Sopir

3 0 0
                                    

Dini hari itu, waktu sudah menunjukkan pukul lima pagi. Matahari yang sedikit ditutupi embun menambah suasana pagi itu terasa agak dingin.

Nina menuntaskan rasa nafsunya dengan menenggak susu pemberian Don. Nina yang sudah sangat puas menyiksa tubuh suaminya itu kini terasa sangat mengantuk. Layaknya seorang bayi berumur beberapa bulan, Nina mulai tertidur pulas dengan mulutnya yang masih menempel di salah satu puting yang sangat menantang itu milik Don.

Layaknya seorang ibu yang sedang mengeloni anak bayinya, Don kini posisinya sedang tidur-tiduran menghadap istrinya. Ia tersenyum sayang melihat perempuan yang sungguh-sungguh dicintainya itu kini tengah tertidur pulas. Ia mengelusi pelan rambut Nina dan kembali mengecup lembut kening istrinya itu, sebelum akhirnya ia pun melepaskan dirinya dengan pelan-pelan dari pelukan istrinya itu. Ia lalu beranjak meninggalkan tempat tidur dan bersiap-siap untuk meninggalkan pondok tempatnya beristirahat bersama keluarga kecilnya untuk beberapa Minggu ke depan.

---

"Pa. Tumben papa sendiri yang nyiapin sarapan. Mama mana?" Tanya Putra yang sudah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, dan kini putra dan putri tengah duduk di meja makan.

"Mama semalam kecapekan, masih ngantuk. Jadi dia sekarang masih tidur." Lantas Don yang sudah memasak sarapan itu menyediakan makanan tersebut di meja makan.

Putri yang melihat papanya tengah menaruh beberapa makanan itu berinisiatif untuk menyediakan kotak makan untuk mereka bertiga.

"Ah, putri. Papa gak usah disiapin bekal, ya. Papa makan di luar saja." Sahut Don ketika anak gadisnya itu tengah mencari kotak makan satu lagi.

"Lho, tapi kan papa yang bilang kalau lebih sehat makan makanan masakan rumah. Kok papa jajan di luar?" Putri kini sudah tiba di meja makan dengan kedua kotak makan itu. Lalu putra pun mengambil salah satu kotak makan dan menyiapkan bekal untuknya sendiri.

"Iya, karena papa untuk beberapa Minggu gak pulang ke rumah." Don pun menyentuh lembut ujung kepala putri. Putri yang mendengar perkataan ayahnya itu menekuk wajahnya. "Makanya, mama semalam tidak tidur karena bantuin papa menyiapkan semuanya."

Kini putra dan putri yang sudah selesai menyiapkan bekalnya masing-masing kembali duduk di bangkunya masing-masing. Sedangkan Don kini juga duduk di salah satu bangku di meja makan itu dan mereka bertiga sarapan bersama.

"Lalu yang mengerjakan pekerjaan papa selagi papa gak disini siapa?" Tanya putra yang penasaran, di sela-sela acara sarapan itu.

"Nanti papa akan beritahu teman papa yang orang produksi itu. Untuk sementara dia dulu yang pegang. Papa sudah percaya sama dia."

Putra pun mengangguk. Ia tahu persis siapa orang yang ayahnya maksud. Karena memang orang tersebut selalu  menjadi orang kepercayaan ayahnya, mulai dari saat ayahnya tahu kalau ibunya selama ini tinggal di desa ini.

Saat acara sarapan itu selesai, Don dan kedua anaknya berinisiatif untuk membereskan dan membersihkan peralatan makannya masing-masing. Lalu seperti biasa, mereka bertiga bercengkrama sambil bermain-main kecil sambil menunggu teman-temannya putra dan putri datang menjemputnya untuk berangkat sekolah bersama.

---

"Don. Orangku sudah datang menjemputmu." Ucap Ari ketika terhubung dengan sambungan telepon Don.

Don lalu melihat ke luar, ia melihat sebuah mobil hitam dengan kaca hitam itu kini terparkir di depan pondoknya. Penampilan mobil itu tidak menuai perhatian para penduduk desa karena suasana itu sedang membuat mereka semua tengah sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

"Mobil hitam dengan kaca hitam." Ucap Don untuk mengkonfirmasi.

"Iya, itu mobilnya." Jawab Ari membalas konfirmasi itu.

"Baiklah." Lantas Don menutup sambungan itu.

Pria seksi berpakaian kemeja dan celana jeans itu kini membawa tas besarnya dan berjalan keluar pondok. Ia lalu mengunci pondok itu dengan kunci rumah miliknya.

Lantas ketika Don sudah sampai di depan mobil itu, supir berpakaian serba hitam itu keluar dari mobilnya. Ia lalu menghampiri Don.

"Dengan bapak Don?" Tanya pria itu, Don pun mengangguk.

Lantas pria itu mengambil tas besar milik Don dan menaruhnya di bangku belakang. Setelah itu, ia membukakan pintu depan penumpang dan mempersilahkan Don untuk masuk.

Pria itu tanpa berbicara masuk ke dalam mobil, dan sopir itu kini kembali ke bangku pengemudinya.

"Bapak Don?" Tanya pria berpakaian hitam itu.

"Panggil Don saja. Tidak usah pakai embel-embel bapak." Ucap Don. Ia kini kembali terasa kepalanya pusing. Karena jujur saja ia benar-benar belum tidur.

"Anda mengantuk. Apa kita mampir ke kafe sebentar untuk membeli kopi?" Tanya sopir itu sambil pandangannya masih fokus ke jalanan.

"Tidak usah. Aku hanya ingin tidur." Don lalu menyenderkan tubuhnya dan ia ingin tertidur.

"Baiklah. Nanti aku bangunkan ketika kita sudah sampai di tempat tujuan. Ari bilang kalau anda harus tiba di kantor Dena dulu, sebelum kita ke apartemen yang akan disediakan." Jelas sopir itu. Don pun mengangguk.

Kini Don tertidur pulas. Mobil itu kini tengah berada di jalanan macet. Lampu merah membuat kendaraan beroda empat itu berhenti total. Namun waktu yang ditentukan Ari untuk meeting itu masih lama.

Sopir itu menyadari kalau pria yang dijemputnya itu sangat seksi. Suaranya yang dalam, tubuhnya yang sangat berotot atletis dengan warna kulit coklat liat, yang walaupun ditutupi kemeja itu masih sangat terlihat jelas dengan keseksiannya.

Wajahnya yang berbrewokan rapi, dengan sorot matanya yang tajam, hidungnya yang mancung, juga mulutnya yang tebal. Juga rambutnya yang pendek dan berjambul.

Ditambah aroma tubuhnya yang sangat maskulin dan seksi.

Membuat siapapun yang melihat pria yang tertidur pulas itu menjadi begitu bergairah dan ingin melecehkan dan menyiksa pria itu dengan berbagai kekerasan dan pelecehan seksual.

Walaupun sopir itu memang normal, masih menyukai dan bermain-main dengan berbagai wanita liar yang ditemuinya di klub malam, namun aura keseksian yang dipancarkan Don nampaknya akan berhasil membuatnya menjadi pria yang tidak seutuhnya menyukai wanita.

Pria itu tidak tahan dengan godaan yang ditawarkan oleh pria di sampingnya.

Sedangkan kini lampu merah masih bertahan lama.

Pria itu menenggak salivanya. Ia melihat tonjolan yang berada di selangkangan Don yang tertutup oleh celana itu.

Aneh, padahal Don setahunya sama sekali tidak pernah memakai celana dalam, namun kenapa penisnya terlihat sangat jelas?

Lantas, sambil memanfaatkan situasi yang ada, ditambah lagi di mobil ini tidak dipasang alat perekam seperti yang digunakan oleh mobil yang dipakai Jordy, sopir itu dengan ragu-ragu menjalankan aksi liarnya.

Pria itu dengan begitu penasaran mendekatkan salah satu tangannya ke arah tubuh bagian bawah Don. Lalu perlahan-lahan tangan itu mulai masuk ke dalam celana Don.

Di sana, ia benar-benar tahu kalau Don memang tidak memakai celana dalam, tangannya kini berada di daerah alat kelamin Don dan menyentuh penis Don yang ternyata sangat besar itu, padahal saat itu alat kelamin Don tengah tertidur.

Sopir itu takjub merasakan betapa besarnya penis Don. Ia pun yang penasaran semakin dalam memasukkan tangannya ke dalam area pangkal paha Don. Sedangkan kini posisi Don yang tengah mengangkang itu membuatnya semakin mudah menjalankan aksinya.

Pria itu kini mengusap-usap area selangkangan Don, di luar celana Don terlihat area selangkangan pria itu tengah digosok-gosok oleh tangan sopir.

Dan kini bahkan salah satu jari sopir itu menemukan area anus Don dan kini masuk ke dalam area pencernaan pria itu. Bahkan kini dua jari itu masuk dan mulai mengorek-ngorek prostatnya Don.

Namun, tanpa pria itu sadari, Don sebenarnya menyadari dan merasakan apa yang dilakukan sopir itu. Namun ia diam saja dan membiarkan sopir itu melaksanakan aksi bejatnya pada tubuhnya.

Guratan Kehidupan S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang