Dengan menggunakan sebuah mobil box kecil yang disewanya, Dara akhirnya tiba di lokasi desa tempatnya nanti mengajar.
Cuaca yang sejuk di pagi hari, angin yang begitu segar dihirup, pemandangan hijau karena berada di desa yang begitu menjaga ekosistem hutan, juga lokasinya yang begitu dekat dengan gunung berapi aktif.
Cuaca dan suasana desa itu terlihat begitu indah. Dara tidak mampu berhenti tersenyum senang melihat langsung lokasinya tempatnya berpijak saat ini.
Tidak hanya itu, para penduduk yang berpakaian sederhana juga begitu ramah melihat kedatangan Dara, selagi para kurir dan sopir mobil box kecil itu memasukkan barang-barang Dara itu ke dalam pondok yang telah disediakan oleh penduduk itu.
"Don. Lihat, apakah dia orang yang kamu maksud?" Nina yang tengah mengintip dari jendela kamarnya memanggil suaminya yang saat itu baru saja bangun tidur.
Don pun ikut memperhatikan apa yang Nina lihat. Senyum senangnya terukir ketika ia melihat sosok perempuan cantik berkacamata besar itu yang baru saja datang dan menjadi pusat perhatian para penduduk.
"Akhirnya dia datang juga. Ayo kita sambut, sayang." Ucap Don yang sambil memeluk pinggang Nina.
"Setidaknya berpakaian dulu. baru kita ke sana. Cepat sana mandi lalu berpakaian. Aku penasaran sama dia." Nina melepaskan pelukannya dari suaminya itu. Lalu Don pun mengecup ujung kepala Nina dan beranjak dari tempat tidur untuk bersiap-siap.
---
Tidak terasa hari akhirnya berganti malam. Dara seharian ini benar-benar sangat puas menikmati setiap sisi dari desa tempatnya tinggal dan mengajar ini.
Dara begitu puas setelah seharian ini mendapatkan tur keliling desa ini berkat bantuan Don dan Nina. Selain ia melihat-lihat sekolah sederhana tempatnya mengajar nanti, ia juga diperkenalkan oleh para guru pengajar yang berada di sana. Dan ternyata para guru itu adalah teman-temannya saat SMA dulu yang memang terkenal sebagai trio populer. Iya, Dion, Doni, dan Roni. Ternyata selama ini mereka telah mengabdi di sekolah itu semenjak sekolah itu baru dibangun.
Di sana juga Dara melihat tempat peternakan sarang madu, yang dimana itu adalah mata pencaharian penduduk di desa itu. Bahkan ternyata di desa itu lah tempat peternakan sarang madu yang sudah terkenal akan kualitasnya sampai ke luar negeri.
Bahkan, Dara pun juga menikmati sampel hasil olahan sarang madu itu, yang ternyata rasanya sangat manis dan nikmat itu.
Perempuan cantik yang kini pakaiannya berubah menjadi pakaian santai itu kini duduk di teras pondoknya. Ia begitu menikmati pemandangan alam di malam hari yang terlihat begitu dekat dengan langit.
Dara tertegun dan kemudian tersenyum senang. Ia kagum dengan pemandangan bintang-bintang yang menghiasi langit malam itu. Jujur saja, semenjak 9 tahun ia begitu mendalami ilmu astronomi, Dara sama sekali tidak tertarik untuk mencoba menikmati pemandangan langit di malam hari.
Namun, ketika ia melihat langit malam yang begitu indahnya, ia pun menjadi mengerti, mengapa Rani begitu mencintai ilmu astronomi. Ternyata memang benar apa kata mentee nya itu. Langit itu sesungguhnya memang sangat indah, apabila hanya sekedar dinikmati.
Hanya suara jangkrik yang terdengar di malam yang teduh itu. Dara duduk dari bangkunya dan masuk sebentar ke dalam pondoknya. Ia lalu keluar lagi ke teras sambil membawa foto Dika dan pemantik api.
Dara memandangi lagi foto Dika yang saat itu diam-diam telah ia ambil. Sesaat Dara begitu berat, hatinya bergejolak untuk tetap berusaha mengingat pria di foto itu di hatinya saja. Namun kali ini logikanya yang kini sudah memberontak.
Logikanya kali ini menang dalam perdebatan dengan sang hati. Dara tahu, bahwa ia tidak etis ketika masih mengharapkan suami orang lain. Apalagi reputasinya sebagai seorang tenaga pengajar, seharusnya dirinya bisa memberikan contoh yang baik bagi anak didik dan lingkungan di sekitarnya.
Dara pun mengangkat foto itu supaya menghadap jelas di matanya. Lalu tangannya yang satu lagi menyalakan pemantik api yang sedari tadi dipegangnya.
"Ku harap kali ini aku bisa melupakanmu, Dika." Sambil tersenyum Dara membakar foto itu. Hingga akhirnya foto tersebut berubah sepenuhnya menjadi abu dan tertiup, hilang karena dibawa angin.
---
Walaupun sudah berusaha ditutupi sedemikian rupa oleh jurusan, namun berita mengenai pengunduran diri Dara akhirnya mencuat juga ke publik. Terutama bagi seluruh sudut di kampus itu.
Kabar mengejutkan itu mendadak menjadi trending topik di kampus tersebut. Terutama bagi para penggemar Dara yang seratus persen adalah para pria kesepian dan populasi mereka adalah lebih dari 70% pria di kampus tersebut.
Tidak hanya para dosen muda, para mahasiswa kesepian itu juga sangat heboh dengan berita mengejutkan itu. Bahkan secara tidak tertulis, hari itu dinobatkan sebagai hari patah hati satu kampus.
Tentu saja, kini meja Dara yang biasanya penuh dengan hadiah-hadiah manis, kini menjadi kosong. Dan Rino, yang adalah satu-satunya pria yang mendapatkan kesempatan emas bisa bergaul dengan Dara kini menjadi bulan-bulanan para dosen muda dan mahasiswa itu.
Tatapan setiap pria kesepian yang ditemuinya itu begitu membuat Rino semakin tidak merasa tenang. Tatapan tajam yang selalu ditemuinya membuatnya merasa sangat tidak enak. Bulu romanya berdiri dan keringat dingin bercucuran.
Bahkan ketika mengajar, ada beberapa mahasiswa nya yang adalah penggemar Dara juga begitu sinis dan tajam memerhatikan Rino. Namun, Rino yang harus bersikap profesional tidak menunjukkan ketakutannya itu di depan para anak didiknya.
BRAK
Rino yang duduk di salah satu tempat di ruangan dosen itu menatap pria yang memukul mejanya.
Salah satu dosen muda yang menggertaknya itu duduk di depan Rino. Rino yang memang sudah selesai mengecek tugas para mahasiswanya itu segera merapikan kumpulan kertas-kertas itu.
"Ada apa?" Tanya Rino yang berusaha bersikap tenang.
"Kamu kemanakan Dara? Kenapa dia tiba-tiba mengundurkan diri, hah?" Tanya pria itu dengan intonasi suaranya yang dibuat pelan dan penuh penekanan.
"Jujur, aku tidak tahu. Aku benar-benar tidak tahu kenapa Dara tiba-tiba mengundurkan diri."
"Jangan bohong! Kamu selama beberapa bulan ini kami lihat terlalu dekat dengan Dara. Masa kamu tidak tahu alasan dia tiba-tiba mengundurkan diri? Dan kamu juga tidak tahu dia menghilang ke mana?"
"Dara sama sekali tidak cerita ke aku." Ucap Rino yang benar-benar sudah sangat letih dengan pertanyaan yang sama yang sudah ia terima lebih dari sepuluh kali dalam hari ini.
"Kalau begitu? Kenapa kalian bisa dekat, hah? Apalagi kamu mengaku sudah punya kekasih. Tidak mungkin kamu berusaha membuat Dara jadi orang keduamu itu."
"Hei, aku tidak segila itu." Ucap Rino setelah menghembuskan nafas panjang. "Aku selama ini dekat dengan Dara untuk membantu penelitian jurnal pendidikannya itu. Tidak lebih. Apalagi aku juga bukan salah satu penggemar Dara. Aku tidak seperti kalian." Rino yang sudah sangat jengah langsung beranjak dan pergi meninggalkan ruangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guratan Kehidupan S2
RomanceBaca Guratan Kehidupan S1 dulu, ya. supaya lebih mengerti alur ceritanya. penyesalan terbesar bagi Dena adalah merebut paksa Rino, dengan berbagai cara, dari pelukan Rani. Walaupun Dena kini sudah berhasil mendapatkan Rino, bahkan seluruh semesta me...