Ujian Teori

3 0 0
                                    

Semenjak mendapatkan persetujuan dari Rani, tanpa Rani sadari, ternyata dia telah menjadi objek penelitian Dara.

Dara setiap Sabtu dan Minggu selalu memberikan materi pembahasan secara kilat kepada Rani. Dan Rani pun disuruh mengerjakan tugas-tugas yang sangat banyak dari Dara dan harus selesai dalam waktu satu Minggu.

Walaupun diforsir habis-habisan oleh Dara, Rani yang memang sudah sangat antusias sama sekali tidak mengeluh. Ia dengan tekun mempelajari dan selalu mengerjakan tugas-tugas yang telah diterimanya.

Melihat antusias dan ketekunan Rani, Dara pun melihat perkembangan kemampuan Rani dalam menerima ilmu yang disampaikannya, dan berdasarkan hasil penelitiannya itu, kemampuan Rani dalam menyerap dan mempraktekkan ilmu astronomi yang diajarkannya itu semakin lama semakin cepat diserapnya.

Dalam hati, Dara pun sangat bangga dengan kemampuan Rani.

Hanya beberapa bulan sudah berlalu. Tinggal dua bulan lagi masa penelitiannya, Dara yang sudah begitu yakin dengan kemampuan Rani mulai menghubungi pihak lembaga antariksa untuk kembali mengetes kemampuan Rani.

---

Di meja tempatnya bekerja, seperti biasa, Dara menemukan banyak sekali hadiah manis yang menumpuk di atas mejanya. Namun, bukan itu yang membuatnya antusias. Melainkan sebuah amplop coklat besar yang telah tersegel.

Di sana tertera sebuah lembaga antariksa yang memang sudah begitu lama terlibat dengan dirinya dengan berbagai penelitian.

Dara yang semangat langsung duduk di tempatnya dan membuka amplop tersebut setelah sebelumnya ia lagi-lagi menyingkirkan hadiah dari para penggemarnya itu.

Wajah Dara semakin sumringah ketika ia melihat kumpulan soal yang telah dipesannya itu. Sedangkan teman Dara yang sedari tadi melihat gelagat Dara menjadi penasaran dengan apa yang dilihat oleh primadona kampus itu.

"Kamu beneran mau mengerjakan soal-soal itu? Bukannya itu soal-soal setara S3, ya?" Temannya Dara begitu penasaran mengapa temannya itu begitu antusias dengan soal-soal itu.

"Bukan, bukan untukku. Tapi untuk seseorang. Dan kuharap orang itu bisa mengerjakannya dan menyelesaikannya dengan hasil sesempurna mungkin." Dara lalu memasukkannya kembali beberapa lembar kertas itu ke dalam amplop, lalu memasukkannya ke dalam tas.

---

Hari Sabtu adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Rani. Karena hari itu, Dara biasanya akan memberikan materi baru dan memberikannya sekumpulan soal-soal mengenai ilmu astronomi lagi.

"Rani. Kamu sepertinya sudah sangat antusias dengan kehadiranku. Kamu sudah siap belajar?" Tanya Dara yang sambil memamerkan senyum formalnya. Sedangkan Rani yang sudah sangat senang melihat Dara mengangguk dengan sangat semangat.

"Sayang sekali, Rani. Hari ini aku tidak akan memberikanmu materi. Karena menurutku, semua teori soal ilmu astronomi sudah kuajarkan semua kepadamu." Wajah Rani berubah menjadi kecewa.

"Kamu jangan kecewa, Rani. Walaupun aku tidak lagi memberikanmu teori. Tapi mulai Minggu depan, aku akan mengajarimu soal praktek. Nanti kita akan mulai dari hobi kamu itu yang senang memandangi langit. Ya, kuharap kamu masih tidak melupakan teori dasar. Karena dari sana adalah pondasi terkuatnya."

Dara lalu mengeluarkan amplop coklat besar dari dalam tasnya, lalu memberikannya kepada Rani.

"Aku sudah menerima amplop coklat ini. Dan aku sudah melihat isinya." Rani yang menerima amplop coklat itu melihat segelnya telah terbuka. Rani menatap Dara dengan wajah meminta ijin, lalu Dara menganggukkan kepalanya.

Rani melihat isi dari amplop coklat itu adalah kumpulan soal-soal ilmu astronomi. Kalau dilihat sekilas, di sana adalah kumpulan soal hitung-hitungan yang bahkan sampai membuat kepala mau meledak. Namun Rani begitu penasaran apakah ia mampu menyelesaikan soal-soal itu atau tidak.

"Maaf mendadak, Rani. Namun ini adalah ujian mendadak dariku. Soal-soal ini adalah soal ujian dan kamu harus bisa menyelesaikan semuanya hari ini juga, saat ini juga di hadapanku. Ini adalah ujian terakhir dari segala ilmu teori yang sudah kuajarkan kepadamu." Rani yang tahu kalau hari ini justru mendapatkan ujian dadakan langsung menggaruk-garuk kepalanya. Ia memandangi Dara dengan tatapan memelas.

"Jangan takut, Rani. Aku sudah melihat kumpulan soal-soal ini sebelumnya, dan semua cara penyelesaiannya sudah pernah kuajarkan kepadamu. Jadi, kamu sebaiknya jangan takut. Kalaupun gagal, kamu bisa mengulanginya lagi Minggu depan." Ucap Dara sambil tersenyum.

"Kuberi kamu waktu dua jam untuk menyelesaikan soal-soal ini. Nanti aku akan bilang ke Rino, Rio, dan Dea untuk tidak berisik dan mengganggumu yang sedang ujian." Tutup Dara sambil tersenyum.

Lalu setelah Dara selesai memberikan instruksi, Dara pun beranjak dari tempatnya duduk di hadapan Rani. Ia membiarkan Rani berkonsentrasi mengerjakan soal-soal ujiannya itu. Ia lalu pindah ke sofa dan memberikan pesan melalui handphonenya ke Dea, Rio, dan Rino supaya tidak berisik karena saat ini Rani sedang ujian.

Walaupun Dara terus mengawasi Rani, Dara yang tahu kalau Rani sedang mengikuti ujian yang tergolong sangat sulit itu tahu diri. Ia hanya diam, tidak bersuara selagi tatapannya terus memandangi Rani. Ia hanya tidak mau kecolongan dan membuat Rani menyelesaikan ujiannya dengan cara curang. Sebab kalau ketahuan curang, walaupun hasilnya memuaskan, namun menurut Dara ia sama sekali tidak layak untuk melangkah ke jenjang berikutnya.

Hampir dua jam pun berlalu, Rani yang sudah menyelesaikan soal-soal ujiannya itu menengok ke arah Dara yang sedari tadi mengawasinya.

"Masih ada waktu beberapa menit, Rani. Kamu bisa mengecek kembali jawabanmu sebelum kamu memberikannya kepadaku." Ucap Dara setelah melihat wajah Rani.

"Aku sudah selesai mengeceknya, Dara. Ini aku ingin mengumpulkannya kepadamu." Ucap Rani sambil melambaikan kertas jawabannya.

Dara pun beranjak dari Sofanya dan berjalan ke arah Rani. Ia pun duduk di bangku meja makan yang menghadap Rani. Dan Rani pun memberikannya kertas ujian dan lembar jawabannya itu ke Dara.

Sekilas Dara mengecek jawaban Rani, ternyata Rani benar-benar telah selesai mengerjakan semua soal-soal ujian itu. Lalu secara perlahan-lahan, Dara mengecek semua jawaban Rani, dan ia tersenyum senang.

Selagi Dara sibuk mengecek jawaban Rani, Rani yang sudah pusing karena mengerjakan soal-soal sulit itu mencoba merilekskan otaknya sambil melihat pemandangan langit biru yang terpampang jelas di jendela balkon flatnya.

Dara yang selesai mengecek melihat Rani yang sedang asik menikmati hobinya itu. Ketika sadar kalau dirinya tengah diperhatikan mentornya itu, Rani pun menengok ke arah Dara sambil tersenyum kikuk.

"Gapapa, Rani. Nikmati hobimu." Ucap Dara sambil tersenyum formal. "Aku sudah mengecek semua jawabanmu, dan hasilnya sangat memuaskan. Ternyata selama ini kamu terus mengulang semua yang telah kuajarkan kepadamu. Dan aku sangat senang akan antusiasmu."

Lantas Dara pun memasukkan kembali lembaran-lembaran itu ke dalam amplop coklat yang sedari tadi dibawanya, lalu memasukkannya ke dalam tas.

"Untuk soal ini. Yang berhak mengecek dan memberikan nilainya adalah bukan aku. Melainkan seseorang yang telah membuat kumpulan soal ini. Nanti hasilnya akan kukabarkan padamu." Lantas Dara pun bersiap-siap untuk mengakhiri kelas privatnya saat ini.

"Jadi, untuk pertemuan hari ini cukup sampai di sini, ya. Kalau kamu lolos ujian ini, mulai Minggu depan kita akan mulai praktek." Ucap Dara sambil tersenyum.

Lantas Dara pun beranjak meninggalkan tempat duduknya dan berjalan mengarah pintu masuk flat, dengan Rani yang mengantarnya dari belakang.

Guratan Kehidupan S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang