Obrolan Keluarga

0 0 0
                                    

"Bener, ya. Janji setelah ngobrol sama putra dan putri, video call nya selesai." Ucap Nina yang sudah sangat kesal dengan ulah suaminya ini.

"Iya, aku janji, deh. Abis itu kita lanjut dari sore ke malam, ya." Ucap Don yang masih tersenyum manis dan polos, padahal daritadi pria itu sudah berhasil membuat Nina kesal setengah mati karena dari tadi mengganggu istrinya yang kini sedang sibuk memasak dan berkali-kali gagal karena panduan suaminya yang benar-benar seperti dikerjai itu.

"Aku gak tahu besok masak pakai apa. Bahan buat besok sudah habis semua karena ulah kamu, Don. Garam habis, cabe habis, dan sekarang kecap sudah habis. Habis semua, lah bumbu dapurku karena ulahmu ini!" Ketus Nina.

Nina saat ini mau tidak mau harus menuruti permintaan suaminya untuk tetap melakukan video call saat dirinya kini tengah sibuk mengurusi rumah. Perempuan yang kini sudah menghabiskan waktu-waktu nya sebagai seorang ibu rumah tangga ini kini seolah-olah sedang melakukan live streaming.

"Lho? Memangnya uang belanja buat sebulan ini sudah habis, sayang? Kalau iya aku transfer lagi ke kamu." Ucap Don yang masih memasang wajah polosnya.

Lantas Nina pun membanting kecil pisau dapurnya itu di atas talenan. lalu ia memandangi wajah suaminya lagi dengan raut wajah yang sangat kesal.

"Bukan itu masalahnya, Don. Kamu, kan tahu aku gak pintar masak dan selama ini yang selalu memasakkan makanan itu, ya kamu. Nah, karena aku sedang belajar memasak, daripada tidak ada makanan, harusnya kamu beneran ngajarin aku masak, Don. Bukannya malah ngerjain aku kayak gini. Ini mah yang ada namanya kamu yang menghambur-hamburkan uang." Lantas Nina menyilangkan kedua tangannya di atas dadanya.

"Mana sebentar lagi putra dan putri pulang sekolah, lagi. Kamu gak kasihan anak-anak yang sudah kelaparan itu malah semakin mengeluh kelaparan karena aku belum selesai masak?" Lantas Nina dengan kesalnya kembali mengirisi bawang merah.

"Sebentar lagi putra dan putri pulang sekolah, ya?" Lantas Don melihat jam dinding yang menunjukkan waktu makan siang dan pulang sekolah itu akan tiba. "Lantas kamu akhirnya mau masak apa, sayang? Biar aku beneran bantu. Janji, deh gak main-main lagi kayak tadi."

"Halah! Palingan nanti kamu kerjain lagi kayak tadi." Lantas Nina kini memotongi cabainya yang tersisa itu dan malas menengok ke arah handphonenya.

"Kamu masih mau masak nasi goreng, ya?" Pertanyaan Don tidak dijawab oleh Nina. "Ya sudah, kalau kamu mau masak untuk tiga orang, garamnya kasih satu cubitan saja. Kecapnya satu putaran saja. Yakin, deh aku gak ngerjain lagi nih." Don akhirnya merasa tidak enak karena ulahnya tadi. Tapi jujur saja wajah kesal Nina saat ini benar-benar membuatnya gemas dan rindu.

Walaupun Nina sebenarnya meragukan saran dari Don, ia pun menuruti saran dari suaminya itu. Setelah memasukkan nasi tiga porsi beserta sayur-sayuran yang tadi sudah ia potong-potong, Nina memasukkan garam dan kecap sesuai dengan takaran yang Don berikan. Setelah Nina mengecap sedikit masakan itu, wajah Nina yang tadinya kesal langsung terpaku. Ia lalu menatap Don yang masih duduk manis melihat kelakuan istrinya saat ini.

"Bagaimana?" Tanya Don penasaran.

"Akhirnya aku bisa masak masakan enak kayak gini, Don. Akhirnya kamu beneran juga ngajarin aku! Oke! Ini aku harus catat supaya aku bisa tetap masak nasi goreng seenak ini!" Komentar Nina. Don tersenyum puas mendengar komentar istrinya itu.

"Kamu hapalin saja sampai seminggu ini saja, ya sayang. Setelah aku pulang, biar aku lagi yang masak." Ucap Don tersenyum manis. Sedangkan Nina kini yang sudah selesai masak menaruh hasil masakan itu ke atas piring besar.

"Mama~ kami pulang." Sahut suara seorang anak laki-laki.

"Mama, lapar." Sahut suara anak perempuan.

"Ah, itu putra dan putri sudah pulang. Untung aku sudah selesai masak." Lantas Nina berlalu meninggalkan dapur itu, dan meninggalkan video call itu yang masih terhubung dengan Don.

Guratan Kehidupan S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang