Dipaksa Pulang

2 0 0
                                    

"Kembalikan Raniku." Ucap Rino dengan nada penuh penekanan. Pria berponi paku itu menatap tajam pria pemilik unit apartemen itu.

Lion yang ditatap seperti itu merasakan atmosfer yang begitu mencekam. Ia masih ingat betapa hebatnya dan mengerikannya sosok pria ini ketika mengalahkan dirinya dan menghancurkan dunia belenggu.

"Tapi Rani istriku." Lion berusaha memberanikan diri menghadap Rino. Walaupun sebenarnya tangannya sudah mulai Tremor, dan bulir keringat dingin mengucur dari dahinya. Saat ini bulu romanya berdiri dan ia mengusap lengannya.

Rani yang melihat sosok pria yang ditemui Lion juga ketakutan. Wajahnya yang awalnya terlihat sangat bahagia dan damai kini berubah menjadi pucat pasi. Ia juga sebenarnya sangat takut menghadapi mantannya itu, apalagi tatapan pria itu benar-benar sangat tajam dan menahan amarah.

Rani lalu berdiri meninggalkan tempatnya duduk dan menghentikan aktivitas nya untuk sementara. Dengan langkah takut-takut, perempuan yang kabur dari flatnya itu menghampiri Lion dan berlindung di belakang punggung suaminya.

Melihat tatapan Rani yang begitu ketakutan, Rino yang semula dipenuhi penuh dengan amarah dan dendam kini wajahnya berubah menjadi memelas. Sedangkan Rani kini meremas ujung lengan baju Lion.

"Lion. Aku takut."ucap Rani lirih.

Walaupun begitu, Lion masih tidak dapat bergeming. Sejujurnya saat ini Lion benar-benar ketakutan.

"Aku masih mau di sini, Lion." Wajah Rani begitu memelas. Ia benar-benar tidak mau kembali ke pria yang telah menertawakan dan meremehkan nasibnya itu.

Rani benar-benar ingin tinggal bersama Lion, dan tidak mau bersama Rino lagi.

"Rani. Pulang yuk." Ucap Rino dengan suaranya yang pelan. Kini tidak ada penekanan di intonasi suaranya.

Rino benar-benar tidak mau membuat perempuan kesayangannya itu ketakutan. Ia benar-benar sangat sedih karena kehadirannya membuat perempuan itu ketakutan.

"Aku mau sama Lion. Lion itu suamiku." Remasan Rani di ujung pakaian Lion semakin keras. Lion bahkan merasakan kalau kini tangan istrinya itu sudah mulai Tremor.

"Rani..." Lion pun mengelusi tangan Rani yang ketakutan itu. Rino yang melihat adegan itu langsung mengepalkan tangannya, menahan rasa cemburu.

"Jadi itu sebabnya kamu memilih tinggal bersama Lion. Dan rela menjadi kurban dunia belenggu?"

"Aku mau menjadi kurban dunia belenggu, karena kamu, dan semua orang sudah jahat! Kenapa kamu sampai sekarang pun masih tidak senang melihat aku bahagia, Rino!?" Kini Rani yang ketakutan itu mencoba untuk melawan.

"Rani, tenanglah. Kamu tidak akan kenapa-napa." Lion yang masih mengelusi tangan Rani berusaha menenangkan istrinya itu.

"Rani! Semuanya sudah berlalu! Semuanya sudah berubah! Kenapa kamu masih tidak mau menerima perubahan ini? Apa kamu pikir aku dan Dara berusaha mewujudkan impian mu itu hanya untuk menertawakan nasibmu?" Bentakan Rino kini semakin membuat keadaan psikologis Rani semakin terganggu. Rani kini bahkan tidak berani menatap pria yang berdiri menghadapnya itu.

"Kembalikan Raniku. Atau kupaksa dia untuk pergi dari apartemen ini." Kini Rino sudah berhasil menurunkan intonasi suaranya itu.

Tidak ada perubahan pergerakan dari Rani. Rino semakin geram karena Lion terlihat begitu romantis ketika berusaha melindungi Rani. Padahal Lion sendiri sebenarnya sudah sangat ketakutan melihat mantan mutan elang itu.

Rino sudah tidak mampu menahan dirinya lagi. Ia lalu secara kasar menarik pergelangan tangan Rani sehingga kini perempuan itu berada di posisinya.

"Rino lepaskan!" Rani terus memberontak ketika Rino terus menyeretnya pergi meninggalkan pintu unit apartemen Lion dan berjalan menyusuri lorong apartemen itu. Namun, Rino sama sekali tidak peduli. Kini mata Rino benar-benar sedang dipenuhi oleh amarah.

Rino sama sekali tidak peduli pekikan Rani. Sehingga Rani yang kini tidak bersuara itu hanya bisa pasrah mengikuti Rino. Sedangkan kini tatapan perempuan itu memerah dan memohon ke arah Lion yang semakin lama semakin terlihat jauh. Sedangkan Lion, dia sama sekali tidak bisa melakukan apa-apa untuk tetap mempertahankan istrinya itu supaya tetap tinggal bersama dirinya.

---

Rani hanya bisa pasrah ketika Rino yang berjalan meninggalkan apartemen itu terus menggenggam seerat dan sekasar mungkin lengan Rani. Walaupun Rani sudah tidak melawan, namun keadaan Rino yang dipenuhi aura kegelapan itu sama sekali tidak menyadari itu.

Hingga pada akhirnya mereka berdua berada di parkiran apartemen. Rino kini auranya sudah tidak gelap. Kini dirinya sudah tidak lagi dipenuhi amarah. Sedangkan Rani yang sudah berhenti menangis masih menundukkan kepalanya karena begitu ketakutan.

Rino langsung membukakan pintu samping pengemudi dan mempersilakan Rani untuk duduk di bangku sebelah supir itu. Rani pun hanya menurut sedangkan kini suara sesegukan Rani masih tidak mampu perempuan itu hentikan. Rino juga memasangkan seat belt milik Rani sebelum ia menutup pintu samping pengemudi itu.

Kini Rino sudah duduk di bangku pengemudinya itu. Sebelum ia menyalakan mesin mobilnya, ia menyalakan dulu Pendingin ruangan di mobil itu, dan membuat perempuan yang duduk di sebelahnya itu merasa nyaman.

Rino melihat pergelangan tangan Rani yang sedari tadi digenggamnya begitu keras tadi. Ia melihat di pergelangan tangan Rani terlihat guratan kemerahan di tangannya yang berwarna coklat muda itu. Rino merasa sangat menyesal karena telah melukai Rani.

"Pasti sangat sakit, ya. Maaf, ya aku tadi kasar sama kamu." Ucap Rino tulus dengan penuh penyesalan. Ia lalu memegang dengan sangat lembut luka kemerahan itu, sedangkan Rani yang sebenarnya merasa kesakitan berusaha untuk tidak meringis.

Ketika Rino sudah tidak lagi menyentuh area luka Rani, perempuan itu langsung memindahkan pergelangan tangannya di pangkuannya, dan luka tersebut ditutupi dengan tangannya yang lainnya. Sedangkan kini ia sama sekali tidak berani menatap Rino yang sedari tadi menatapnya dengan penuh kelembutan, ia sedari tadi hanya menundukkan kepalanya.

Melihat sikap dingin karena ketakutan itu, Rino yang kini berubah menjadi sosok aslinya yang begitu lembut dan penyayang itu tidak berani mengusik Rani dulu. Ia merasa sangat menyesal karena telah membuat Raninya begitu ketakutan. Apalagi penyakit psikologis nya yang kini sudah mulai terganggu.

Karena ia tahu, walaupun Rani sudah sepuluh tahun dirawat di rumah sakit jiwa, namun yang namanya penyakit psikologis itu tidak akan pernah mampu untuk benar-benar dapat disembuhkan.

Rino menahan dirinya. Ia lalu menghembuskan nafasnya dan lalu menyalakan mesin mobilnya. Dan akhirnya mobil itu pun menderu meninggalkan area parkiran apartemen itu dan melaju menuju flat tempat mereka berdua tinggal.

"Rani. Nanti luka kamu aku obatin, ya. Saat kita sudah sampai di flat." Rino berusaha membuka obrolan setelah sedari tadi di sepanjang perjalanan mereka berdua hanya diam.

Namun Rani hanya terdiam. "atau kalau kamu tidak nyaman sama aku, aku nanti minta tolong Dea buat ngobatin kamu. Aku nanti yang akan tanggung jawab dan mengaku kalau aku yang melukai kamu ke Dea dan Rio." Rani lagi-lagi hanya diam.

Kini mobil mereka masih melaju. Ketika melihat salah satu toko 24 jam, Rino jadi ingat es krim kesukaan Rani.  Ia berencana untuk menenangkan Rani dengan membelikan es krim itu.

"Kamu mau eskrim? Sekarang kita mampir dulu ke toko 24 jam itu, ya." Rino lagi-lagi mencoba membuka obrolan.

Namun lagi-lagi Rani hanya diam.

Lagi-lagi Rino menghembuskan nafasnya, dan mobil itu tidak jadi parkir di toko 24 jam itu. Mobil itu terus melaju menuju flat.

Guratan Kehidupan S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang