##Bab 11 Suami Seperti Ini

534 27 0
                                    

Ucapan kasar itu tiba-tiba berhenti, mata Nando tertuju padanya, alisnya yang tampan juga mengernyit.

Saat ini, Febi sudah sadar sepenuhnya. Melihat mata Nando sedang menatapnya, dia hanya menepis tangannya dengan acuh tak acuh, "Kamu mandi saja, aku keluar dulu."

Dia berbalik, dia hendak menghindari pria yang jangkung itu dan berjalan keluar dari kamar mandi.

Lelaki itu tiba-tiba mengayunkan lengannya yang panjang, lalu menarik Febi kembali dengan mudah. Tubuh lemah Febi menabrak dada lelaki yang kuat itu. Jarak mereka yang sangat dekat, dia bahkan bisa merasakan detak jantung lelaki itu yang berdebar kencang seperti drum yang memukul hatinya.

Lelaki tadi malam memiliki aura yang sama sekali berbeda dengan Nando ....

'Tunggu! Kenapa aku memikirkan lelaki itu lagi?' batin Febi.

"Lepaskan aku ...." Febi mendorongnya. Jelas-jelas mereka telah menikah selama dua tahun, sudah tidak tahu berapa kali mereka berdekatan seperti ini. Namun, Febi masih tidak memiliki perlawanan terhadap lelaki ini.

Lelaki itu tidak bergerak, dia hanya mengangkat tangannya dan mencubit dagu Febi dengan sangat kasar, "Aku tanya satu kali lagi, dari mana cederamu berasal?"

"Kamu tidak perlu tahu ...." Febi menarik tangan lelaki itu.

Nando tersenyum dingin, "Febi, apa kamu dipukuli hingga menjadi bodoh? Bagaimanapun juga kamu adalah istriku. Sekarang kamu dipukuli, apakah kamu tahu betapa memalukannya aku?"

Febi tersenyum getir.

Lihatlah! Dari awal sudah tahu lelaki ini tidak akan pernah peduli dengan dirinya. Namun ... barusan, dia masih berharap dengan menyedihkan ....

Febi tidak tahan untuk menertawakan dirinya sendiri.

Febi tidak mengatakan sepatah kata pun, dia hendak berjalan pergi lagi. Melihat ekspresi Febi yang acuh tak acuh, Nando merasa sangat tidak senang. Dia mengernyit, menolak untuk membiarkannya pergi. Nando menatapnya dan bertanya, "Apa yang kamu lakukan di luar? Kamu bahkan tidak pulang semalaman."

Sepanjang pagi, suasana hati Febi sangat buruk karena ibu dan putri dari Keluarga Dinata. Sekarang Nando bertanya berulang kali hingga Febi merasa semakin kesal, "Bukankah kamu selalu mengabaikanku? Selain itu, Tuan Nando, biasanya kamu sering tidak berada di rumah, apakah aku pernah bertanya kemana kamu pergi?"

Setiap kali saat Febi dianiaya di dalam keluarga ini, Nando hanya terdiam atau ikut menyaniayanya. Jadi, dia sudah lama terbiasa menahan semua di hatinya, dia menahan semua itu hingga hampir tidak bisa bernapas ....

Nando melepaskannya sambil tertawa, "Lebih baik kamu tidak melakukan sesuatu untuk menyakitiku! Febi, meskipun aku tidak mencintaimu dan kelak aku juga tidak akan mencintaimu, kamu tetaplah istriku. Kalau kamu berani berselingkuh, aku akan membuatmu mati dengan mengenaskan!"

Setelah selesai berkata, Nando bahkan memberikan gigitan peringatan ke telinganya yang seputih salju itu.

Dia membeku di sana, jelas telinganya penuh dengan suhu tubuh Nando, tapi ... saat ini, sekujur tubuh Febi malah merasa kedinginan ....

...

Febi didorong keluar dari kamar mandi, dia berdiri kaku di kamar tidur. Ucapan Nando masih terngiang di benaknya.

Sebelumnya Aku tidak mencintaimu, kelak aku juga tidak akan pernah mencintaimu ....

Dia mulai mendengarkan kalimat ini sejak hari pertama pernikahan. Sampai detik ini sudah berapa kali dia mendengarnya? Dia sudah lupa. Hanya saja hatinya yang dikira telah mati rasa, sampai sekarang masih merasa sakit.

Jika Nando tahu tadi malam Febi dan pria itu ....

Hehe .... Bahkan jika dia marah pun, hal itu hanya karena dia marah karena telah dipermalukan.

Direktur, Ayo CeraiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang