Waktu terasa berlalu begitu cepat. Kini lampu merah itu berlalu mengganti warna menjadi hijau. Lantas sopir itu langsung mengeluarkan tangannya dari dalam celana Don dan kembali melajukan mobilnya.
Sepanjang perjalanan, sambil terus matanya fokus menatap jalan, tangan yang sedari tadi memegang bagian gigi kecepatan mobil itu kini kembali secara perlahan-lahan masuk ke dalam celana Don dan kembali melakukan aksinya.
Kali ini, jalanan begitu mulus, Don merasakan area prostatnya kembali dipijit-pijit oleh kedua jari sopir itu, Don pun dengan mata terpejam kini sengaja menahan tangan nakal sopir itu dari luar celananya. Supaya jemari itu masih asik mengorek-ngorek prostatnya.
Awalnya sopir itu kaget, namun melihat Don kini terlihat masih tertidur, ia justru semakin gencar menyiksa area sensitif milik tamunya Ari itu.
Namun tanpa sadar, mobil itu menginjak area polisi tidur tanpa mengurangi kecepatan, sehingga hentakan dari daerah prostat Don yang mendadak keras itu membangunkan pria itu.
"Ah!...ssshhh...." Don yang merasa semakin kesakitan itu kini membuka matanya.
Kini sopir itu menengguk salivanya. Ketika Don benar-benar terlihat sudah bangun dari tidurnya. Namun, tatapan pria itu masih fokus ke jalanan sedangkan tangan satu lagi yang sedari tadi bergerilya di area selangkangan Don itu berusaha ditariknya. Namun Don masih menahannya sehingga tangan sopir itu tidak keluar dari celana Don.
"Maaf, Don. Saya lancang." Ucap sopir itu ragu-ragu sambil mengeluarkan jemarinya dari dalam lubang anus Don. Dan kini tangan itu meremas erat selangkangan Don.
"Tidak apa. Sepertinya kamu menginginkannya." Ucap Don sambil menggenggam lembut tangan sopir itu yang masih bergerilya di dalam celananya.
Don menyadari, karena area prostatnya dikorek-korek terus selama perjalanan tadi, kini penisnya semakin terasa besar dan sesak. Ia ingin sekali mengeluarkan spermanya yang sedari tadi ditahannya.
"Bisa kita minggir sebentar? Kurasa spermaku ingin keluar." Pinta Don.
Lantas sopir itu menuruti permintaan Don. Ketika mobil itu berhenti, pria mesum itu melihat gundukan di balik celana Don sudah menggembung.
"Lebih baik lepaskan saja pakaianmu. Biar kamu lebih leluasa, Don." Saran sopir itu.
Don pun menyetujui saran sopir itu. Lantas tanpa malu-malu ia langsung menanggalkan setiap kain yang melekat di tubuhnya. Dan kini Don sudah dalam keadaan telanjang bulat dihadapan sopir itu.
Sopir itu menenggak salivanya lagi melihat penis Don yang sudah sangat membengkak. Lantas ia pun langsung saja mengocok penis Don dan membiarkan Don merintih kesakitan.
Don terus melenguh sambil mata sayunya menatap area kelaminnya dikocok-kocok dengan begitu brutalnya. Hingga akhirnya ketika cairan kejantanannya keluar, ujung penis Don itu langsung ditutupi oleh beberapa lembar tisu.
Setelah adegan pengocokan itu selesai, tisu yang sudah disediakan sopir itu langsung membersihkan cairan sperma yang membasahi area penis Don. Selagi itu, Don kini tengah terduduk lemas di bangku penumpang itu.
"Kamu mau lagi?" Tanya Don dengan suaranya yang lemas. Sedangkan kini tangannya kembali menuntun tangan sang sopir untuk kembali menyiksa selangkangannya.
"Tentu saja. Tapi tidak dengan menggunakan tanganku dulu. Kamu tahu sendiri, bukan kedua tanganku sibuk memegang alat kemudi ini?" Tentu saja sopir itu ingin melihat Don tersiksa, karena ketika pria itu tengah tersiksa dan mengeluarkan suara erangan, justru pria itu semakin terlihat seksi.
Lantas, sopir itu pun mengeluarkan sebuah botol plastik yang berada dari dashboardnya. Botol plastik berukuran sedang dan terisi penuh air itu diperlihatkan kepada Don. Don melihat itu dengan tatapan sayu. Ia tahu apa yang akan diperbuat oleh sopir itu dengan botol itu.
"Don. Sekarang coba kamu mengangkang di hadapanku.biar aku masukkan botol ini ke dalam lubang anus mu." Ucap sopir itu.
Don pun menuruti perintah sopir itu. Lantas, ketika Don mengangkang ke arah sopir itu dan memamerkan lubang anusnya, lalu secara tiba-tiba dan sangat kasar pria itu memasukkan botol minum itu ke dalam lubang anus Don.
"Aaarrrggghhh!" Erang Don yang merasakan kini bagian dalam lubang anusnya kesakitan. Lantas untuk mengurangi rasa sakitnya, Don langsung meraih tangan sopir itu dan mengusapnya ke selangkangannya. Selagi Don mengaduh kesakitan.
Melihat ekspresi Don yang sangat seksi itu, sopir itu tersenyum menyeringai. Ia benar-benar tidak sabar untuk melihat Don semakin tersiksa dengan cara yang sudah ia rencanakan.
Setelah rasa sakit yang diterimanya sudah mereda, Don pun kini kembali ke posisi duduknya yang semula. Ia merasakan sesuatu yang begitu mengganjal dan tidak enak kini memenuhi area rektumnya.
"Bisa kita lanjutkan perjalanannya, Don?" Don pun mengangguk.
Lantas sopir itu pun kembali melakukan mobilnya, ia kini melakukan kendaraan beroda empat itu dengan kecepatan tinggi. Ditambah lagi ia menggunakan jalanan bebatuan yang begitu kasar sehingga Botol minum yang sedari tadi bersarang di area rektum dan prostat Don itu kini kembali menyiksa area pencernaan pria itu lagi.
Don lagi-lagi merintih kesakitan. Ia lalu mengambil salah satu tangan sopir itu untuk meremas-remas selangkangannya dengan harapan dapat mengurangi rasa sakitnya. Sopir itu pun semakin tersenyum menyeringai melihat respon Don akibat penyiksaan yang dilakukannya.
---
Akhirnya mobil itu telah sampai di area parkiran tempat kantor Dena berada. Don pun akhirnya bernafas lega. Mata pria itu pun menatap sayu wajah sang sopir yang masih menatapnya dengan tatapan menyeringai.
"Sudah, Don. Sekarang kembali mengangkang di hadapanku. Biar aku keluarkan botol minuman itu."
Don pun lagi-lagi menuruti permintaan sopir itu. Kini sopir itu lagi-lagi dapat melihat dengan sangat jelas bibir anus Don. Tangannya itu langsung masuk ke dalam area kenikmatan itu dengan secara kasar sehingga membuat Don kembali merintih kesakitan. Setelah mengobok-obok area rektum Don, akhirnya botol minuman itu dikeluarkannya dari area pencernaan Don.
Sopir itu sambil melihat Don yang dalam keadaan lemas dan telanjang bulat itu menjilati botol minuman yang sudah dihiasi lendir enzim Don.
"Enzimmu, rasanya sangat nikmat, Don. Kamu mau mencobanya?" Tanya sopir itu.
"Tidak... Untuk kamu saja... Semoga kamu menikmatinya..." Jawab Don lemas.
Sopir itu pun menjilati botol minuman itu layaknya sedang menikmati es krim yang meleleh. Ia lalu melihat jam tangannya dan waktu untuk meeting dimulai itu masih lama. Ia lalu meletakkan kembali botol minuman yang puas dijilatinya itu. Dan kini jemarinya kembali melebarkan area lubang anus Don.
Lubang anus Don yang menganga itu membuatnya kembali bernafsu. Ia lalu kembali meninju bagian dalam lubang anus Don dengan sangat brutal hingga Don Kemabli mengerang kesakitan.
Don tidak dapat melakukan apapun karena dirinya sangat lemas disiksa terus-terusan oleh sopir itu. Namun ia membiarkan saja sopir itu menyiksanya. Lantas, tatapan Don pun kini menatap bagian gigi dari mobil sopir itu. Sopir itu yang menyadari arah tatapan Don itu kembali tersenyum mesum.
"Jadi kamu ingin menyiksa lubang anusmu dengan alat ini?" Tanya sopir itu. Don pen mengangguk pelan.
Lantas, sambil tidak mengeluarkan tangannya dari dalam selangkangan Don, ia mendirikan tangannya itu sehingga mau tidak mau Don harus berdiri secara mengangkang. Ketika lubang anus Don sudah sampai di bibir alat pengatur gigi itu, Don langsung memasukkan alat itu ke dalam lubangnya.
Awalnya, Don hanya menarik turunkan lubang anusnya itu sambil menggenjot alat pengatur itu. Namun ternyata sopir itu kembali menyalakan mesin mobilnya sehingga alat itu bergetar dan kini layaknya alat prostat stimulator, area gigi itu bergetar kencang sehingga lagi-lagi prostat Don kembali tersiksa karena pukulan kencang yang menyakitkan itu.
Don kembali mengerang tanpa bersuara, dan sopir itu menikmati adegan penyiksaan terhadap area selangkangan Don. Hingga waktu untuk memulai meeting itu sebentar lagi tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guratan Kehidupan S2
DragosteBaca Guratan Kehidupan S1 dulu, ya. supaya lebih mengerti alur ceritanya. penyesalan terbesar bagi Dena adalah merebut paksa Rino, dengan berbagai cara, dari pelukan Rani. Walaupun Dena kini sudah berhasil mendapatkan Rino, bahkan seluruh semesta me...