"Nanti kalau kamu sudah selesai bekerja, kabarin aku, ya biar aku jemput." Ucap Rino sesampainya mereka berdua sudah sampai di tempat penelitian antariksa itu.
Rani mengangguk pelan, ia sambil memegang jas lab nya dan sebuah tas lalu melepaskan seat beltnya.
"Aku sudah sampai Rino. Aku turun, ya." Ucap Rani sambil membuka pintu mobilnya.
"Iya, Rani. Yang semangat, ya kerjanya." Jawab Rino dengan penuh antusias.
Mobil Rino tidak langsung pergi meninggalkan halaman luas itu, Rino terus mengawasi Rani yang masuk ke dalam gedung mewah dan terlihat formal itu. Sedangkan ketika Rani sudah bertemu dengan satpam penjaga gedung lembaga milik pemerintah itu, mobil Rino pun melaju.
Gedung besar tempat Rani masuk itu hanyalah salah satu bagian dalam area lembaga antariksa itu. Di sana adalah area penelitian yang begitu luas dengan berbagai tempat penelitian, juga berbagai lapangan.
Sehingga jangan heran, bahkan untuk keluar dari area itu saja, diperlukan kendaraan bermotor, karena apabila hanya berjalan kaki, yang ada menghabiskan banyak waktu.
---
Derry dengan kacamata tebalnya memerhatikan perempuan gempal yang baru hari ini bekerja.
Pria yang memang sudah begitu akrab dengan Dara itu memerhatikan perempuan peneliti yang baru hari ini bekerja itu. Lantas, setelah perkenalan yang dilakukan di kantor tadi, pria yang sudah bertahun-tahun bekerja sebagai peneliti senior itu merasa bingung, kenapa perempuan yang sudah direkomendasikan oleh Dara itu terlihat tidak antusias ketika berada di tempat ini.
Perempuan yang baru pertama kali bekerja itu hanya sibuk melihat alat-alat penelitian yang berada di ruangan dingin itu. Ia sama sekali tidak berbicara tentang hal-hal yang tidak penting, bahkan bisa dibilang ia seperti tidak bertanya ini itu mengenai barang-barang yang ada di sana.
"Kamu Rani, ya?" Tanya Derry ragu-ragu, walaupun tadi sebenarnya ia sudah dikenalkan oleh kepala lembaga ini.
"Iya, aku Rani. Salam kenal. Kamu pasti Derry, kan? Seniorku di sini?" Rani berhenti melihat sekeliling, dan pandangannya terantuk pada pria berkacamata tebal dan berjas lab itu yang kini berdiri di hadapannya.
"Iya, aku Derry. Aku tahu kamu dari Dara. Aku sudah lihat hasil ujian teori kamu, ternyata benar-benar sangat memuaskan." Ucap Derry.
"Pantas saja, kamu langsung keterima di sini, apalagi yang merekomendasikan dirimu itu adalah Dara. Perempuan itu memang sudah sangat terkenal di sini, karena dia seringkali terlibat dalam proyek penelitian di sini. Tapi sayang sekali, semenjak dia memutuskan berhenti menjadi dosen, dia sama sekali tidak menunjukkan batang hidungnya di sini."
"Iya, Dara sangat hebat. Dia tidak hanya cantik, tapi ia sangat cerdas dan pintar mengajar. Dia juga sangat baik, sehingga aku bisa seperti ini karena dia." Rani setuju dengan pernyataan Derry. Rani yang mengingat Dara pun langsung minder dan ia menundukkan kepalanya.
"Jadi kamu sebenarnya perempuan yang dimaksud Dara itu? Perempuan yang dijadikan objek penelitian pendidikannya itu. Yang dia sudah berusaha mewujudkan impianmu itu?"
"Dara sudah bercerita kepadamu?" Rani pun mengangkat kepalanya. Ia sama sekali tidak menyangka Dara bahkan menceritakan dirinya ke orang-orang di lembaga ini.
"Kalau Dara tidak cerita, aku tidak akan memberikan kumpulan soal-soal ujian teori untuk masuk ke lembaga penelitian ini." Lalu Derry memberikan beberapa lembaran berkas ke Rani.
"Jadi orang yang memberikan kumpulan soal, dan mengecek jawabanku itu kamu?" Tanya Rani sambil menerima kumpulan berkas itu untuk diteliti.
"Iya. Dan kamu memang sangat hebat dan sempurna. Jadi sangat wajar ketika aku langsung mau menerimamu sebagai asistenku di sini. Sudah, sekarang kerjakan itu semua. Aku yakin kamu sudah tahu apa yang harus kamu lakukan hari ini."
Beberapa jam pun berlalu, selama itu Rani terlihat begitu fokus dan serius meneliti, ia sama sekali tidak terdistraksi oleh apa yang orang lain lakukan di ruangan yang begitu hening dan serius itu.
Selama itu juga Derry, beberapa kali memerhatikan Rani. Derry sama sekali bingung kenapa Rani terlihat seolah-olah benar-benar sudah terbiasa menggunakan berbagai alat penelitian yang berada di ruangannya ini. Bahkan, Rani sama sekali tidak bertanya apapun ke dirinya.
Dan akhirnya sebelum makan siang akhirnya Rani selesai mengerjakan tugas-tugas yang diberikan Derry. Hasil penelitian yang dilakukan selama kurang lebih 4 jam itu ditulisnya di dalam lembaran berkas yang tadi diberikan seniornya itu. Lalu ia menyerahkan hasilnya ke Derry.
Derry terpukau melihat hasil penelitian Rani yang begitu sempurna, karena ketika mengecek ulang, hasilnya benar-benar sesuai. Dengan tatapan tidak percaya dicampur rasa kagum, pria itu menatap Rani yang masih berdiri kaku di depan mejanya.
"Kamu bisa menguasai berbagai alat-alat dan instrumen itu, dengan begitu lancar? Bahkan sama sekali tidak bertanya kepadaku? Sedangkan hasil penelitianmu ini begitu sempurna dan akurat? Kok bisa?" Tanya Derry yang begitu tidak percaya.
Derry benar-benar yakin kalau Rani ini adalah salah satu aset yang akan sangat berharga di lembaga ini, apabila perempuan itu selalu memperlihatkan kinerjanya yang luar biasa mengagumkan ini.
Mendengar ucapan dari senior nya, Rani lantas membocorkan apa yang telah ia lakukan bersama Dara.
"Sebenarnya, setelah satu Minggu aku dinyatakan lolos ujian teori itu, Dara langsung memberikanku berbagai pembelajaran praktek mengenai penelitian antariksa. Dan selama satu bulan lebih, aku dituntut supaya sudah bisa menguasai semua alat-alat penelitian beserta semua instrumennya itu. Oleh sebab itu, mengapa ketika aku melihat alat-alat di sini, semuanya bagiku sangat familiar. Dan aku sama sekali tidak kesulitan menggunakannya." Terang Rani.
"Dan aku sebenarnya sama sekali tidak menyangka, kalau selama ini aku dijadikan objek penelitian oleh Dara. Penelitian mewujudkan impianku... Dulu..." Ucap Rani. Lantas setelah mengucapkan itu, perempuan itu menghela nafasnya.
"Dulu? Maksudmu dulu kamu pernah ingin mengabdi di lembaga ini?" Pertanyaan Derry dijawab anggukan oleh Rani.
"Iya, sebelum pada akhirnya aku sadar diri dengan nilai akademisku yang tidak sempurna, bahkan aku sampai dikeluarkan dari sekolah karena sebuah kasus penuduhan yang menimpa diriku." Jawab Rani lunglai.
"Bahkan, kalau kamu sudah lihat riwayat hidupku, kamu pasti melihat kalau aku sama sekali tidak lulus SMA, bahkan aku sama sekali tidak merasakan bagaimana rasanya menjadi mahasiswa itu. Karena sebuah penyakit kejiwaan yang membuatku harus menghabiskan 10 tahun ku di rumah sakit jiwa." Derry sama sekali tidak menyangka dengan kisah hidup Rani yang begitu menyedihkan.
"Karena itu, aku tahu kalau masuk ke lembaga ini sangat tidak mudah, mengingat kemampuan para stafnya yang harus setara dengan lulusan S3 Astronomi, dan aku berhenti berharap karena aku merasa aku tidak mungkin bisa masuk ke lembaga ini. Dengan mengingat riwayat hidupku yang begitu gagal di akademis." Rani pun menutup ceritanya.
Derry yang mendengar kisah hidup Rani jadi mengerti bagaimana perasaan Rani. Pantas saja asistennya itu terlihat tidak bersemangat ketika masuk dan bekerja di lembaga ini.
"Sudahlah, Rani. Semuanya sudah berlalu, toh pada akhirnya ketika kamu sudah menyerah dengan kenyataan, justru lucunya hal yang dulu kamu impikan, dan sekarang sudah berusaha kamu lupakan, dia justru yang datang dan mengejar-ngejar kepadamu." Lantas Derry pun berdiri dari tempatnya duduk, dan memberikan lembaran berkas-berkas lainnya pada Rani.
"Hidup memang selucu itu. Jadi terima saja dengan lapang dada. Dan berkas ini, kamu kerjakan seusai istirahat siang" Lanjutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Guratan Kehidupan S2
RomanceBaca Guratan Kehidupan S1 dulu, ya. supaya lebih mengerti alur ceritanya. penyesalan terbesar bagi Dena adalah merebut paksa Rino, dengan berbagai cara, dari pelukan Rani. Walaupun Dena kini sudah berhasil mendapatkan Rino, bahkan seluruh semesta me...