Rani menatap Rino yang kini tengah duduk di depannya. Mereka berdua sedang duduk berhadap-hadapan saat ini. Di sebuah meja makan.
Selepas Rani dan Rino dari rumah orang tua angkat Rani itu, Rino yang teringat kalau ada tugas-tugas mahasiswanya yang besok harus ia berikan nilai. Jadi ia harus mengeceknya dan mengoreksinya sekarang.
Waktu yang hampir menginjak sore itu berlalu. Rani yang sebenarnya tidak tahu mau melakukan apapun kini beranjak dari bangkunya, dan meninggalkan Rino yang masih begitu serius akan pekerjaannya itu. Ia sesungguhnya ingin mengobrol dengan Rino, tapi ia takut mengganggu konsentrasi pria yang duduk di depannya itu.
Ketika berada di kamar, Rani teringat akan kumpulan buku-buku pelajaran astronomi yang tadi diambilnya dari rumah orang tuanya itu. Ia lalu tanpa membuka halaman akhir mengambil buku pelajaran itu, dan berniat untuk mengerjakan kumpulan soal yang ada di buku paket itu.
Lantas, sambil membawa buku paket, buku latihan, dan alat tulis, Rani pun duduk kembali di kursi meja makan itu, yang menghadap ke arah Rino. Dan beberapa lama kemudian ia sendiri juga tenggelam dengan kesibukannya, apalagi suasana yang begitu hening membuat Rani mampu berkonsentrasi memecahkan berbagai contoh kasus yang tertuang di soal-soal itu.
Beberapa saat kemudian, Rani yang masih asik mengerjakan kumpulan soal Astronomi tingkat kelas 2 SMA itu tidak menyadari kalau Rino sudah selesai dengan pekerjaannya. Alih-alih pria itu meninggalkan Rani, ia justru tersenyum senang melihat Rani yang begitu serius mengerjakan soal-soal dari mata pelajaran kesukaannya itu.
Lantas, ketika soal terakhir dari Beberapa bab telah ia pecahkan, Rani pun menyadari kalau sedari tadi Rino terus memperhatikannya. Rani yang gugup karena diperhatikan seperti itu langsung menutup bukunya.
"Boleh aku lihat?" Tanya Rino yang sambil mengadahkan tangannya.
Rani hanya bisa menundukkan kepalanya. Ia begitu ragu-ragu sebenarnya dengan semua jawabannya itu.
"Kalau kamu ada salah, aku gak akan marah, kok. Kapan aku marah ke kamu kalau kamu salah?" Rino masih mengadahkan tangannya meminta buku paket dan buku latihan Rani.
Lantas, Rani pun dengan ragu-ragu memberikan kedua buku itu kepada Rino. Senyum Rino semakin melebar menerimanya. Dan ia begitu antusias memeriksa jawaban Rani.
"Aku sudah lama tidak mengasah itu. Kalau aku ada salah, jangan marahin aku, ya." Cicit Rani.
Sedangkan Rino yang melihat cara menjawab dan hasil dari jawaban Rani dari kumpulan contoh kasus itu justru membelalakan matanya, dan kemudian begitu serius dan penasaran mengenai bagaimana hitungannya bisa seperti itu.
Melihat Rino yang terlihat pusing, Rani pun menatap Rino. Ia yakin, pasti pria dihadapannya itu tidak akan marah, walaupun mungkin hitungannya agak ngawur.
"Kamu janji tidak akan memarahiku, kan? Walaupun kamu bingung dengan semua hitunganku."
Rino yang mendengar perkataan Rani menengok ke arah perempuan terkasihnya itu yang sampai saat ini masih canggung kepadanya. Ia bingung bukan karena hitungannya yang ngawur, namun itu semua sudah terjawab dari buku paket yang menerangkan bagaimana rumus dari contoh-contoh kasus yang tadi dipecahkan Rani. Dan menurutnya, itu adalah hal yang sangat baru bagi Rino.
"Bukan, Rani. Bukan karena hitunganmu yang ngawur. Namun, semuanya sudah terjawab. Kalau aku tidak melihat dan mencocokkan dari buku paket, mungkin aku beneran bingung. Toh, ada juga beberapa kasus yang justru harus dipecahkan dengan rumus matematika dasar." Rino membeberkan alasan nya itu di depan Rani. Jujur saja, Rani yang seperti itu semakin membuatnya bangga.
Rani kembali semakin menundukkan kepalanya. Ia benar-benar sedang menginginkan sesuatu, namun ia merasa segan meminta hal itu kepada pria di depannya.
"Kamu kenapa masih canggung kepadaku, Rani? Apakah kamu menginginkan sesuatu? Bilang saja." Rino yang tersenyum menutup kedua buku itu.
"Kamu beneran mau membantuku? Mau menuruti segala keinginanku? " Pertanyaan Rani dijawab anggukan penuh semangat oleh Rino.
Rani pun menghembuskan nafasnya pelan. Mau bagaimanapun, dirinya saat ini hanyalah seorang pengangguran. Dan ia sama sekali tidak tahu mau melakukan apa. Namun, keinginannya untuk semakin mempelajari tentang ilmu astronomi setinggi mungkin terus meronta-ronta di dalam hatinya.
"Aku menginginkan lebih, Rino. Aku butuh kumpulan soal Astronomi, dan Segala ilmunya. Ternyata waktu di kamar itu, aku masih merasakan kalau ternyata aku masih sangat mencintai ilmu itu. Aku masih sangat menyukai tentang bulan, bintang, dan segala isi di tata Surya." Aku Rani.
"Jadi, kalau ada waktu, bolehkah kamu menemaniku untuk membeli beberapa buku pelajaran dan kumpulan soal Astronomi?" Tanyanya lagi.
Rino semakin tersenyum semangat mendengar permintaan Rani.
"Kamu tidak perlu menghambur-hamburkan uang untuk membeli buku-buku itu, Rani. Yang aku tahu, harga buku-buku ilmu astronomi tingkat kuliah itu harganya sangat mahal." Jawab Rino.
"Tapi aku akan membelinya dengan uangku sendiri, kok. Soalnya papa waktu itu pernah memberikan uang permintaan maaf buatku mengenai kasus pencemaran nama baik itu. Yang waktu aku dituduh sebagai pengedar narkoba." Rani menengok ke arah Rino. Rino pun hanya diam sambil tersenyum.
"Kamu tidak perlu menghambur-hamburkan uangmu, Rani. Gunakan saja uang itu untuk keperluanmu. Mengenai buku-buku pelajaran itu, aku bisa mengabulkannya. Karena kebetulan buku-buku mengenai ilmu astronomi di perpustakaan kampusku lumayan lengkap." Jelas Rino. Sedangkan Rani yang mendapatkan informasi yang menggembirakan baginya itu sorotan matanya berubah menjadi berbinar-binar penuh antusias.
Ditatap seperti itu oleh Rani, Rino pun semakin semangat menceritakan apa yang ada di perpustakaan kampusnya.
"Kalau kamu benar-benar menginginkan supaya ilmu astronomi mu bertambah, aku akan memfotokopi beberapa buku referensi khusus untuk kamu pelajari. Nanti aku akan menanyakan buku-buku yang sebaiknya aku fotokopi untukmu kepada temanku, ya. Kebetulan temanku itu adalah salah satu dosen S2 di jurusan Astronomi." Terang Rino lagi. Ia sebenarnya sudah tidak sanggup ditatap penuh antusias oleh perempuan kesayangannya itu.
"Besok aku ada kelas, berarti aku ke kampus. Aku juga besok ada waktu untuk bertemu dengan temanku itu. Jadi, besok kamu seharian hanya duduk manis di flat, ya. Tunggu aku memberikan apa yang kujanjikan padamu hari ini." Rino pun membawa semua buku tugas mahasiswa nya, juga kedua buku pelajaran milik Rani. Rani yang melihat bukunya dibawa oleh Rino menatapnya dengan tatapan tidak rela.
"Buku ini?" Ucap Rino sambil menunjukkan kedua buku milik Rani. "Aku pinjam dulu, ya. Hanya untuk memastikan apakah penilaian ku benar atau tidak. Aku akan meminta temanku itu untuk memeriksa." Rino lalu berjalan masuk ke dalam kamar flatnya. Meninggalkan Rani yang masih terbengong tidak percaya dengan informasi yang ia dapatkan barusan.
"Serius aku akan mendapatkan buku-buku pelajaran tingkat kuliah itu. Ilmu astronomi? Apakah aku mimpi?" Rani pun menghadapkan wajahnya ke arah jendela besar arah balkon yang kini memamerkan pemandangan awan putih dan langit biru itu. Bercampur dengan warna jingga yang sedikit-sedikit mulai bermunculan. Rani semakin senang. "Aku beruntung. Sudah mempunyai teman seorang dosen."

KAMU SEDANG MEMBACA
Guratan Kehidupan S2
RomanceBaca Guratan Kehidupan S1 dulu, ya. supaya lebih mengerti alur ceritanya. penyesalan terbesar bagi Dena adalah merebut paksa Rino, dengan berbagai cara, dari pelukan Rani. Walaupun Dena kini sudah berhasil mendapatkan Rino, bahkan seluruh semesta me...