Calon Menantu

2 0 0
                                    

"Ari. Kamu masih di sana?" Tanya Don yang masih sibuk berkonsentrasi di depan layar komputer.

"Masih, kenapa?" Tanya Ari yang masih berada di sambungan.

"Rino sudah diberitahu supaya mengawasi Dena? Aku Kuatir kalau Dena kembali dikuntit. kalau bisa Santi coba kamu awasi dan dekati juga. takut-takut pria itu juga mengincar kekasihmu itu."

Mendengar pernyataan Don. Ari terkesiap. Ia tahu dan sadar kalau Santi itu cantik. Bahkan menurutnya lebih cantik daripada Dena. Sedangkan target yang sedang diincar ini adalah seorang predator seksual.

"Baik, Don. Aku akan segera menemui Santi dan menjaganya. Setelah aku menyerahkan semua data ini ke bapak." Ucap Ari. "Lantas apa yang akan kamu lakukan sampai penangkapan pria itu?" Tanya Ari.

"Aku hanya mengawasi perusahaan ku. Lagipula prediksi ku nanti sore kamu dan bapak akan menangkap pria ini sore ini, bukan?"

"Iya, Don. Papa biasanya bekerja sangat cepat. Apalagi kalau sudah berhubungan dengan bisnis papa. Papa tidak akan main-main." Jawab Ari. "Sudah, ya Don. Kututup." Lanjut Ari.

"Jadi softlens ini bisa kulepas?" Tanya Don.

"Iya lepas saja. Toh aku sudah tahu persis lokasimu di mana. Dan selama tiga hari ini kamu bahkan sama sekali tidak beranjak dari lokasi itu." Ucap Ari.

Mendengar itu, Don pun tersenyum kecil. Selama tiga hari ini ia memang tidak kemana-mana, karena disekap sebagai seorang budak seks di rumah ini.

Senyum Don semakin mengembang ketika melihat data-data di perusahaan miliknya. Ia melihat sama sekali tidak ada keganjalan dari semua data yang terlihat dan semuanya memang berjalan sesuai dengan seharusnya.

"Kalian memang bisa kuandalkan. Kalian benar-benar yang terbaik." Ucap Don yang tidak mampu berhenti  tersenyum melihat para staff dan karyawannya yang benar-benar bisa dipercaya itu.

"Maaf Don?" Sahut Ari.

"Eh tidak. aku hanya memantau perusahaanku." Jawab Don. "Sudah. Biar kulepas saja softlens ini. Kutunggu kedatanganmu, RI."

"Iya, Don." Jawab Ari. Lalu sambungan itu benar-benar terputus ketika Don melepas softlens itu dan menghancurkannya. Lalu barang tipis selebar pupil mata yang sudah hancur  itu ia buang di tempat sampah di kamar itu.

Setelah merusak dan membuang softlens itu, Don kembali memantau tiap data di perusahaannya. Setelah puas dan benar-benar memastikan tidak ada segala keganjalan di perusahaan tersebut, Don lalu menghapus semua history di komputer tersebut yang berhubungan dengan semua pemantauannya melalui darkweb tersebut. Ia juga menghapus semua software yang digunakannya. Setelah itu ia mematikan komputer dan tidur di ranjang sambil menunggu penggeledahan dan penangkapan pria itu tiba.

---

Di ruangannya, Ari yang sedang memantau data-data apa saja yang direkam Don beberapa saat kemudian itu terbingung.

Namun, kebingungannya terjawabkan kalau ternyata selesai memberikan laporan rekaman kepadanya, Don berkata ia sedang memantau perusahaannya.

Pandangan rekaman itu pun tiba-tiba menjadi rusak. Ketika Ari sudah selesai berkomunikasi dengan Don. Sedangkan semua rekaman sebelum alat komunikasi itu rusak secara otomatis sudah tersimpan di komputernya.

Ari yang sedang dikejar waktu untuk dapat menjaga Santi itu langsung memberikan informasi-informasi yang telah ditelisik dan diinvestigasi oleh Don kepada ayahnya. Setelah sebelumnya ia mengeditnya dengan menghilangkan adegan pelecehan seksual yang diterima Don selama melakukan investigasi itu.

"Pa." Sahut Ari setibanya ia di ruangan kerja ayahnya.

"Ya nak?" Tanya ayahnya ketika ia selesai mengerjakan pekerjaannya di layar komputer itu.

"Aku dan Don sudah menginvestigasi perusahaan investor penipu itu. Ada banyak sekali data yang perlu papa tahu dan lihat. Data-data ini sangat penting, pa. Dan kuyakin papa akan sangat marah melihat ini." Lapor Ari sambil memberikan flashdisk kepada ayahnya.

Ayahnya Ari menerima flashdisk pemberian Ari. Dan lalu memasangnya di komputernya. Ia lalu memindahkan semua data tersebut di komputernya sebelum mengembalikannya kepada Ari.

"Papa akan mempelajari ini semua. Apakah ini yang membuat perusahaan Dena dalam bahaya dan sangat berpengaruh dengan perusahaan papa?"

"Iya, pa. Oleh sebab itu sebaiknya papa segera menangkap pria itu sebelum perusahaan Dena semakin hancur dan sahamnya semakin turun."

"Oke nak. Papa akan mempelajari ini dulu."

"Pa. Ari tinggal dulu, ya. Ari takut Santi terlibat dalam bahaya. Soalnya pria ini adalah predator seksual, jadi Ari takut Santi kenapa-napa." Ari kini terlihat terburu-buru dan wajahnya terlihat kuatir.

"Baik, nak. Kamu pergilah. Nanti kalau papa akan menggerebek dan menangkap pria itu, papa akan panggil kamu." Lantas pria paruh baya itu kembali serius menatapi layar komputernya.

"Baik, pa. Aku permisi." Lantas Ari meninggalkan ruangan itu setelah mendapatkan anggukan dari ayahnya.

Beberapa saat setelah Ari pergi meninggalkan ruangan kerja ayahnya itu, ayahnya Ari dan Rani itu yang adalah bos mafia paling ditakuti itu kembali serius memantau dan memperhatikan secara detail semua berkas hasil rekaman itu. Semakin lama semakin banyak keganjalan dan kecurangan yang ditemukannya yang tentu saja berpotensi besar untuk menghancurkan perusahaan Dena dengan sifat perusahaan itu yang adalah benalu.

Rahang bos itu semakin menegang. Tangan pria itu semakin mengepal. Begitu banyak data rahasia yang diperlihatkan yang menunjukkan betapa kerugian yang diperoleh oleh perusahaan Dena. Ia benar-benar marah dengan kenyataan yang dilihatnya.

"Ari." Sahut pria itu setelah sambungan telepon tersebut telah sampai di ponsel Ari.

"Iya, pa?" Tanya Ari yang berada di dalam sambungan.

"Kamu masih sama Santi?" Tanya ayahnya.

"Iya, pak. Ini aku lagi sama Rino, Dena, dan Santi juga. Papa mau mendengar suara mereka?"

"Iya, boleh." Jawab ayahnya Ari memastikan. Lantas Ari pun menyalakan loud speaker di handphonenya.

"Halo pak. Eh sebentar lagi aku panggilnya papa saja, ya." Ucap Santi riang yang disahut tawa oleh ketiga orang di sekitar Santi.

"Ahahahah. Tentu saja. Papa juga sudah tidak sabar ingin melihat calon istri anak lelakiku." Jawab ayahnya itu sambil tertawa kecil. Berbicara bersama Santi ternyata mampu meregangkan rasa amarahnya.

"Halo pak." Sahut Dena.

"Halo, pak." Sahut Rino.

"Halo Dena, halo Rino. Ini bapak sudah lihat data-data di perusahaan investor penipu itu. Sepertinya pria itu sudah terlalu lancang bermain-main dengan bapak dan calon mantu bapak. Jadi kalau boleh bapak mau minta ijin untuk memberikan pelajaran kepada pria itu. Dan bapak harap kalian jangan rindu sama mereka." Ucap bos mafia itu santai.

Ari yang mendengar perkataan ayahnya yang meminta ijin itu hanya tersenyum kecil. Ia sudah tahu apa yang akan dilakukan ayahnya itu. Sehingga tidak mungkin lagi bagi Dena, Rino, bahkan semua orang awam itu untuk melihat sosok investor penipu itu.

Sedangkan Rino dan Dena masih berpikir positif jika mungkin pria yang menjadi target selama ini hanya diberikan pelajaran dan hukuman supaya bisa bertobat.

"Oh iya, Pak. Silahkan. Biar Santi dan Dena juga aman-aman saja berkeliaran dengan bebas tanpa takut akan kehadiran sosok predator itu. Bapak, kan tahu kalau kedua perempuan hebat ini begitu independen jadi tidak betah kalau terus-terusan diawasi." Sahut Rino dengan bangga. Lalu kemudian Dena pun mencubit manja lengan Rino.

Dan lalu mereka semua tertawa terbahak-bahak.

Guratan Kehidupan S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang