Wujudkan Impian

2 0 0
                                    

"Memangnya kamu mau ke mana, Dara?" Tanya seorang pria berjas lab dan berkacamata tebal sambil memberikan sebuah lembaran jawaban yang telah dinilainya itu.

"Aku akan pergi, Der. Maaf merepotkan mu." Ucap Dara sambil tersenyum menerima kertas jawaban yang telah diperiksanya itu. Dara melihat jumlah nilai yang diperoleh Rani dan senyumnya semakin melebar.

Dara lalu duduk di sebelah pria bernama Derry itu. Sambil tatapannya tidak terlepas dari lembaran jawaban yang membuatnya puas itu. Sedangkan Derry masih serius memandangi layar komputernya yang kini sedang menampilkan layar abu-abu yang dihiasi beberapa titik putih.

"Apa kabar di luar angkasa sana?" Tanya Dara setelah ia puas melihat lembaran jawaban yang telah dinilai itu, dan menyimpannya di dalam tas.

"Masih tidak ada apa-apa. Semuanya berjalan biasa saja. Tidak ada fenomena apapun yang akan terlihat di kolong langit." Derry menjawab pertanyaan Dara dengan intonasi suara yang datar. Sedangkan matanya masih tidak mau lepas dari layar komputernya.

"Dara. Pikirkan kembali keputusanmu. Akan banyak sekali pria yang patah hati apabila kamu memutuskan menghilang secara mendadak seperti itu. Bahkan, pihak kampus juga merasa akan sangat kehilangan sosok berharga sepertimu." Permohonan Derry dijawab senyuman kecil peluh Dara. Namun Derry seolah-olah tidak peduli dengan senyum itu dan terus tidak mau menatap perempuan berjas lab itu di sebelahnya.

"Kalau tidak begini caranya. Aku tidak akan pernah bisa melupakan pria itu."

"Lagipula, kamu seharusnya jangan terlalu merasa kehilangan. Seseorang ini yang akan melanjutkan pekerjaanku di sini. Karena pekerjaan ini adalah impiannya." Lalu Dara pun pergi meninggalkan ruangan lab itu. Ia pun berjalan meninggalkan Observatorium itu.

---

"Rani. Aku menerima amplop ini. Ini adalah nilai dari ujian teorimu Minggu lalu." Dara yang kini sudah berada di flat itu menyerahkan amplop coklat besar itu ke Rani.

Rani yang begitu deg-degan secara perlahan-lahan membuka perekat amplop itu, wajahnya kelihatan pucat karena terlalu berdebar-debar. Namun Dara yang memang sudah tahu akan nilai yang diperoleh Rani hanya tersenyum formal.

Ekspresi wajah Rani yang awalnya pucat berubah menjadi penuh haru bahagia. Ketika ia justru lulus ujian teori dengan nilai yang sangat sempurna. Dengan mata berbinar-binar ia pun menatap Dara.

"Selamat, ya Rani. Mulai Minggu depan kita akan lanjut latihan praktek."

---

Minggu demi Minggu sudah berlalu. Kini waktu penelitian praktek sudah berjalan selama sebulan. Selama itu, Rani terus diajak oleh Dara untuk terus memandangi langit, mempelajari fenomena apa saja yang ada di kolong langit itu.

Selama ini, dengan mata telanjang Rani selalu benar menjawab pertanyaan Dara. Sehingga untuk beberapa Minggu, Rani telah diangkat sebagai asisten Dara. Khusus selama penelitian ketika berhubungan langsung dengan lembaga antariksa itu.

Hingga Sabtu sore pun tiba. Ketika Rani yang sudah diijinkan oleh ketiga temannya di flat itu, diajak oleh Dara untuk melakukan penelitian kembali dan kali ini mereka melakukan penelitian secara langsung di Observatorium.

"Kamu penasaran, bukan bagaimana bentuk Observatorium itu?" Tanya Dara selagi mereka berdua tengah berada di dalam taksi online untuk menuju sebuah hotel di dekat Observatorium itu.

"Aku selama ini hanya melihatnya di website. Dan aku sebenarnya sangat penasaran bagaimana rasanya ketika berada di sana." Jawaban antusias Rani membuat Dara tersenyum kecil.

Beberapa jam kemudian mereka berdua kini sampai di hotel tersebut. Setelah melakukan check in kamar hotel, Dara yang membawa beberapa lembar kertas yang dimasukkan ke dalam map mengajak Rani untuk pergi meninggalkan kamar hotel itu.

Rani begitu terpukau melihat sebuah bangunan besar yang berada di tengah taman itu. Bangunan berbentuk kubah itu diwarnai dengan cat tembok berwarna broken white. Dara pun yang sudah memakai jas lab itu meminta Rani memakai jas yang tadi diberikannya.

Rani sudah memakai jas lab itu saat mereka berdua telah berada di dalam ruangan berbentuk kubah itu. Hari saat itu sudah malam, benar-benar suasana yang pas untuk melakukan penelitian.

"Rani, lihat itu." Dara menunjukkan ke Rani sebuah teleskop raksasa dengan ujung lensanya yang menghadap sisi kubah yang telah sedikit terbuka. "Aku ingin kamu meneliti, apa yang telah terjadi di sana." Lantas Dara dan Rani berjalan menuju teleskop raksasa itu.

Sebelum Rani melakukan penelitiannya, Dara memberikan map yang berisi form itu ke Rani sedangkan Dara mempraktekkan bagaimana caranya menggunakan teleskop itu.

"Sekarang giliranmu, Rani. Beritahu aku apa yang terjadi di sana." Lantas Rani pun mengambil alih posisi Dara.

Dengan mempraktekkan sendiri bagaimana cara meneropong menggunakan teleskop itu. Sedangkan selagi Rani sedang serius mengamati dan beberapa kali mencatat, Dara tersenyum kecil melihat wajah Rani, dan lalu melayangkan pandangannya ke arah setiap sudut di dalam kubah itu.

Beberapa waktu pun berlalu, Rani telah selesai melakukan penelitiannya menghembuskan nafas lega, dan ia juga terlihat sangat kagum dengan apa saja yang telah dilihatnya selama melakukan pengamatan dengan menggunakan teleskop itu.

"Sudah selesai, Dara." Rani pun memberikan form itu kepada Dara.

Lantas setelah Dara menerima form itu, ia menggantikan kembali posisi Rani. Dara mengecek isi form yang telah dijawab itu sambil sesekali meneropong. Melihat jawaban asistennya yang begitu akurat dengan fenomena yang sebenarnya terjadi di luar langit bumi sana, Dara lagi-lagi tersenyum puas.

Dara menorehkan senyum bangganya kepada Rani.

"Sudah kuduga. Kamu sampai saat ini pun semakin sangat mengagumkan, Rani." Ucap Dara bangga. Sedangkan Rani yang dipuji seperti itu hanya tersenyum malu.

"Apa kamu penasaran apa saja yang ada di dalam sini selain teleskop ini?"

"Memangnya di sini ada apa saja, Dara? Kukira di sini hanya ada teleskop raksasa itu."

"Ikut aku, Rani. Kita akan menjelajahi tiap sudut di ruangan ini."

Lantas Rani dan Dara pun beranjak dari teleskop raksasa yang berada di ruangan utama ini. Mereka menelusuri tiap sudut di ruangan ini yang sejujurnya Rani benar-benar baru tahu.

Rani semakin terpukau ketika di ruangan berbentuk kubah ini tidak hanya terdapat teleskop yang menjadi ikon dari ruangan penelitian ilmu astronomi itu. Tapi di sana juga terdapat berbagai foto mengenai beberapa objek yang ada di tata Surya. Mulai dari bintang, bulan, planet, bahkan sampai berbagai galaksi.

Di sana juga ada beberapa foto fenomena-fenomena menakjubkan di tata Surya sana beserta penjelasannya.

Selain itu, terdapat juga perpustakaan mengenai ilmu astronomi, dan sebuah lab yang adalah tempat Dara bertemu dengan rekan penelitiannya itu.

Hingga pada akhirnya mereka berdua tiba di tangga lantai dua. Di sana Rani diperlihatkan lebih dekat lagi oleh Dara mengenai lensa yang tadi dipakainya saat melakukan penelitian.

Puas berkeliling, Rani dan Dara pun duduk di salah satu anak tangga itu.

"Dara. Aku tidak menyangka kalau kamu memang begitu berminat untuk mempelajari astronomi. Aku kagum sama kamu." Ucap Rani yang tidak henti-hentinya kagum dengan sosok yang menjadi mentornya selama ini.

"Aku? Memangnya apa yang membuatmu kagum sama aku? Karena astronomi ini?" Rani pun mengangguk semangat.

"Sebenarnya, aku tidak seantusias kamu. Seharusnya kamulah yang menjadi mentor, bukan aku. Aku sesungguhnya bahkan sama sekali tidak mempunyai hobi sepertimu."

Mendengar sanggahan Dara, Rani pun terkekeh.

"Coba sekali-kali kamu menikmati objek penelitianmu, Dara. Mereka begitu indah. Apabila kamu cukup menikmatinya."

Guratan Kehidupan S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang