Mati Rasa

4 0 0
                                    

Pria dengan tubuh kurus kering. Wajahnya yang begitu tirus menampakkan kesedihan. Dibalut dengan pakaian kerja bak pria kantoran. Ia duduk sendirian di ruangan kerjanya sambil menatap layar di handphonenya.

Pria itu menatap nanar dengan air mata yang baru saja berhenti menetes. Ekspresinya kini kosong, melihat sebuah video dari video call dari handphone yang berhasil dilacaknya.

Di sana, pria itu terdiam, tidak mampu merasakan apa-apa lagi. Entah rasa sakit, terkhianati, kecewa, dan bahagia, semuanya bercampur menjadi satu.

Pria itu melihat, Rani yang begitu bahagia ketika dirinya sedang melakukan pemeriksaan USG dengan didampingi oleh Lion selaku suaminya. Rani semenjak tinggal berdua bersama Lion, ia terlihat begitu bahagia dan cerah. Sangat berbeda dibandingkan ketika tinggal bersama dirinya.

Padahal ia tahu persis, Lion itu tidak mencintai Rani. Lion hanya mengagumi Rani. Tapi memang Rani yang begitu nyaman tinggal bersama Lion. Rani bahkan tidak menuntut apapun ke Lion, namun perempuan itu jauh lebih bahagia.

Bahkan, Lion sama sekali tidak tahu apa yang sangat diinginkan oleh Rani, apa yang menjadi kebiasaan Rani, dan apa saja seluk beluk dari Rani. Bahkan dari kehidupan sehari-hari saja bisa dilihat, Lion bersikap sangat acuh pada Rani, dan ia lebih mementingkan dunianya sendiri daripada istrinya itu.

Sedangkan Rani, perempuan itu bahkan berusaha bersikap mandiri.

Namun, justru karena itu, kah Rani bahagia tinggal bersama Lion? Berarti apakah usahanya untuk selalu memanjakan dan mengutamakan Rani itu yang membuat perempuan kesayangannya justru selalu berusaha menjauhi dirinya? Atau benar apa yang menjadi perkiraannya selama ini, dirinya telah dibuang oleh Rani.

Rino kecewa. Pria itu benar-benar kecewa.

Lantas pria itu pun tidak lagi menghabiskan air matanya. Entah mengapa matanya kini sudah membeku, tidak lagi menunjukkan ekspresi apapun. Hatinya juga kini sudah membeku, dan kini rasa sedih itu menghilang entah kemana. Sekarang ia sama sekali tidak merasakan ekspresi apapun. Ia kini telah mati rasa. Dan satu-satunya rasa yang muncul hanyalah amarah.

---

Malam tiba. Tanpa Santi, Dena memang pulang bersama Rino.

Sepanjang perjalanan, Dena dan Rino sama sekali tidak berbicara sepatah katapun. Dena sudah memaklumi sifat Rino ini yang sudah berubah. Ia sama sekali tidak mau mencoba merayu suaminya itu, apalagi sifat Rino yang sebulan ini sudah berubah menjadi pemarah itu membuat semua stafnya begitu takut pada dirinya.

Sesampainya di rumah, mereka berdua pun hanya diam. Tidak ada sapaan dan godaan hangat di atas ranjang. Tidak ada sikap panas Dena yang selalu menggoda dan melecehkan Rino. Tidak ada sifat Dena seperti pada saat mereka baru lulus SMA itu.

Walaupun rindu yang sama sekali terus menyiksa dirinya, Dena sama sekali tidak mau memaksa untuk Rino supaya mau meladeni dirinya. Ia hanya bisa tidur-tiduran seusai mandi dengan tubuh yang menghadap ke arah punggung Rino.

Kali ini ada yang berbeda dari pria itu. Kini waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, dan Rino biasanya selalu menggunakan obat tidur supaya bisa beristirahat.

Namun kini, pria itu masih saja memandangi layar handphonenya. Tubuhnya yang telanjang dada itu bagian punggungnya tercetak jelas tulang belakangnya. Otot-otot kecil yang berada di lengannya seperti menunjukkan secara tegas kalau pria itu sama sekali kekurangan gizi.

Dena yang tidak bisa tidur karena melihat gelagat suaminya itu kini bangun dari tempatnya berbaring. Ia mengubah posisinya menjadi duduk, dan mendekatkan dirinya ke belakang Rino. Ia memeluk tubuh Rino yang sama sekali tidak meresponnya, dan dagunya ia sandarkan di atas bahu kurus kering milik suaminya itu.

Setelah mengecup lembut kening Rino, perempuan yang memakai lingerie itu kembali menyadarkan kepalanya di atas bahu Rino. Ia yang penasaran melihat layar handphone yang sedari tadi ditatap tanpa ekspresi oleh Rino.

Hati Dena sakit melihat video yang sedang diputar berulang-ulang oleh suaminya itu. Di sana, rupanya Rino telah menyimpan dan memutar berulangkali video Rani yang tengah menjalankan pemerikasaan kehamilan. Di sana, ia melihat Rani yang terlihat begitu bahagia dan antusias. Ternyata itu yang seharian ini begitu mengusik perasaan suaminya. Ternyata Rino masih tidak mampu melupakan Rani.

Dena pun yang sudah tidak tahan langsung secara perlahan-lahan melepaskan pelukannya kepada tubuh Rino. Ia lalu beranjak lagi menuju tempatnya berisitirahat, dan berusaha menahan air matanya dan berusaha melupakan rasa sakit hatinya.

Dena lalu mengubah posisinya menjadi tidur-tiduran dengan posisi membelakangi Rino, ia menyelimuti tubuhnya, dan menghapus air matanya. Ia berusaha melupakan video itu dan berusaha untuk tidur.

Beberapa saat kemudian Rino yang mungkin sudah puas menyiksa hati dan perasaannya dengan video itu langsung mematikan handphonenya, pria itu lalu meletakkan handphonenya di nakas sebelah tempat tidurnya, lalu membuka salah satu laci nakas tersebut. Ia mengeluarkan sebuah suntikan dan langsung menyuntikan cairan di dalam benda itu ke bagian lengannya. Lalu pria itu pun juga mengambil posisi untuk tidur, dan lampu kamar pun dimatikan.

---

Waktu sudah menunjukkan pukul 1 dinihari. Namun sejak tiga jam yang lalu Dena berusaha menutup mata, perempuan cantik nan anggun walaupun tanpa menggunakan make up itu masih tidak dapat tertidur.

Perempuan berpakaian tidur seksi itu menyerah, karena mungkin malam ini ia telah mengalami insomnia, karena sedari tadi pikirannya tidak mau terlepas dari video yang diputar dari handphone suaminya itu.

Dena mengubah posisinya menjadi duduk di atas tempat tidur, ia menyalakan lampu tidur, dan ia melihat suaminya itu tengah tertidur pulas dengan posisi tengkurap.

Perempuan itu ingin sekali menyentuh suaminya, membelai rambutnya, dan menyentuh tubuh yang dulunya begitu seksi itu. Namun kini, rasa nafsu liar itu tidak ada. Dena sudah tidak mau menyentuh suaminya itu karena nafsu semata.

Namun, ia ingin sekali disentuh dan menyentuh pria itu dengan cinta dan kasih sayang. Dan Dena sama sekali tidak merasakan itu semenjak satu bulan ini, semenjak Rino kembali lagi ke rumah ini.

Perempuan itu terdiam beberapa saat. Ia berusaha keras, memaksa hatinya sendiri supaya tidak cengeng. Namun rasa sesak itu memberontak. Otaknya kini sudah tidak mau diajak kompromi dan sepertinya sedang bersekutu dengan hatinya. Air mata pun juga sepertinya mendukung keras perasaan sakit di dadanya. Lama-kelamaan, Dena tidak sanggup lagi menahan sakit yang dirasakan karena kerinduan akan pria yang berada di sisinya kini. Dan akhirnya air mata itu jatuh.

Buru-buru, tanpa menghapus air matanya, Dena mengambil salah satu jubah yang tergantung di salah satu sisi di kamarnya. Ia pun dengan anggunnya berjalan cepat menuju balkon kamarnya itu. Di balkon itu, ia menangis sepuasnya tanpa bersuara sedikitpun.

Guratan Kehidupan S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang