##Bab 70 Ruang Di Antara Keduanya

259 19 1
                                    

Perintah ini bagaikan perintah amnesti dan hal itu juga yang membuat ekspresi Julian menjadi sedikit membaik. Melihat ini, Pak Hendri terkekeh, "Salah paham, salah paham. Pak Julian, aku sudah memesan tempat minum teh, bagaimana kalau kita pergi sekarang?"

Julian memberikan anggukan dan semua orang menghela napas lega. Sebelum pergi, Julian dengan santai menambahkan, "Karena Nona Febi adalah penanggung jawab proyek. Dia akan pergi bersama. Aku memiliki beberapa rencana kerja sama yang masih perlu dikomunikasikan."

Berkomunikasi sekarang?

Namun, proyeknya masih belum dimulai, bukankah ini terlalu aneh?

Akan tetapi, bagaimana Febi berani membantah? Di hadapan semua orang, dia hanya bisa mengikuti di belakang mereka dengan ekspresi gusar.

...

Begitu mereka pergi, karyawan kantor segera dibagi menjadi dua sisi, satu sisi berbicara hal-hal buruk tentang Febi, sementara sisi lain mendekati Tasya untuk mulai bergosip.

"Tasya, Febi terlalu beruntung, bukan? Pria seperti ini, bahkan wanita yang sudah menikah pun tidak bisa terlepas dari godaannya."

"Tasya, kamu dan Febi sangat akrab. Beri tahu kami, apa hubungan mereka? Bagaimana mereka bisa saling kenal? Kelihatan jelas Pak Julian ini diam-diam sedang melindunginya. Bahkan cara dia memandang Febi saja berbeda."

"Kelak, dengan dukungan Pak Julian, siapa yang berani mencari masalah dengan Febi? Ckck, orang yang cantik memang berbeda, aku sangat iri ...."

"Sudah, sudah. Kata-kata kalian membuatku sakit kepala." Tasya mengusir mereka, "Kembalilah ke tempat kalian, jangan tanya lagi. Aku tidak tahu apa-apa, aku tidak tahu apa-apa!"

...

Febi berjalan ke bawah bersama dengan semua orang. Beberapa mobil diparkir di depan perusahaan. Hanya sekilas, Febi langsung mengenali mobil Julian.

"Febi, Pak Julian mungkin tidak kenal dengan daerah ini, jadi kamu naik mobil Pak Julian saja," ucap Pak Hendri sambil berbalik. Tidak ada satu orang pun di sini bukan orang yang cerdas. Baru saja, Julian berperilaku seperti itu. Siapa pun yang memiliki mata dapat melihatnya. Selama dia bisa memenangkan proyek sebesar itu, siapa akan peduli dengan status Febi yang sudah menikah?

Febi terdiam.

Tidak kenal? Terakhir kali mengantarnya ke sini, Julian sangat mengenal lokasi ini.

Ryan yang merupakan asisten Julian juga sadar diri dan masuk ke mobil Pak Hendri.

"Masuk ke mobil." Di sisi ini, Julian sudah membuka pintu kursi pengemudi, Febi berkata "oh" dan masuk ke kursi penumpang. Memikirkan ciuman di restoran hari itu dan kata-kata "berselingkuh" yang dia ucapkan, Febi merasa sedikit malu dan detak jantungnya sangat cepat. Sepanjang jalan, dia terus memalingkan wajahnya ke jendela.

"Bagaimana tanganmu?" tanya Julian sambil mengemudi dan melirik sejenak punggung tangannya yang tersiram air panas. Sangat jelas jika punggung tangan Febi yang tersiram air panas menjadi sedikit melepuh.

"Tidak apa-apa." Febi mengusapnya dengan pelan, dia mengendus kesakitan dan meletakkan kembali tangannya.

"Sudah seperti ini masih bilang tidak apa-apa?" Julian mengernyitkan alisnya. Tangan kanannya melepaskan kemudi dan hendak memegang tangan Febi. Febi tertegun, dia menggigit bibir bawahnya dan menarik kembali tangannya.

Wajah Julian terlihat sedikit masam, dia merentangkan telapak tangannya dan memerintahkan, "Berikan padaku."

"... tidak perlu." Kata "berselingkuh" terus-menerus terngiang di benak Febi.

"Cepat!" Julian sepertinya tidak mendengar penolakan Febi sama sekali. Dia tahu dirinya tidak dapat melawannya, jadi dia mau tidak mau memberikan tangannya dengan perlahan-lahan. Ujung jari Febi masih belum menyentuh tangan Julian, tapi Julian sudah dengan cepat menggenggam tangannya.

Direktur, Ayo CeraiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang