Begitu seseorang tertanam di hati, makan akan terus-menerus merindukannya.
Malam hari.
Setelah Febi menyelesaikan pekerjaannya dan mandi, dia berbaring di ranjang dan menatap langit-langit. Bayangan seseorang terus-menerus menghantui pikirannya. Memikirkan orang itu, Febi tidak bisa menahan untuk tersenyum. Seketika, hatinya diselimuti perasaan bahagia.
Sekarang sudah lewat jam 10, tidak tahu apakah Julian masih sibuk. Febi memeluk selimut, berbalik, lalu mengeluarkan ponsel dari bawah bantal dan menggerakkan jari-jarinya di nomor yang sudah dikenalnya. Pada akhirnya, dia tidak menekan angka-angka itu.
Menelepon selarut ini mungkin akan membuat Febi tampak terlalu lengket padanya. Selain itu, jika Nyonya Besar ada di sana, maka pasti akan sulit untuk menjelaskannya.
Memikirkan hal ini, Febi melemparkan ponsel ke samping dengan kesal dan menarik selimut untuk menutup tubuhnya. Apakah ini rasanya jatuh cinta?
Kapan Febi menjadi begitu bertele-tele, takut akan kehilangan?
Jika Tasya mengetahui penampilan Febi ini, dia pasti akan menertawakannya.
Saat Febi sedang memikirkannya, telepon tiba-tiba berdering. Di ruang gelap, nada dering itu tampak begitu tiba-tiba. Akan tetapi, suara itu seperti drum yang langsung memukul jantung Febi hingga berdetak tidak karuan.
Febi segera mengeluarkan ponsel dari bawah bantal dan tanpa melihatnya terlebih dulu, dia meletakkan ponselnya di telinganya dengan tidak sabar, "Halo!"
Febi jelas mendengar nada suaranya sendiri terdengar begitu tinggi di malam hari, seperti burung yang terbang di udara.
Akan tetapi....
Suara di sana membuat hatinya yang bahagia tiba-tiba menjadi sedih.
"Aku."
Suara itu adalah suara yang dia harapkan dulu. Namun sekarang, suara ini tidak ada arti lagi untuknya.
"Sudah larut begini, apakah kamu ada urusan?" Itu bukan Julian, tapi Nando.
"Mengetahui ini aku, apakah kamu merasa sangat sedih?" tanya Nando sambil mencibir dengan nada suaranya yang terdengar getir. Perubahan emosi dalam nada suara Febi yang terlalu cepat membuat Nando tidak dapat mengabaikannya.
"Kalau kamu memiliki sesuatu untuk dibicarakan cepat bicarakan, aku sedikit mengantuk." Febi tidak ingin berbicara terlalu lama dengan Nando. Khawatir Nando tidak mempercayainya, jadi dia menguap dengan sengaja.
Nando terdiam beberapa saat, lalu dia berkata, "Apa kamu tahu? Tadi malam, Vonny yang menjagaku sepanjang malam. Aku bermimpi dan mengira itu adalah kamu hingga aku bahkan tertawa di dalam mimpiku. Aku bahkan berpikir, karena kamu merawatku dengan sepenuh hati. Mungkin kamu masih mencintaiku. Kalau begitu, aku tidak akan pernah menceraikanmu dalam hidup ini."
Mendengar kalimat terakhir, Febi tidak bisa menahan cemberut, "Tapi kamu tahu itu bukan aku. Karena Vonny menjagamu sepanjang malam, jangan mengkhianatinya, jangan mengkhianati anak itu."
Nando menertawakan dirinya sendiri.
Ketika Nando terbangun dari mimpi, semua fantasinya hancur....
"Febi, aku akan menanyakan satu pertanyaan terakhir padamu," ucap Nando dengan suaranya muram. Pada malam seperti itu, suara itu terdengar sedikit lebih menyedihkan.
"Penyebab kamu menceraikanku apakah lebih banyak karena Vonny atau lebih banyak karena Julian?" Nando menambahkan, "Jangan bilang itu tidak ada hubungannya dengan Julian, kamu tidak bisa berbohong padaku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Direktur, Ayo Cerai
RomantikDua tahun lalu, di bawah mata cemburu semua orang, dia menikah dengan putra Keluarga Dinata dan menjadi orang terhormat. Namun, tidak ada yang tahu dua tahun kemudian, dia yang sudah menikah masih adalah seorang gadis .... Pada hari itu, dia dijebak...