Tuas persneling yang bergetar kencang itu sudah dua puluh menit menyiksa bagian prostat Don. Don benar-benar kelelahan sehingga tidak mampu mengerang lagi merasakan alat itu menyiksa bagian paling sensitif nya itu.
Sopir itu melihat Don yang sudah tidak berdaya, sementara itu handphonenya kini bergetar. Ia melihat di layar handphone itu terpampang nama Ari yang sedang berusaha menghubunginya.
"Halo tuan muda?" Sapa sopir itu setelah mengangkat sambungan telepon.
Lantas pria itu setelah beberapa saat melihat jam tangannya. Ia melihat waktu meeting itu lima belas menit lagi akan dimulai.
"Baik, tuan muda. Saya dan Don akan ke sana sebentar lagi." Jawab sopir itu dan lalu mematikan handphonenya. Sopir itu juga mematikan mesin mobil sehingga tuas persneling itu kini berhenti bergetar.
Don kini dapat bernafas lega sambil tetap mempertahankan posisinya yang masih mengangkangi tuas pengatur gigi itu. Lalu sopir itu pun kini mengelusi bagian dalam paha Don yang sudah berkeringat itu.
"Sudah, Don. Untuk sementara penyiksaan ini berakhir dulu. Kita harus segera ke ruang meeting sekarang." Perintah sopir itu. Don pun mengangguk dan ia kini mengambil pakaiannya yang terletak di kursi belakang itu.
Sambil berusaha meredakan rasa sakit di bagian perutnya, Don perlahan-lahan memakai kembali pakaiannya. Hingga ketika ia selesai berpakaian, ia pun sudah tidak lagi merasakan rasa sakitnya.
"Aku sudah siap." Ucap Don yang sambil memasang kancing kemejanya bagian dada.
---
Tidak langsung pergi ke ruang meeting. Don melihat sopir itu tengah menghampiri seseorang. Seseorang berpakaian serba hitam yang sedari tadi diperhatikannya saat proses penyiksaan di area selangkangannya tengah berlangsung.
Sopir dan pria misterius itu terlihat tengah membicarakan hal yang serius sambil sesekali menengok ke arah Don. Don curiga, karena sebenarnya kedua pria itu saling berhubungan. Apalagi saat dirinya tengah mencari tahu soal investor penipu itu, ia sempat menemukan keterlibatan kedua pria itu.
Namun, Don bersikap biasa saja, tidak menunjukkan kecurigaan apapun kepada mereka berdua. Dan setelah beberapa saat mereka selesai berdiskusi, sopir itu kembali berjalan menuju mobil hitam itu dan menghampiri Don.
"Sudah, Don. Sekarang aku antarkan kamu ke ruangan meeting." Ucap sopir itu.
Lantas Don dan sopir itu berjalan meninggalkan area parkir itu. Dan tanpa sopir itu sadari, Don melihat pria misterius itu tersenyum mesum melihat Don. Tatapannya seperti tengah menelanjangi pria berkemeja itu. Namun Don yang memang sudah terbiasa mendapatkan tatapan pelecehan itu bersikap biasa saja dan mengacuhkannya.
--
Don berdiri di depan layar ruangan meeting itu. Sedangkan Ari, Dena, Santi, dan Rino duduk di kursi yang melingkari meja meeting itu.
Sebelumnya, Ari telah memberikan beberapa data yang semalam telah diterima oleh Don kepada Santi. Jadi Santi telah menyiapkan data tersebut saat sebelum meeting dimulai.
"Jadi, ini hasil penelusuran ku selama semalam itu mengenai investor penipu itu." Ucap Don menyelesaikan persentasinya.
Don lalu menatap Dena yang kini terlihat sakit kepala. Ia melihat perempuan itu dengan tatapan datar, ia sangat mengerti bagaimana perasaan perempuan itu karena sebelumnya ia juga pernah menginvestigasi kasus yang serupa.
"Kamu harus berhati-hati, Dena. Keputusanmu kemarin yang memutuskan kerjasama dengan pria itu adalah keputusan yang tepat. Namun yang aku tahu, pria ini sama sekali tidak dapat menerima kekalahannya dengan mudah. Pria ini memang sedari dulu terlalu egois dan selalu mengandalkan berbagai cara licik untuk mendapatkan apa yang ia mau." Papar Don.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guratan Kehidupan S2
RomanceBaca Guratan Kehidupan S1 dulu, ya. supaya lebih mengerti alur ceritanya. penyesalan terbesar bagi Dena adalah merebut paksa Rino, dengan berbagai cara, dari pelukan Rani. Walaupun Dena kini sudah berhasil mendapatkan Rino, bahkan seluruh semesta me...