Ruangan VVIP kini tengah hening. Seorang pria yang terbalut gips di seluruh tubuhnya tengah memandangi jendela kamarnya.
Pria itu menatap sendu jendela kamar tempatnya dirawat selama satu tahun ini. Ia menatapi jendela karena di sana terpampang pemandangan langit. Pemandangan yang menjadi kegemaran kekasihnya yang telah ia selamatkan satu tahun yang lalu.
Pria itu tetap diam membisu. Selain karena ia tidak mampu berbicara, ia juga sama sekali enggan untuk bersapa dengan orang-orang yang menjenguknya.
---
"Ini suatu keajaiban." Ucap seorang pria muda tampan yang mengenakan jas dokter.
"Mengapa demikian, dok?" Tanya seorang perempuan anggun yang kini berada di ruangan kerja pemuda itu.
Pemuda yang memakai pakaian formal dan terbalut oleh jas putih itu menunjukkan data perkembangan kesehatan pria yang berada di ruangan VVIP itu. Perempuan yang rambutnya masih dikuncir kuda itu tidak mengerti mengenai data apa yang ditunjukkan oleh dokter itu.
"Ini maksudnya apa, dok?" Tanya perempuan itu. Sambil tidak menghilangkan gaya anggunnya saat tengah duduk berhadapan dengan pemuda itu.
"Ini adalah perkembangan kesehatan suami ibu. Dalam satu tahun ini, kesehatannya menunjukkan peningkatan yang signifikan. Sepertinya, ia memang sudah benar-benar berniat untuk lekas sembuh, Bu. Sebab kalau tidak, dalam satu bulan semenjak suami ibu dibawa ke rumah sakit ini, ia harusnya sudah meregangkan nyawa." Ucap pemuda itu yang ternyata adalah dokter yang merawat pria itu selama satu tahun terakhir.
Mendengarkan penjelasan dokter muda yang berprestasi di depannya itu, sesungguhnya sang perempuan itu merasa ketakutan dan kuatir, namun ia berusaha untuk menutupi perasaannya itu.
"Kenapa bisa begitu, dok?" Tanya perempuan itu lagi.
"Iya. Sebab pria itu saat di bawa ke ruang sakit oleh keempat temannya itu, seperti yang ibu sudah ketahui, ia mengalami patah tulang hampir di seluruh tubuhnya. Dan yang lebih parah, ia sudah mengalami luka yang begitu serius di bagian selangkangannya. Seperti di lubang anus dan penisnya itu. Seperti terlihat habis mengalami kekerasan seksual yang begitu parah." Ucap dokter itu lagi.
"Dan yang lebih mengerikannya lagi, bagian rongga dalam pencernaannya juga mengalami luka yang begitu serius. Bahkan apabila suami ibu tidak mendapatkan penanganan secepatnya, infeksi yang terjadi di bagian dinding rektum, dan dinding usus suami ibu, kemungkinan besar bisa mengalami infeksi dan harus diangkat. Bahkan itu juga bisa membuat suami ibu kehilangan nyawanya." Lanjut dokter itu.
Mendengar penjelasan dokter itu, perempuan anggun yang sifatnya jauh berubah menjadi lebih baik daripada masa remajanya itu duduk tertunduk. Ia menundukkan kepalanya karena tidak menyangka suaminya yang telah hilang satu Minggu lebih yang lalu itu kini berakhir mengenaskan seperti itu.
Bahkan yang lebih parah lagi, ia baru mengetahui nasib suaminya itu setelah ia mengetahui kalau keempat teman suaminya itu tiba-tiba menghubunginya. Dan menceritakan juga menunjukkan kondisi suaminya yang begitu mengenaskan.
Perempuan itu tahu, biaya pengobatan suaminya itu tidaklah murah dan keempat temannya itu tidak mungkin bisa membiayainya. Oleh sebab itu, perempuan yang kini sudah belajar bersikap dewasa selama satu tahun itu memutuskan akan membiayai seluruh pengobatan suaminya itu. Sampai suaminya itu bisa pulih sepenuhnya.
"Tenanglah, Bu. Masa kritis suami ibu telah berlalu. Kini suami ibu hanya fokus untuk memperbaiki tulang-tulang yang telah patah sehingga sambungannya bisa menyambung lagi. Setelah satu Minggu itu, maka suami ibu telah bisa pulang ke rumah." Ucap dokter itu menghibur.
Perempuan itu sambil tetap menundukkan kepalanya tersenyum kecil.
"Terimakasih, dok. Terimakasih karena telah sabar merawat suamiku." Ucap perempuan itu.
"Sama-sama, Bu. Sudah kewajiban saya untuk membuat suami ibu lekas sembuh." Jawab dokter itu.
"Kalau begitu, saya permisi, dok. Dan parsel yang baru saja saya tinggalkan ini, tolong diterima, ya dok." Perempuan itu kembali menatap parsel buah yang beberapa saat lalu ia serahkan di atas meja kerja dokter itu.
"Iya, Bu. Saya terima. Terimakasih." Ucap dokter itu sambil tersenyum kecil.
Lantas setelah berpamitan, perempuan itu diantarkan oleh dokter tersebut keluar dari ruangan kerja dokter tersebut.
---
Perempuan anggun itu masuk ke dalam kamar VVIP tempat suaminya dirawat.
Di sana, ia melihat seorang pria yang seluruh tubuhnya digips yang sambil terus memandangi pemandangan di balik jendela lebar yang bening itu.
Perempuan itu tersenyum melihat suaminya, terlebih ketika mengetahui suaminya itu memang memiliki semangat untuk sembuh, walaupun ia tahu semangat itu bukanlah ditujukan kepada dirinya, tetapi untuk seorang perempuan yang sampai saat ini masih bertahta di hatinya.
Seorang perempuan yang membuat suami tercintanya ini rela menderita yang amat sangat, sehingga harus dirawat di rumah sakit swasta dengan biaya yang dikeluarkan sama sekali tidak dapat dibilang sedikit.
Perempuan itu dengan langkah anggunnya mendekati blankar tempat suaminya beristirahat selama satu tahun itu. Ia lalu meletakkan tas wanita yang memang sangat mewah itu di sebuah nakas sebelah blankar, lalu ia duduk di kursi yang tersedia di sebelah tempat suaminya berbaring.
"Terimakasih karena kamu memiliki semangat untuk cepat sembuh. Maafkan aku yang ternyata bukan perempuan yang sangat kamu cintai itu. Ia kini sudah aman di ruang sakit jiwa terbaik di negara dan kota ini. Kamu tidak perlu kuatir dengan biayanya. Semuanya sudah kutanggung." Ucap perempuan itu sambil mengelus pelan gips yang kini melindungi bagian lengan suaminya itu.
Pria yang masih tidak berdaya itu sama sekali tidak menoleh ke arah perempuan berpakaian formal yang berada di sebelahnya. Namun, perempuan itu sama sekali tidak tersinggung.
Perempuan itu masih tersenyum kecil yang membuatnya terlihat semakin anggun. Ia lalu melihat ke arah pemandangan yang sedari tadi menjadi fokus dari pria yang masih dianggapnya suaminya itu.
"Kamu masih tetap memandangi pemandangan itu. Aku awalnya benar-benar cemburu, sayang. Karena dengan sikapmu itu, itu berarti kamu tidak bisa melupakan Rani. Padahal kamu itu adalah suamiku." Ucap perempuan anggun yang bernama Dena itu.
Dena lalu menatapi sebuah cincin emas yang sampai saat ini masih berhias manis di jari manisnya. Ia masih ingat dan menyesali mengenai caranya untuk merebut Rino dari pelukan Rani.
Walaupun begitu, perasaan Dena ke Rino sama sekali berubah. Dena kini sudah tidak lagi menganggap Rino sebagai budak seksnya. Tapi Rino, pria yang kini sedang tidak berdaya itu, ia adalah suaminya. Dan satu-satunya pria yang sampai detik ini bertahta di hatinya.
Dena yang sampai saat ini merasa sangat cemburu karena sama sekali tidak berhasil mendapatkan hati Rino kini hanya bisa meneteskan air matanya. Sedikit. Namun karena ia selepas dari ruang sakit ini ada meeting dengan salah satu pemegang sahamnya, ia segera menghapus air matanya, takut dandanannya menjadi rusak.
"Sayang. Aku pergi dulu, ya. Aku ada meeting. Nanti aku akan meminta Dewi atau Dea untuk menemanimu di rumah sakit ini. Maafkan aku, yang sebagai istrimu ini masih belum sanggup menjadi seorang istri yang baik." Ucap Dena dengan senyum yang dipaksakan.
Dena melihat Rino yang masih tidak berekspresi.
"Dan kamu tahu, Rino. Setelah kamu benar-benar pulih, dan bisa pulang. Aku akan membebaskan dirimu untuk kemana dan di mana saja kamu tinggal. Apabila kamu masih tidak mau pulang ke rumah, aku tidak keberatan." Ucap Dena.
Dena kini menggenggam tasnya erat. Bagaimanapun ia memang seharusnya membuat suaminya bahagia, walaupun ia bahagia dengan perempuan lain.
"Dan kamu, Rino. Kamu bahkan kuijinkan untuk kembali berhubungan dengan Rani. Kamu bebas tinggal bersama Rani. Rawat Rani, ya Rino. Aku tidak akan mengganggu hubungan kalian lagi." Walaupun ucapannya barusan membuatnya teramat sakit. Ia tahu hal ini yang selama ini membuat Rino memiliki semangat untuk sembuh.
Usai mengatakan hal itu, Dena lalu buru-buru meninggalkan ruangan kamar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guratan Kehidupan S2
RomanceBaca Guratan Kehidupan S1 dulu, ya. supaya lebih mengerti alur ceritanya. penyesalan terbesar bagi Dena adalah merebut paksa Rino, dengan berbagai cara, dari pelukan Rani. Walaupun Dena kini sudah berhasil mendapatkan Rino, bahkan seluruh semesta me...