##Bab 139 Dari Awal, Hubungan Kita Memang Tidak Nyata

201 19 0
                                    

Febi menatap langit yang gelap. Sudut matanya tiba-tiba menjadi dingin dan cairan asin menetes ke pipinya hingga lukanya terasa sakit.

Febi mendengus. Dia mencoba untuk menghilangkan perasaan sedih di hatinya, tapi dia malah merasa dadanya semakin berat.

"Nona Febi!"

Suara Valentia tiba-tiba terdengar di belakangnya.

Febi membeku sesaat, tanpa sadar dia menyeka air mata dari sudut matanya. Dia menarik napas dalam-dalam, menahan kesedihan dan isakannya.

Febi berbalik dan tersenyum.

"Nona Valentia."

Valentia memandang Febi sejenak. Akhirnya, tatapan Valentia mendarat di pipi Febi, matanya yang indah sedikit menyipit, "Sangat bengkak, mau diobati tidak? Di depan ada klinik rawat jalan. Aku akan menemanimu ke sana."

"Tidak perlu," tolak Febi sambil menggelengkan kepalanya dengan wajah tersenyum, "Aku melewati daerah itu, aku pergi sendiri saja."

Bagaimanapun, Febi dan Valentia adalah orang asing. Jadi, Febi akan merasa agak tidak nyaman ketika mereka berdua terlalu dekat.

Valentia tidak bersikeras. Dia hanya mengangguk dan berkata, "Sebenarnya, alasan kenapa bibi datang ke sini hari karena aku. Awalnya aku dan bibi ingin memberi Julian kejutan, sama seperti kami menghabiskan waktu bersamanya setiap hari ulang tahunnya dulu ...."

Valentia tampak tenggelam dalam kenangannya dan tersenyum, "Ketika bibi masih sehat, kami selalu membuat kue ulang tahun untuk Julian. Ketika Julian meniup lilin, dia selalu memelukku dan merangkul bibi menggunakan tangan yang lain, lalu berkata dia adalah orang yang paling bahagia di dunia ini. Dia sangat mencintai ibunya ...."

Kata-kata Valentia terdengar begitu santai, seolah-olah keluar dengan begitu saja. Namun, Febi bisa mendengar ada sedikit kesengajaan di dalam nadanya.

Febi menatap Valentia dalam diam dan tidak mengatakan apa-apa.

Valentia tampaknya baru menyadarinya, "Maaf, aku seharusnya tidak menceritakan masa lalu padamu. Meskipun aku dan Julian sudah berakhir, aku tidak bisa tidak mengingat beberapa peristiwa di masa lalu. Kamu jangan terlalu mengambil hati."

Febi juga menggelengkan kepalanya dengan ringan, senyum di wajahnya terlihat tidak terpengaruh sedikit pun oleh perkataan Valentia, "Aku belum pernah mendengar Julian menyebut Nona Valentia. Jadi, sekarang setelah aku mendengar ini, aku pikir itu cukup menarik. Aku bisa mengenal lebih Julian."

Sangat jelas Valentia tidak menyangka Febi bisa menerimanya dengan begitu tenang. Wajah Valentia sedikit berubah.

Febi memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi, hingga dia tidak merasa panik, tergesa-gesa dan tidak sabar!

Sebaliknya, ucapan Valentia yang tidak sabar barusan tampak agak berlebihan dan konyol.

Wajah Valentia menjadi jelek. Namun saat berikutnya, ekspresi itu tergantikan oleh senyum, "Kalau aku tahu hari ini bibi dan aku datang akan menyebabkan konsekuensi seperti itu, kami pasti tidak akan datang. Tapi, Nona Febi, aku masih ingin memberitahumu ...."

"Yah, katakan." Febi masih tenang.

Namun, hati Febi sudah tidak bisa bersikap tenang.

Sebagai intuisi seorang wanita, samar-samar dia merasa wanita ini tidak sesederhana kelihatannya.

"Aku pikir kamu dapat melihat sampai sekarang, perasaanku terhadap Julian tidak pernah berubah. Aku sama sepertimu, berharap Julian bahagia."

Febi terdiam. Dia tidak mengerti mengapa dia Valentia berbicara seperti ini padanya.

Direktur, Ayo CeraiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang