"Aaahhhh!!!!....." Don terus berteriak-teriak kegelian merasakan serangga menjijikan itu kini tengah menggerayangi bagian dalam dinding anus nya.
"Ahahhahha... Lihat itu, bos! Sekarang kecoak itu sudah mulai menjilati rektum selangkangan mainan kita!" Ucap salah satu orang yang berada di sebelah kanan bos itu.
Kelima orang itu tertawa lepas memerhatikan bagian dalam lubang anus Don yang kini tengah dipermainkan oleh kecoak Afrika itu. Sedangkan Don yang kini berusaha mempertahankan posisinya itu terus menggeliat. Ia benar-benar tidak tahan dengan sensasi geli dan jijik yang kini tengah mengobrak-abrik area sensitifnya itu.
"Cukup... Cukup..." Lirih Don dengan mata sayunya menatap bos itu dengan harapan penyiksaan serangga ini berakhir.
"Cukup katamu?" Tanya bos itu sambil tetap mempertahankan posisi tangannya supaya lubang anus Don tetap menganga lebar. "Sepertinya selangkangan ini justru meminta lebih." Jawabnya sambil menyeringai mesum.
"Betul sekali, bos!" Ucap seseorang yang kini masih menyenteri dan memvideokan bagian dalam lubang anus Don.
"Jangan... Lepaskan aku!" Erang Don yang sesungguhnya sudah tidak tahan dengan penyiksaan binatang yang paling ditakuti banyak orang itu.
Don melepaskan kedua tangannya dari kakinya. Namun ketika ia berusaha menutup kedua kakinya, dua orang pria di ujung sebelah kiri dan kanan kaki Don masing-masing menahan kedua kaki pria telanjang bulat yang tengah dilecehkan itu. Sehingga kedua kaki Don tetap mengangkang di atas. Sehingga lubang anus Don masih terpampang dengan sangat jelas.
"Selangkangan ini sudah tidak bisa bergerak, bos! Ayo masukkan saja semua kecoak itu ke lubang tempat sampah ini!" Pinta seorang pria yang adalah sopir itu. Pria itu begitu antusias melihat lubang dalam dari anus Don itu terlihat seperti sarang kecoak.
"Tentu saja." Lantas pria gembul itu langsung memasukkan satu lagi kecoak Afrika itu.
"Aaahhhh...." Don hanya bisa mengerang sambil menggeliat tak berdaya.
Melalui selangkangannya yang terus menganga, Don melihat bos itu memasukkan satu persatu kecoak raksasa itu ke dalam lubang anus Don. Don hanya bisa berteriak jijik sambil kedua tangannya kini meremasi kedua ujung sofa.
Don terus menggeliat merasakan betapa gelinya lubang anusnya saat ini, sedangkan kelima pria itu terus melihat bagian dalam lubang anus Don yang sudah seperti sarang kecoak itu sambil tertawa terbahak-bahak.
"Lubang anusmu, selangkangan. Sekarang tidak ada bedanya dengan tempat sampah kotor yang menjadi sarang kecoak!" Ucap bos itu yang diikuti tawa keempat orang lainnya.
Don menyadari lubang anusnya kini sudah sangat tidak berharga. Ia kini sudah sangat lemas karena kehabisan tenaga.
Don perlahan-lahan berhenti menggeliat karena begitu letih dengan penyiksaan ini. Melihat keadaan objek pelecehan seksualnya itu, bos itu pun menutup toplesnya.
"Sudah, sudah. Videonya dimatikan saja. Nanti malam kita lanjutkan lagi." Perintah bos itu. Lantas sang kameraman itu menutup handphonenya dan menyingkirkannya dari selangkangan Don.
"Dan kamu, selangkangan." Ucap bos itu sambil menggosokkan tangannya di area selangkangan Don. "Jangan sampai satu kecoakpun keluar dari lubang anusmu sebelum kuperintahkan. Kalau tidak, maka kecoak itu akan kutambahkan sepuluh kali lipat biar kamu semakin tersiksa."
"Baik, bos..." Ucap Don lirih, lantas Don pun mengerucutkan lubang anusnya itu supaya tidak ada seekor kecoakpun keluar dari area pencernaannya itu.
Satu persatu orang-orang itu pergi meninggalkan sofa tempat Don berbaring itu. Kini tatapan Don yang sudah sayu itu menatap sopir yang kini berada di hadapannya. Sambil tetap mengangkang, Don berusaha meraih tangan sopir itu dan sopir itu mengulurkan tangannya. Don lalu menempelkan erat tangan sopir itu ke selangkangannya dan kembali menggosokkannya ke area sensitifnya itu.
"Tunggu sebentar selangkangan." Sopir itu melepaskan tangannya dari selangkangan Don. Dan lalu pria itu duduk di sebelah Don.
Melihat sopir itu kini duduk di sebelah Don, Don justru duduk di pangkuan pria itu, ia lalu melingkarkan salah satu tangannya di pundak sopir itu dan tangan yang Don Inginkan itu kini ditempelkannya lagi di selangkangannya.
Don mendesah merasa nyaman ketika tangan sopir itu menempel erat di selangkangan Don. Don lalu menggesekkan selangkangannya di tangan sopir itu.
Selagi tangan itu sedang kembali melecehkan selangkangan Don, tangan salah satu lagi milik pria itu memelintir dan menarik-narik salah satu puting Don. Dan mulut pria itu sedang asik menghisap dan menggigit kasar puting Don satu lagi.
"Aaahhhh..... Sssshhh...." Don terus meringis kesakitan merasakan ujung dadanya itu disiksa. Don lalu mulai menghentakkan selangkangannya di tangan pria itu sehingga goncangan di dalam rektum Don itu membuat pria itu semakin kegelian. Karena di dalam sana kecoak-kecoak itu masih berpesta menyiksa area dalam rektum Don.
Dan tanpa mereka sadari, ternyata pelecehan yang dilakukan sopir itu kepada Don dilihat oleh investor penipu yang dipanggil bos itu. Pria gembul itu yang tadinya ingin masuk ke kamarnya langsung tidak jadi. Ia begitu iri melihat anak buahnya yang berprofesi sebagai sopir mafia itu mendapatkan keistimewaan dari Don.
Apalagi, yang meminta tubuhnya dilecehkan itu adalah Don. Bos itu yang sudah menyaksikan betapa seksinya Don merasa terkalahkan dan ia sangat tidak suka dikalahkan. Apalagi ia menyadari kalau Don justru jauh lebih seksi dan menggoda daripada Dena.
Lantas bos itu masuk ke kamarnya sebentar untuk meletakkan toples tempat para kecoak Afrika itu lalu kembali lagi ke sofa itu.
"Hei. Apa yang kamu lakukan!" Gertak bos itu kepada sang sopir.
"Bos?" Sopir itu berhenti menggigit dan mengenyoti puting Don dan melihat ke arah bos itu. Don pun juga melihat bos itu kini mempertahankan tangan sopir itu supaya tetap meremas erat selangkangannya.
"Aku ingin kembali melecehkan selangkangan itu! Sekarang minggir kamu!" Perintah bos itu.
"Tapi, bos. Kita bisa menyiksa tubuh selangkangan ini berdua. Kita berbagi bersama. Aku sebelah kiri, bos sebelah kanan. Bagaimana?" Tawar sopir itu. Sedangkan Don kini menggenggam erat tangan sopir itu yang masih meremas erat selangkangannya.
"Aku tidak suka dibantah!" Gertak bos itu.
Lantas mau tidak mau, secara terpaksa sopir itu menyingkirkan tangannya dari selangkangan Don. Don kini merasakan selangkangannya kembali terasa geli karena tidak ada tangan sopir itu di selangkangannya. Dan kini sopir itu beranjak dari sofa itu.
Melihat sopir itu berlalu, Don melihat punggung sopir itu pergi meninggalkan pintu ruang tamu. Lantas posisi sopir itu digantikan oleh bos buncit itu.
Tanpa aba-aba dan secara kasar, bos itu kini duduk di samping Don, tangan pria itu secara kasar menggesekkannya ke selangkangan Don sehingga Don merasa risih. Dan kini salah satu tangan bos itu menggelitik bagian ketiak Don, dan mulutnya kini menjilat dan menghisap ketika Don satu lagi.
"Aaahhhh....." Di pangkuan bos itu, Don merasakan tubuhnya sangat tidak nyaman. Ia hanya bisa menggeliat tidak berdaya sedangkan bos itu semakin brutal menyiksa dan melecehkan tubuhnya.
"Emmmm.... Selangkangan... Mengapa kamu sangat seksi.... Bahkan kamu lebih seksi daripada Dena... Tubuhmu membuatku ingin terus menyiksamu dan ingin membuatmu hanya menjadi budak seksku...." Ucap bos itu di sela-sela menjilati ketika Don.
"Aaahh...." Don hanya bisa mengerang sambil menutup matanya, dan tubuhnya masih menggeliat tidak nyaman. Namun ia tetap harus bertahan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guratan Kehidupan S2
Roman d'amourBaca Guratan Kehidupan S1 dulu, ya. supaya lebih mengerti alur ceritanya. penyesalan terbesar bagi Dena adalah merebut paksa Rino, dengan berbagai cara, dari pelukan Rani. Walaupun Dena kini sudah berhasil mendapatkan Rino, bahkan seluruh semesta me...