Rani Sembuh

3 0 0
                                    

Kesibukan Rino semakin hari semakin menjadi. Semenjak menjadi dosen tetap dan mengikuti program beasiswa ke jenjang lebih tinggi, Rino setiap hari selalu disibukan dengan permasalahan pendidikan.

Bahkan, tiada hari tanpa mengurusi soal matematika. Baik itu untuk sekedar mengajar, belajar, bahkan sampai harus membuat jurnal hasil penelitiannya.

Bahkan, walaupun hari minggu pun, ia masih disibukkan dengan dunia pendidikan yang digelutinya itu. Sedangkan waktunya untuk bergaul bersama Dea, Dewi, Dika dan Rio pun ia sudah tidak mempunyai waktu lagi.

Kini keempat temannya Rino itu sudah resmi lulus S1 MIPA. Dan mereka berempat juga sudah semakin sibuk dengan urusannya masing-masing.

---

Walaupun begitu, di tengah-tengah kesibukannya yang semakin menumpuk. Rino rupanya masih tidak melupakan sosok Rani yang sampai saat ini masih menjalani pengobatannya di rumah sakit Jiwa. Rino kalau mempunyai waktu senggang, ia selalu mengunjungi sosok yang sangat dicintainya itu dan kembali mendongeng sambil menatapi langit biru di bangku taman , seperti biasanya ia lakukan ketika sedang berkunjung.

Bahkan, saking mencintai Rani, Rino ketika kepalanya sedang pusing karena otaknya yang selalu diforsir itu, ia selalu menghibur dirinya dengan memandangi foto Rani yang diam-diam diambilnya itu. Foto yang berada di sebuah bingkai kecil yang terletak di meja kerjanya.

Hingga ketika ia saking sibuk dengan dunianya itu, Rino bahkan sampai tidak begitu memperhatikan kesehatannya sendiri. Ia menyadari kalau sekarang tubuhnya merasa kurang enak, namun dirinya mengabaikan itu dan tetap berangkat ke kampus untuk mengajar dan berkuliah S3 nya.

"Kamu yakin mau ke kampus sekarang, Rino?" Tanya Dika saat melihat sosok Rino yang kini wajahnya berubah menjadi berwarna  kuning, dengan bibirnya yang putih.

"Aku hari ini ada kelas. Kenapa memangnya?" Tanya Rino yang sudah berpakaian lengkap dan sudah duduk di meja makan.

"Kamu ini." Dika pun menghela nafasnya. "Kamu sadar tidak kalau tubuhmu sekarang sedang kurang enak. Sebaiknya kamu beristirahat dulu. Kasihan nanti mahasiswa kamu."

Dea pun menghampiri Rino. Ia lalu menempelkan punggung tangannya ke dahi Rino.

"Kamu yakin mau ke kampus sekarang? Badan kamu panas banget, lho. Pasti karena kecapekan, ya?" Tanya Dea sambil tersenyum.

"Kamu itu hampir tiap saat diforsir otakmu. Sampai-sampai rasanya ia kurang beristirahat. Setidaknya kamu pakai vitamin otak dong Rino. Kasihan." Tegur Rio.

"Dulu, kamu waktu jadi mentor Rani, kamu selalu mengingatkan dia supaya  jangan terlalu diforsir, bahkan kamu sampai membelikannya vitamin otak. Bahkan waktu kamu jadi mentor aku, kamu juga melakukan hal yang sama. Sekarang coba, dong kamu praktekan ke diri kamu sendiri. Kamu hari ini istirahat saja, ya." Tegur Dika.

Teguran Dika lagi-lagi mengingatkan dirinya akan Rani. Ia masih sangat ingat ketika dirinya sampai menegur Rani yang waktu itu terlalu keras memforsir otaknya untuk belajar. Bahkan sampai-sampai dia rela mampir ke apotik untuk membelikan vitamin otak terbaik untuk Rani.

Mendengar teguran Dika, Rino pun kembali tersenyum. Ia lalu kembali ke kamarnya untuk beristirahat total seharian penuh.

Setelah melepaskan seluruh pakaiannya, Rino yang ingin tidur seharian penuh itu sebelumnya berkirim pesan kepada pihak Fakultas supaya minta ijin istirahat karena sedang sakit.

Lalu ia pun mengambil bingkai foto yang terpajang di meja kerjanya dan lalu membawanya ke tempat tidurnya.

Selagi berusaha untuk terlelap, Rino yang kini sudah berselimut itu terus memandangi foto Rani. Lantas lama kelamaan Rino pun tertidur pulas sambil tetap memeluk bingkai foto itu.

Guratan Kehidupan S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang