"kamu sudah menunggu lama, selangkangan?" Tanya bos itu sambil tangannya langsung menggosok area selangkangan Don. Tepat di bagian pangkal pahanya.
"Lumayan lama. Aku sudah tidak sabar merasakan penyiksaan itu." Ucap Don sambil menahan tangan bos itu untuk tetap berada di selangkangannya.
"Sepertinya selangkangan ini sudah cepat pindah kenyamanan, ya? Kini dia sudah mau dilecehkan dengan tanganku." Ucap bos itu terkekeh, sambil kini jemarinya kembali asik mengorek-ngorek lubang anus Don.
"Iya. Karena bagian ini adalah bagian paling murahan dan menjijikan. Jadi semua benda menjijikan bebas menyiksanya. Aaahhh...." Don merasakan semakin tidak nyaman ketika kini bagian prostatnya juga dikorek-korek secara sangat kasar oleh jemari bos itu.
Sambil asik menyiksa selangkangan Don dengan satu tangannya, bos itu melihat ketiga anak buahnya selesai menyeting tempat di tempat tidurnya.
"Bos, ini sudah siap." Ucap sang kameraman.
Lantas sambil jemarinya tetap asik mengorek-ngorek bagian dalam dari lubang anus Don, pria itu menarik tubuh Don supaya berjalan ke tempat tidur.
Don lalu diletakkan terbaring di atas tempat tidur. Don hanya diam menurut ketika kedua tangannya diikat ke atas dan berpaut pada jeruji tempat tidur itu. Sedangkan kedua kakinya dibuka mengangkang ke atas dengan masing-masing kakinya diikat di sudut kiri dan kanan tempat tidur itu.
Dengan posisinya saat ini, lubang anus Don kini terpampang dengan sempurna. Don hanya diam menatap ketiga pria yang duduk di depan selangkangannya itu.
"Bos. Ini sudah siap." Lapor kameraman itu lagi.
"Baiklah." Ucap bos itu sambil tersenyum menyeringai.
Don melihat bos itu kini duduk di tempat tidur, dengan posisi juga berada di depan selangkangan Don. Pria itu lalu membuka toples yang berisi kelabang raksasa itu, dan Don melihatnya langsung bergenjit. Merasa geli membayangkan binatang menjijikan itu yang kini akan bersarang di dalam lubang anusnya.
"Sekarang cepat nyalakan videonya." Perintah bos itu.
"Baik, bos." Lalu kameraman itu membuka aplikasi videonya yang juga telah dinyalakan senter. Sehingga kini lubang anus Don terpampang dengan sempurna di layar handphonenya yang sedang merekam itu.
"Dan kalian berdua" tunjuk bos itu lagi ke arah dua pria yang duduk di sebelah kiri dan kanan Don. "Buka lebar-lebar lubang anus murahan ini." Perintahnya.
"Baik bos." Ucap salah satu anak buahnya itu. Lalu mereka berdua pun menuruti perintah bos itu dengan masing-masing memasukkan tiga buah jari sekaligus ke dalam lubang anus, lalu melebarkannya sehingga lubang anus Don kini tengah menganga.
Don terus memberontak gelisah ketika ia melihat bos itu tengah mengeluarkan seekor kelabang raksasa itu. Namun ia sama sekali tidak bisa bergerak.
Kini kamera yang sedang merekam itu tengah menyoroti lubang anus Don yang berwarna merah muda itu. Bos itu sesekali melihat rekaman itu dan ia tersenyum mesum karena puas dengan hasilnya.
"Oh, nampaknya binatang ini sudah tidak sabar menyiksa bagian dalam lubang anusmu."
Perlahan-lahan kelabang itu masuk merangkak dari bibir anus Don ke dalam lubang anus Don. Don terus berusaha memberontak karena kegelian. Namun ia sama sekali tidak dapat bergerak.
"Geli.... Aaahhhh!!!..." Erang Don yang mulai tidak tahan dengan penyiksaan yang menggelikan yang diterima oleh alat kelamin yang seharusnya privasi itu.
Don semakin lama semakin mengerang kencang. Namun alih-alih kasihan melihat Don yang tersiksa, wajah Don yang semakin seksi dengan suaranya yang juga sangat seksi apalagi saat mengerang kesakitan itu membuat nafsu bejat bos dan ketiga anak buahnya semakin menjadi.
Bos itu lalu memasukkan lebih banyak kelabang itu ke dalam lubang anus Don. Don yang kini telah mulai terangsang karena kaki-kaki dan tubuh para kelabang itu terus menggelitik prostat Don membuat penis Don menegang.
Don semakin memberontak sedangkan lubang anusnya tidak mampu menutupnya karena dibuka lebar-lebar dan dibuat menganga oleh kedua pria itu.
"Aaahhhh!!!!" Erang Don setelah beberapa saat hingga akhirnya penisnya sudah tidak kuasa dan langsung memuncratkan spermanya.
Saat cairan lendir itu keluar, Don yang sudah mulai pasrah karena lubang anusnya kini menjadi sarang para kelabang itu kini mulai lemas. Ia tidak bergerak dan nafasnya ngos-ngosan. Ia menatap bos itu dengan tatapan sayu. Sedangkan bos itu menatap mesum, apalagi melihat kelabang-kelabang itu kini tengah saling bergelut di dalam lubang anus Don, sehingga prostat Don lagi-lagi tersentuh dan bergesekan di area prostat Don, seolah-olah memaksa Don mengeluarkan cairan bening beraroma pandan itu.
Don lagi-lagi menggeliat tidak nyaman dan memejamkan matanya. Ia kini berharap supaya tangan sopir yang sudah menjadi mayat itu mau menggosokkan tangannya di selangkangannya demi meredakan rasa geli dan tersiksa yang saat ini dialaminya.
Namun, ketika ia membuka matanya, ia justru melihat bos itu datang lagi ke hadapan selangkangannya sambil membawa toples yang berisi ulat bulu yang sangat menggelikan.
"Aku masih kurang puas dengan hanya kelabang itu. Lubang anusmu juga nampaknya ingin lebih tersiksa lagi." Ucap bos itu menyeringai.
Kameraman dan kedua anak buah itu langsung bergidik geli melihat apa yang dibawa oleh bos tersebut. Don juga merasa semakin geli melihat ulat bulu itu yang kini telah dikeluarkan oleh bos itu.
"Pertahankan posisi kalian. Jangan sampai video ini rusak." Perintah bos itu.
Lantas dengan berusaha mempertahankan posisinya masing-masing sambil menahan rasa geli, mereka menyaksikan sendiri ketika bos itu menggunakan pinset mengeluarkan seekor ular bulu itu.
"Aaahh..." Don berusaha menghindari selangkangannya dari sentuhan ulat bulu itu, namun ia sama sekali tidak bisa bergerak dan Don hanya bisa menggeliat geli ketika mulut anusnya kini bersentuhan dengan bagian tubuh ulat bulu itu.
"Aaahhhh....." Don merasa semakin kegelian ketika kini ulat bulu yang sudah puas menggesekkan tubuhnya di bibir anus Don itu merangkak pelan-pelan masuk ke dalam lubang anus Don.
"Lihat bos! Sekarang ia sudah bergabung dengan para kelabang itu!" Seru sang kameraman.
"Iya, nampaknya ia tengah berpesta di dalam sana." Seru bos itu.
Suara tawa menggelegar di kamar itu ketika kedua orang lainnya juga tengah menyaksikan apa yang tengah terjadi di dalam lubang anus Don. Don pun kini juga ikut tertawa karena membayangkan lubang anusnya kini sudah menjadi sarang binatang-binatang menjijikan itu.
"Masukan semua ulat bulu itu, bos. Buat bagian dalam lubang anus selangkangan menjijikan ini menjadi penuh dengan serangga-serangga bos!" Seru kameraman.
"Tentu saja!" Seru bos itu. Lantas bos tersebut langsung memasukkan semua ulat bulu itu ke dalam lubang anus Don.
Don kini merasakan lubang anusnya semakin penuh. Ia merasakan pergesekan di dalam sana karena ulah para serangga itu membuat penisnya kembali menegang. Dan beberapa saat kemudian penis Don pun kembali memuncratkan spermanya.
"Hahahaha lihat spermanya kembali bermuncratan!" Seru anak buah di sebelah kanan Don.
"Bagus! Biarkan saja para serangga itu bersarang di dalam lubang anus selangkangan ini. Bila perlu sampai mereka beranak dan pelihataanku semakin banyak yang bersarang di dalamnya." Ucap bos itu yang semakin membuat lubang anus Don menjadi tempat menjijikan. Lantas keempat orang yang menyiksa area selangkangan Don pun semakin tertawa keras. Dan Don hanya bisa melenguh kegelian dengan ekspresi wajah penuh keputusasaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Guratan Kehidupan S2
RomanceBaca Guratan Kehidupan S1 dulu, ya. supaya lebih mengerti alur ceritanya. penyesalan terbesar bagi Dena adalah merebut paksa Rino, dengan berbagai cara, dari pelukan Rani. Walaupun Dena kini sudah berhasil mendapatkan Rino, bahkan seluruh semesta me...