebuah keluarga.
"Ayah, aku tidak berselingkuh. Tadi malam, aku tinggal di rumah seorang teman, tapi hubungan kami bukan seperti yang Nando pikirkan. Tapi ...." Febi menarik napas dalam-dalam, Febi mengepalkan tangannya hingga ujung jarinya menusuk dagingnya, "Aku dan Nando ... lebih baik kami bercerai. Dua tahun ini, kami semua sudah lelah .... Aku tidak seperti ini lagi."
"Febi, sebelum kamu menikah, kamu berjanji padaku apa pun yang terjadi, kamu akan terus bertahan. Apa kamu lupa? Lagi pula, perasaan bisa dipupuk perlahan-lahan."
"Sudah dua tahun. Kalau bisa dipupuk, sekarang pasti sudah ada."
Samuel tersenyum, "Apakah kamu benar-benar berpikir bahwa Nando sama sekali tidak memiliki perasaan padamu?"
Febi tercengang.
"Dia anakku, aku lebih mengenalnya darimu. Kalau dia benar-benar tidak memiliki perasaan padamu, tadi malam kamu tidak pulang semalaman, dia tidak akan peduli dan menjadi sangat marah seperti ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Direktur, Ayo Cerai
RomanceDua tahun lalu, di bawah mata cemburu semua orang, dia menikah dengan putra Keluarga Dinata dan menjadi orang terhormat. Namun, tidak ada yang tahu dua tahun kemudian, dia yang sudah menikah masih adalah seorang gadis .... Pada hari itu, dia dijebak...