Malam itu, udara dingin segar tengah membuat cuaca sejuk di desa. Waktu sudah cukup larut sehingga putra dan putri seusai makan malam dan mengerjakan PR kini tengah tertidur pulas di kamarnya masing-masing.
Di sebuah kamar di pondok yang sama, Don yang kini tubuh bagian bawahnya hanya ditutupi selimut tengah membaringkan kepalanya di atas paha Nina. Sedangkan Nina masih terlihat serius dengan ponselnya.
Sambil merebahkan kepalanya di atas paha Nina, salah satu tangan Don tengah asik memencet-mencet lemak di dagu Nina. Sedangkan tatapannya masih begitu terpukau dengan wajah Nina yang terlihat semakin menggemaskan karena pipinya yang tembam.
"Don berhenti menggangguku." Ucap Nina sambil kedua tangannya masih sibuk memegang handphonenya.
"Tidak mau. Sebelum kamu selesai dengan handphone mu itu. Aku akan terus mengganggu lemak di wajahmu itu." Jawa Don datar dan kini tangan satunya semakin asik mencubit pipi tembam Nina.
Nina yang semakin risih kini berhenti memainkan handphonenya. Ia kesal dengan kelakuan Don yang terus menganggunya.
"Cukup, Don!" Pekik Nina. Kini Don mengambil handphone Nina.
"Kembalikan handphoneku! Aku belum selesai." Nina berusaha meraih handphonenya, namun Don tidak mau melepaskannya. Kini sambil tetap memegang handphone istrinya itu, Don kini memeluk area pinggang Nina dan menenggelamkan kepalanya di area perut istrinya itu.
"Kamu bermain handphone terus. Terus aku kapan diurusnya?" Protes Don sedangkan kini kepalanya menggesekkan perut buncit Nina yang membuat perempuan itu kegelian.
"Don. Udah, dong. Kamu sudah jadi bapak-bapak kenapa kelakuannya justru kayak gini, sih?" Nina semakin kesal dengan Don.
Lantas Don pun sambil tetap berbaring menghadapkan wajahnya ke arah wajah Nina. Lalu tangannya yang sedari tadi memegang handphone Nina itu kini dimasukkannya ke dalam selimut.
"Baiklah sayang. Kamu boleh ambil handphonemu. Atau mungkin kamu yang menaruhnya di tempat khusus rahasiamu itu." Ucap Don sambil tersenyum mesum.
"Astaga, Don." Wajah Nina memelas. Ia tahu persis tempat persembunyian apa yang dimaksud oleh Don.
Nina pun menuruti permintaan Don. Ia kini mencoba memasukkan handphonenya ke dalam tubuh Don. Namun posisi Don membuatnya kesulitan.
Don pun mengerti. Ia lantas menyibakkan selimut yang sedari tadi menutupi tubuhnya yang telanjang bulat. Dan kini ia mengubah posisinya menjadi telentang, dan mengangkat lebar-lebar ke atas kedua kakinya, dan kini lubang anus Don terlihat dengan sempurna di hadapan Nina.
Sekarang masukkan handphone itu di tempatnya sekarang. Ucap Don dengan suaranya yang dibuat dalam dan lembut sehingga terdengar seksi. Sedangkan tatapan Don menjadi tajam ke arah Nina sehingga Nina menjadi bernafsu untuk menyiksa tubuh suaminya itu.
Lantas Nina pun menggesek-gesekkan ujung handphone itu ke bibir lubang anus Don. Dan kemudian secara perlahan-lahan handphone Nina masuk ke dalam lubang anus Don. Selama proses itu Don merintih kesakitan dan ekspresi wajahnya terlihat kesakitan. Namun karena ekspresi itu membuat Don terlihat semakin seksi, Nina semakin dalam memasukkan handphonenya hingga kini benda pipih itu bersarang di dalam rektum Don.
Bahkan, Nina yang begitu gemas dengan wajah dan tubuh seksi Don kini asik memainkan tangannya di dalam rektum Don sehingga Don menggeliat kesakitan.
Setelah puas menyiksa bagian dalam area pencernaan Don, Nina pun tersadar ketika melihat Don yang dengan mata sayunya ngos-ngosan. Pria bertelanjang bulat itu menatap Nina dengan mata yang hampir terpejam karena rasa tidak nyaman yang kini dialaminya.
"Don." Nina merasa tidak enak karena tadi sudah cukup brutal menyiksa lubang anus dan rektum Don.
"Tidak apa-apa. Toh aku juga sudah berprinsip kalau bagian selangkanganku hanya dirimu yang boleh menyiksanya. Jadi kamu tidak usah minta maaf." Don pun mencoba bangun sambil dengan posisinya yang mengangkang itu. Ia lalu mengusap-usap kepala Nina.
"Sekarang kamu urus aku, ya? Kamu sudah punya waktu, kan untukku?" Pinta Don. Nina pun menghela nafas karena memang ini tujuan suaminya itu.
Lantas Don pun duduk bersandar di ujung tempat tidur, ia lalu memeluk tubuh Nina yang berada di depannya. Nina dibuat duduk bersandar di dada Don sehingga Don semakin leluasa memeluk istrinya dari belakang.
Don merasa sangat nyaman dengan posisinya saat ini sehingga ia sebentar lagi merasa kantuk. Namun keromantisan di malam itu terbuyar ketika suara pesan di handphone Don berbunyi.
Don yang sedang dalam posisi nyamannya enggan melepaskan pelukannya terhadap Nina dan kini masih asik menyandarkan kepalanya di punggung Nina yang berlemak itu. Lantas Nina pun mengambil handphone Don yang terletak di nakas samping tempat tidur.
"Don. Ini dari Ari. Ari ada kirim pesan?" Lapor Nina ketika ia melihat layar handphone Don.
Lantas rasa kantuk Don berubah menjadi penasaran. Ia lalu menerima handphone itu dan ingin membuka pesan tersebut.
"Sudah, Don. Aku mau tidur." Nina menvoba melepaskan diri, namun Don tidak mau melepaskan Nina.
Sambil memeluk Nina bak sebuah boneka raksasa, Don membuka pesan tersebut, dan otomatis Nina juga membaca pesan yang dibaca Don itu.
"Dia memintaku mencaritahu tentang transaksi ini?" Tanya Don pelan.
"Kamu bisa mencaritahunya?" Tanya Nina.
"Aku bisa saja." Lantas Don menutup kembali pesan tersebut dan mematikan handphonenya. "Namun untuk apa? Toh itu tidak ada hubungannya denganmu dan keluarga kecil kita." Don kembali menenggelamkan kepalanya di punggung Nina.
"Don. Tidak boleh begitu. Mungkin saja mereka ada perlu dengan itu." Nina berusaha melepaskan pelukannya dari Don. Namun Don semakin mempererat pelukannya.
"Waktu itu sudah berlalu, Nina. Aku tidak mau terjebak dan mencari tahu informasi itu lagi. Aku tidak mau ada sesuatu yang terlibat lagi denganmu. Cukup waktu itu saja. Itu, pun aku hampir kehilanganmu." Don pun matanya berubah menjadi sendu. Ia benar-benar tidak mau kehilangan perempuan yang sungguh-sungguh ia cintai dan kini berada dipelukannya saat ini.
"Don. Aku tidak mungkin terlibat dengan semua ini. Kamu tahu, kan posisi ku dan putra juga putri sudah aman karena banyak yang melindungi." Nina lalu mengelusi tangan Don yang semakin memeluknya erat.
"Aku tidak mau kamu berubah menjadi sosok yang tidak peduli dan jahat. Kamu tahu, bukan kenapa dulu, dan sekarang aku mau denganmu? Itu karena kamu yang aku tahu sangat baik, dan berusaha menolong juga melindungi orang baik. Barangkali pria itu yang Ari suruh cari tahu adalah orang jahat yang saat ini tengah mengganggu dan menjahati orang baik. Aku mau kamu masih menjadi Don yang aku kenal."
Don terdiam mendengar perkataan Nina. Ia lalu mencium dengan sangat lembut dan lama ujung kepala Nina.
"Tapi kamu tidak meninggalkanku dan tetap percaya padaku, bukan? Walaupun nanti aku akan berpisah dengan keluarga kecil kita dengan waktu yang tidak ditentukan?"
"Aku tidak akan meninggalkanmu."
"Baiklah, sayang." Don lalu melepaskan pelukannya dari Nina. "Kamu tidur, ya. Biar aku cari tahu pria ini."
Nina pun menuruti dan langsung merebahkan posisinya menjadi tidur. Don pun menyelimuti tubuh Nina dengan selimut, dan ia masih dalam keadaan telanjang bulat membuka laptopnya di meja kerja, dan membuka darkweb untuk mencari tahu pria itu dan riwayat transaksinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/342876422-288-k307784.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Guratan Kehidupan S2
Storie d'amoreBaca Guratan Kehidupan S1 dulu, ya. supaya lebih mengerti alur ceritanya. penyesalan terbesar bagi Dena adalah merebut paksa Rino, dengan berbagai cara, dari pelukan Rani. Walaupun Dena kini sudah berhasil mendapatkan Rino, bahkan seluruh semesta me...