##Bab 142 Terjerumus dalam Cinta

157 16 0
                                    

Rumah Sakit Royal Olvis.

Terlihat sangat kacau.

Satu orang dibawa ke ruang gawat darurat, sementara yang satunya lagi dibawa ke Departemen Obstetri dan Ginekologi.

Setelah pemeriksaan dokter, Febi mengalami gegar otak hingga harus dirawat di rumah sakit selama dua hari. Beberapa jahitan dijahit di dahinya dan juga terbalut kain kasa.

Dia menutup matanya dan berbaring di ranjang. Alis Febi masih berkerut, seolah-olah dia terjerat dalam mimpi buruk. Lapisan keringat dingin pun muncul di dahinya.

Julian berpikir bahwa Febi terkejut dengan kondisi Vonny barusan, jadi dia mengulurkan tangan untuk menggenggam tangan Febi.

Tangan Febi terasa sangat dingin, hingga tidak ada suhu.

Saat Febi menyentuh kehangatan tangan Julian, jari-jarinya yang pucat gemetar sejenak, lalu dia berbalik menggenggam tangan Julian dengan erat.

Saat berikutnya, Febi tiba-tiba duduk dari ranjang.

Mata ketakutan Febi bertemu sepasang mata khawatir Julian, sudah ada lapisan keringat dingin di punggung Febi.

"Febi?" panggil Julian dengan ragu.

Febi tanpa sadar menarik Julian, hingga jari-jarinya hampir menusuk masuk ke dalam daging Julian, "Julian, apakah aku bermimpi? Aku memimpikan banyak darah ...."

Bibir Febi gemetar dan pucat pasi, "Atau ... ini sama sekali bukan mimpi? Aku benar-benar mendorong Vonny? Di mana dia sekarang?"

"Jangan terlalu bersemangat. Lukamu baru saja dijahit dan kepalamu akan sedikit pusing." Julian menatap Febi dengan tajam. Julian berdiri dengan wajah serius, "Dia ada di ruang operasi sekarang. Usha dan Asisten Ryan ada di sana. Haruskah aku mengantarmu ke sana?"

"Ruang operasi ...." Hati Febi bergetar. Pada saat berikutnya, dia mengangkat selimut dan buru-buru turun dari ranjang.

Julian menghela napas dan mengikutinya dari belakang.

...

Begitu Febi muncul, Usha langsung bersemangat. Dia melangkah ke arah Febi dengan agresif, "Febi, berani-beraninya kamu muncul di sini? Aku beri tahu kamu, ibu dan kakakku sudah perjalanan kemari. Kalau terjadi sesuatu pada anak kakakku, kami tidak akan pernah mengampunimu!"

Dihadapkan dengan kesalahan seperti itu, Febi menggigit bibirnya dengan rasa bersalah dan tidak bisa berkata-kata.

Meskipun dia benar-benar membenci Vonny, bagaimanapun juga, anak yang belum lahir itu tidak bersalah ....

Julian mengulurkan tangannya dan memapah Febi ke belakang. Sikapnya menunjukkan rasa perlindungan yang kuat.

Julian melirik Usha dengan dingin, Usha pun merasa tidak rela, "Senior, jangan tertipu dengan penampilannya! Dia yang menyebabkan kakak iparku mengalami kecelakaan. Dia sengaja membuat kakak iparku keguguran!"

"Dia masih berpikir untuk merayu kakakku! Dia pikir kakakku akan berubah pikiran kalau anak itu meninggal. Dia sangat kejam!" ucap Usha semakin bersemangat, seakan ingin menelan Febi bulat-bulat.

Sebelum Febi bisa membela diri, Julian sudah memegang tangannya.

Genggaman Julian begitu erat dan kuat, sehingga kebencian Usha pun melonjak.

"Apakah menurutmu wanitaku perlu merayu pria lain? Terutama ... seorang pria yang tidak dia inginkan?" ejek Julian. Kata-katanya sangat acuh tak acuh, tetapi membuat Usha tidak bisa mengatakan sepatah kata pun.

Mendengarkan kata-kata "wanitaku", Usha merasa api cemburu hampir membakar dirinya.

Merasakan perlindungan Julian, semua jenis emosi yang rumit membengkak dan berkumpul di dada Febi, hingga membuatnya terengah-engah.

Direktur, Ayo CeraiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang