Malam itu, di lab. Derry selesai membuat surat penerimaan rekrutmen sebagai peneliti di lembaga antariksa. Ia menilai bahwa sosok seseorang bernama Rani itu telah layak menerima pekerjaan ini.
Setelah dua bulan lebih ia tes, Rani yang adalah sosok yang direkomendasikan oleh Dara memang telah terbukti layak uji.
Derry menghela nafas panjang ketika dirinya tengah membaca surat yang akan ditujukan oleh Rani melalui Dara. Kacamatanya yang tebal itu seketika berembun karena cuaca dingin di lab itu.
Setelah selesai melipat surat itu dan memasukkan ke dalam amplop untuk dikirimnya nanti, pria yang masih memakai jas lab itu membuka handphonenya untuk memberikan kabar ini kepada Dara.
Sedangkan di layar handphonenya, Derry kembali tertegun. Sebentar ia menikmati foto Dara yang waktu itu diambilnya diam-diam. Yang saat itu tengah meneliti menggunakan teleskop yang menjadi layar handphonenya.
"Kamu kenapa harus pergi, Dara?" Tanya Derry sendu.
---
"Rino. Aku ada perlu sama kamu." Lagi-lagi Dara mengajak Rino bertemu di ruangan dosen.
Rino sekali lagi merasa gugup, karena semua dosen menatapnya dengan tatapan tajam, tetapi Dara, ia tidak peduli sama sekali dengan kegugupan Rino dan dengan serius menatap Rino.
"Bisa tidak kamu abaikan orang-orang disekitar kita?" Tanya Dara yang sudah sangat ketus dengan keraguan Rino. Ia bahkan sampai tidak habis pikir kenapa nyali Rino sudah menciut, tidak seperti sewaktu SMA dulu.
"Kenapa, Dara. Langsung saja."
Dara lalu memberikan amplop pemberian Derry itu ke Rino. Rino lalu menerima amplop yang masih tersegel itu. Sedangkan di bagian depan amplop tertera lambang dan alamat lembaga antariksa.
"Aku mau kamu memberikan secara langsung kepada Rani." Ucap Dara ketika Rino membelalakkan matanya melihat amplop dari lembaga yang hebat itu.
"Kenapa tidak kamu saja yang berikan, Dara? Bukannya ini urusanmu dengan Rani?"
"Aku Sabtu ini tidak bisa ke flat. Aku ada urusan. Lagi pula, kamu berikan ini ke Rani pada hari ulangtahunnya, ya. Sebagai hadiah ulangtahun dari kita berdua." Ucap Dara. Lalu Dara pun bergegas meninggalkan Rino yang masih terbengong-bengong, yang sama sekali tidak menyangka kalau Dara mampu mewujudkan impian Rani sampai sejauh ini.
Dan lagi-lagi, semua mata di ruangan itu memandangi Dara yang melangkah meninggalkan ruangan dosen itu dengan tatapan terpukau. Namun Dara sama sekali tidak peduli.
"Kamu makin ke sini makin hebat, Dara. Pantas saja hampir semua pria tergila-gila padamu." Ucap Rino dalam hati, sambil wajahnya yang tersenyum terus menatapi amplop surat itu. "Namun malang bagi mereka, dari ribuan pria itu, justru tidak ada satupun yang kamu pilih."
Akhirnya Rino pun juga ikut beranjak, dan meninggalkan ruangan dosen itu.
---
Sedangkan di ruang kepala jurusan, saat ini keadaan begitu sendu dan mengharukan. Dara yang sudah selesai menjalankan misi dan penelitian pengajarannya itu menyerahkan jurnalnya ke pada kepala jurusannya.
"Pak. Ini penelitian terakhirku. Mengenai hasil pendidikan kilat yang kulakukan ke objek yang sama sekali tidak menginjak pendidikan sarjana mengenai ilmu astronomi." Ucap Dara sambil menyerahkan jurnal itu.
Kepala jurusan itu menerima dan membaca poin penting dari jurnal penelitian Dara. Ia begitu tertegun ketika hasil penelitian dari perempuan yang didepannya itu ternyata menuai hasil yang menakjubkan.
"Bagus, Dara. Jadi kesimpulan dari penelitianmu itu, seseorang yang memiliki minat bisa cepat menerima ilmu setinggi mungkin, bahkan dalam waktu singkat, ya."
"Iya, pak. Itu hasil penelitian yang saya peroleh."
Kepala Jurusan itu menutup jurnal yang diterimanya itu dan menaruhnya di atas meja. Tatapan pria paruh baya itu kembali menatap wajah Dara yang tersenyum lebar itu dengan tatapan sendu.
"Omong-omong, kamu beneran mau mengundurkan diri dari kampus ini? Apa kamu tidak mau berpikir dua kali mengenai keputusan besar ini?"
"Aku sudah memikirkan keputusan ini. Lebih dari dua kali, pak. Dan setiap aku memikirkan keputusan ini, dan segala konsekwensinya, aku semakin yakin kalau keputusan ini benar-benar adalah keputusan yang tepat." Ucap Dara sambil tersenyum formal.
"Jurnal penelitian itu, adalah penelitian terakhirku, dan juga sebagai hadiah salam perpisahan dari objek penelitianku. Aku sengaja memilih orang itu, karena walaupun dia tidak mungkin bisa mengikuti program sarjana ini, tapi aku tahu betapa besar minatnya akan ilmu astronomi. Oleh sebab itu, mengapa hasil penelitianku itu begitu memuaskan."
"Dan juga, aku berharap dengan jurnal penelitianku ini, orang-orang yang membacanya bisa tahu kalau mereka sebaiknya tidak berhenti tekun berusaha untuk memperoleh apa yang diinginkannya dalam ilmu pengetahuan."
Lagi-lagi presentasi Dara membuat kepala jurusan itu tertegun. Ia amat sangat menyayangkan seorang hebat dan berharga seperti Dara harus mengundurkan diri dari instansi pendidikan ini.
"Sebaiknya kita melakukan perpisahan kecil-kecilan di sini, ya Dara. Cukup orang-orang jurusan saja yang tahu akan kepergianmu ini. Aku takut kalau nanti para penggemarmu tahu akan pengunduran dirimu ini, mereka akan mengamuk." Perkataan kepala jurusan itu membuat Dara terkekeh.
"Dan yang sudah bapak tahu, di luar sana masih sangat banyak lulusan S3 Astronomi yang sangat bisa menggantikan posisiku saat ini. Ku harap jurusan Astronomi di kampus ini bisa semakin berkembang, ya pak. Dan bisa mencetak berbagai prestasi yang membanggakan." Kata-kata perpisahan Dara berhasil menuai rasa haru bagi Kepala jurusan itu.
---
Setelah selesai melakukan perpisahan kecil-kecilan, dan berkemas untuk meninggalkan kamar kostannya itu, Dara menghubungi seseorang pengusaha sarang madu dan donatur utama untuk tempat mengajarnya nanti.
Dara memutuskan untuk meninggalkan kamar kostan dan kota itu untuk selama-lamanya. Barangkali dia akan mengunjungi setelah beberapa bulan, untuk bersilaturahmi dengan keluarga besarnya.
Dara sudah lama berencana untuk menjadi pengajar pelosok di desa yang mempunyai iklim dan cuaca sangat sejuk itu. Di desa asri tempatnya mengajar nanti. Setelah sebelumnya ia melakukan riset diam-diam mengenai lokasi terpencil tempatnya akan mengajar nantinya.
"Halo." Sapa seorang pria bersuara tenang dan dalam, setelah Dara memanggilnya melalui sambungan dari handphonenya.
"Aku sudah siap, pak Don. Aku sebentar lagi akan berangkat ke sana." Ucap Dara dengan suaranya yang lembut.
"Jangan panggil aku bapak. Umur kita tidak terlampau terlalu jauh." Ucapan Don membuat Dara terkekeh.
"Lagipula, di sini sudah siap. Bangunan sekolah sudah siap, dan tempatmu tinggal nanti sudah tersedia. Para penduduk sudah begitu antusias menanti kehadiranmu." Ucapan Don membuat Dara tersenyum lebar. Dara begitu membayangkan betapa bahagianya dirinya ketika berada di desa yang sangat asri dan terletak dekat dengan hamparan bintang-bintang di malam hari itu.
"Terimakasih, Don atas pemberitahuannya, dan terimakasih karena sudah sukarela menjadi donaturku."
"Sama-sama, Dara. Aku juga berterimakasih, karena orang sehebat dirimu justru ingin mengabdi sebagai pejuang pendidikan di tempat terpencil ini." Lantas Don pun memutuskan sambungan itu. Sedangkan Dara yang dipuji seperti itu merasa sangat senang karena memang di luar sana masih banyak penerus masa depan yang begitu menanti indahnya dunia pendidikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guratan Kehidupan S2
RomansaBaca Guratan Kehidupan S1 dulu, ya. supaya lebih mengerti alur ceritanya. penyesalan terbesar bagi Dena adalah merebut paksa Rino, dengan berbagai cara, dari pelukan Rani. Walaupun Dena kini sudah berhasil mendapatkan Rino, bahkan seluruh semesta me...