"Benarkah?"
Meskipun Julian menanyakan pertanyaan ini, dia sudah memiliki jawaban yang pasti di dalam hatinya. Karena jawaban itu pula yang membuatnya merasa bahagia.
"Yah, benar ...."
Terlihat jelas penegasan Febi membuat Julian lebih bersemangat.
Jadi ....
Febi masih miliknya!
Tidak ada yang pernah menyentuhnya!
Julian bukanlah orang pelit, tapi dia tidak pernah bisa bermurah hati untuk masalah tentang Febi!
Selama beberapa hari terakhir, Julian terus memikirkan masalah ini. Dia tidak bisa dan juga tidak mungkin berpikiran terbuka. Setelah sekarang mendengar penjelasan Febi, hatinya akhirnya merasa lega.
"Kenapa berbohong padaku seperti itu? Menyenangkan?"
Julian menyipitkan matanya. Dia terlihat sedikit marah, "Apakah kamu tahu apa artinya ini bagi seorang pria?"
Febi menggigit bibirnya dan tidak mengatakan apa-apa.
Julian mendekat, aura bahaya mengalir dari pupil matanya yang gelap. Bibirnya mendekat dan menggosok bibir Febi dengan ambigu. Suara Julian sangat rendah hingga membuat seluruh tubuh Febi menjadi lemas, "Kenapa kamu tidak berbicara?"
Febi terengah-engah karena Julian. Setelah Febi mencoba menenangkan dirinya, dia baru bertanya, "Bagaimana denganmu? Apa yang terjadi antara kamu dan dia ....?"
Suara Febi terdengar kesal.
Terlihat jelas Febi merasa sangat tertekan.
Julian tidak mengerti sama sekali. Julian mengulurkan tangannya, lalu memeluk Febi erat-erat dan menatapnya, "Aku? Aku dan siapa?"
"... Lupakan saja." Febi tiba-tiba merasa malu.
Pertanyaannya terlalu tidak masuk akal.
Febi menurunkan lengan Julian, lalu melangkah keluar dari pelukannya dan berjalan ke kamar.
Ada sedikit kesuraman dalam ekspresi Febi yang membuat Julian bingung.
Begitu dia masuk, Julian juga mengikuti. Julian menutup pintu, lalu menarik Febi kembali, "Apa maksud perkataanmu tadi? Siapa yang kamu maksud dengan dia?"
Febi teringat koran hari itu, teringat pelukan antara dia dan Valentia, hingga dadanya merasa tidak nyaman.
Semua wanita sangat berpikiran sempit dalam hal perasaan. Selain itu, Febi bukanlah orang yang murah hati.
"Bukankah kamu akan bertunangan dengan Nona Valentia? Aku membaca koran." Febi menatap Julian, berusaha keras untuk membuat nada suaranya sedikit lebih santai, tapi ....
Sebenarnya, Febi sama sekali tidak bisa melakukannya.
Jadi ....
Akhirnya Febi tidak berpura-pura lagi. Dia menatap Julian dengan tatapan sedih, "Pada malam kamu difoto. Setelah kamu meninggalkanku, kamu bersamanya. Apakah kalian telah ... berhubungan?"
Febi bertanya dengan terus terang.
Sudah sejak lama Febi ingin tahu jawabannya. Namun pada saat ini, ketika dia akan mendengar jawabannya, hatinya bergetar.
Dia merasa sedih.
Tanpa dipikirkan pun, Febi tahu jika jawabannya benar, maka itu akan menjadi pukulan besar bagi dirinya sendiri.
"Valentia dan aku?" Julian memandang Febi dengan sedikit tak berdaya, tapi juga menatapnya dengan tatapan lucu, "Menurutmu, aku orang yang sembarangan seperti itu? Aku akan bertunangan dengan wanita mana saja? Atau berhubungan dengan wanita mana saja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Direktur, Ayo Cerai
RomanceDua tahun lalu, di bawah mata cemburu semua orang, dia menikah dengan putra Keluarga Dinata dan menjadi orang terhormat. Namun, tidak ada yang tahu dua tahun kemudian, dia yang sudah menikah masih adalah seorang gadis .... Pada hari itu, dia dijebak...