Dengan berakhirnya diskusi keluarga itu, Don telah mengabulkan janjinya ke Nina untuk memutuskan hubungan komunikasi itu.
Siang ini, keluarga kecil Don itu kini tengah tidur siang di kamarnya masing-masing. Don tersenyum sayang melihat mereka semua yang ternyata sedang baik-baik saja selama video call tadi.
Don ingin tidur siang juga. Ia sebenarnya masih merindukan keluarga kecilnya itu. Namun, ia harus menunggu sore tiba supaya bisa melakukan video call lagi.
Pria yang masih berbaring di ranjang pasien itu berusaha memejamkan mata, namun tiba-tiba ia memikirikan sesuatu. Lantas pria itu pun membuka matanya lagi.
Don teringat pada saat awal video call tadi, mata Nina terlihat sembab seperti habis menangis. Don penasaran, apa yang membuat perempuan tercintanya itu tadi pagi sempat merasa sedih.
Lantas, handphone yang tadi bertengger di nakas itu ia raih. Dengan menggunakan handphone miliknya itu, Don melacak isi handphone Nina. Lalu ia membaca isi chat yang ada di aplikasi komunikasi milik istrinya itu.
Dari pesan-pesan yang diterima, tidak ada sesuatu yang aneh yang membuat istrinya terlihat sedih. Hanya informasi soal sekolah putra dan putri, cara mengoperasikan komputer dari orang-orang di kantor Don. Dan kabar dari para tetangga.
Namun, ada beberapa pesan yang dikirimkan dari kakaknya Nina. Don penasaran. Ia lantas membuka isi chat itu yang sudah berlangsung selama tiga hari itu.
Don membaca isi chat itu. Dan pria itu mengerti kenapa Nina menjadi sangat sedih. Jujur saja, Don juga merasa sangat sedih dengan kelakuan kakak dari istrinya itu. Ternyata perempuan yang terlihat jauh lebih cantik dari Nina itu masih terlalu terobsesi pada tubuh Don.
Di sana, bahkan perempuan itu memaksa Nina untuk menceraikan Don, karena selama tiga hari itu suami dari Nina menghilang tanpa kabar. Karena itu, Nina dicap sebagai seseorang yang tidak becus mengurus Don. Bahkan kakaknya itu berusaha dengan sangat kasar supaya Nina pergi menjauhi Don supaya perempuan itu dapat memiliki dan menikmati tubuh Don.
Lantas, Don pun menutup aplikasi tersebut dan mengubahnya kembali ke ponselnya. Ia nampaknya harus memberikan teguran halus supaya kakak iparnya itu berhenti mengganggu keluarga kecilnya.
"Halo, kak." Sapa Don ketika melakukan sambungan telepon ke kakaknya Nina itu.
"D... Don?" Ucap kakaknya Nina tergagap-gagap di sambungan tersebut.
"Kakak apa kabar? Bagaimana keluarga kecil kakak?" Tanya Don dengan suara pelan dan dalam. Sehingga Perempuan yang berada di sambungan itu hatinya begitu menderu.
Kakaknya Nina yang berada di sana sama sekali tidak menyangka. Pria seksi yang menjadi obsesinya yang sudah menghilang selama tiga hari itu kini tengah berkomunikasi dengannya.
"B... Baik." Jawab kakaknya Nina tergagap-gagap. Saat ini tangannya yang Tremor karena sambungan dan suara dari pria seksi itu mendadak berhenti menyentuh keyboard komputer.
Kakaknya Nina kini hatinya tengah berbunga-bunga. Ia kemudian kembali bernafsu dan membayangkan imajinasi liar dengan selangkangan pria idolanya itu.
"Kakak kenapa jawabnya tergagap-gagap gitu? Apa ada yang salah?" Tanya Don yang kini masih berwajah datar.
"Kamu menghilang ke mana saja, Don?" Lantas suara kakaknya Nina memelan ketika beberapa pasang mata dari para penggemar Don itu melirik ke arah kakaknya Nina dengan wajah penasaran. "Aku rindu kamu, kamu merindukan kamu." Ucap kakaknya Nina dengan nada pelan dan sensual.
Suara yang dibuat sensual dan seseksi mungkin itu sama sekali tidak membuat hati Don berdesir. Ia sudah seringkali, bahkan selama menghilang tiga hari tadi ia selalu mendapatkan pelecehan seksual seperti ini.
"Kakak dan mereka semua merindukanku? Atau merindukan tubuhku?" Tanya Don datar. Kakaknya Nina pun menjadi gugup ketika mendengar pertanyaan Don.
"Don? Tentu saja kami merindukanmu. Kami ingin bisa dekat denganmu. Kami sama sekali tidak mau tubuhmu itu dikuasai oleh seorang Nina yang jelas-jelas tidak berguna itu. Aku bahkan bisa memberikanmu segalanya yang kamu mau. Asalkan kamu mau menjadi milikku." Ucap Kakaknya Nina yang berusaha memberikan tawaran menggiurkan ke Don supaya pria yang selalu membuatnya bernafsu liar itu meninggalkan adiknya.
"Kak. Kalau kakak menawarkan semua itu kepadaku, lantas apa bedanya kakak dengan mereka semua?" Tanya Don.
"Aku? Aku jelas berbeda! Belum tentu mereka bisa memberikan semuanya yang kamu inginkan. Kemewahan, hidup layak, dan apapun itu. Apalagi Nina yang hanya seorang ibu rumah tangga. Dan tidak berpenghasilan itu." Ucap Kakaknya Nina yang tidak lupa masih merendahkan adiknya itu.
"Kak. Sudah cukup. Bukan hanya kakak yang menawarkan segala kemewahan itu. Bahkan banyak orang di luar sana yang memang mampu memberikanku lebih banyak kemewahan jika aku mau menjadi budak seksnya selamanya. Tapi untuk apa, kak?" Ucap Don tegas. Kakaknya Nina sama sekali tidak bisa berkata-kata.
"Lantas apa yang kamu dapatkan dari perempuan gendut, jelek, bodoh, dan tidak berguna itu? Jelas-jelas banyak perempuan yang jauh lebih baik dan lebih sempurna daripada perempuan itu. Seperti aku contohnya. Bahkan aku bisa memberikan jauh lebih baik kepadamu daripada perempuan itu." Ucap kakaknya Nina yang kukuh, setelah beberapa saat terdiam.
"Kak. Ingat keluargamu. Kakak sudah menikah. Jangan kakak nodai pernikahan kakak dengan orang ketiga. Apalagi orang ketiga itu adalah adik ipar sendiri. Dan apalagi kakak mengejarku hanya karena nafsu bejat semata." Ucap Don tegas.
"Tapi aku yakin. Hubungan ini tidak akan membuat keluarga kecilku hancur. Kita bisa melakukan ini di belakang suamiku. Kita bisa melakukannya di hotel, seperti waktu itu." Ucap kakaknya Nina yang terkesan murahan bagi Don. Perempuan itu mengucapkannya tanpa ragu-ragu dengan suara yang dipelankan, sehingga tidak ada yang mendengarnya.
"Tidak, kak. Kakak jangan terlihat murahan seperti itu. Kakak cukup saat itu saja menikmati dan melecehkan selangkanganku. Mulai aku menikah dan menjadi milik Nina. Aku tidak mau seorangpun menikmati selangkanganku selain Nina. Hanya Nina seorang yang boleh melakukannya kapanpun ia mau." Ucap Don tegas.
"Dan soal kemewahan itu. Tentang Kakak bilang akan memberikan segalanya asalkan aku bersedia meninggalkan Nina dan keluarga kecilnya dan menjadi milik kakak. Aku jelas-jelas dengan tegas menolak. Aku tidak akan melepaskan Nina, tidak akan meninggalkan Nina, dan tidak akan berpisah dan pergi dari Nina dan keluarga kecilku yang sudah kuarungi selama hampir sepuluh tahun ini bersama istriku." Ucap pria itu lagi.
"Bagiku. Kemewahan bukanlah mengenai barang dan harta benda, kak. Aku tidak masalah mempunyai istri yang gendut, jelek, bodoh dan tidak berguna seperti yang kakak bilang mengenai Nina barusan. Tapi. Bagiku Nina adalah hal yang sangat berharga dan tidak dapat digantikan dengan apapun."
"Kak. Nina sudah sangat bahagia dengan apa yang dia punya saat ini. Aku juga sangat bahagia dengan Nina yang telah menjadi istriku, dan Putra juga Putri yang sudah menjadi anak-anakku. Jadi tolong, kak. Untuk terakhir kalinya, berhenti mengganggu keluarga kecilku. Apalagi untuk merebutku dari keluarga kecilku hanya untuk memuaskan nafsu bejat kakak." Ucap Don sebelum akhirnya ia menutup sambungan itu secara sepihak.
Lantas, setelah sambungan telepon itu. Don kembali melihat wallpaper foto di handphonenya. Ia kembali melihat foto keluarga kecilnya yang terlihat sangat bahagia itu.
"Sampai kapanpun. Aku tidak akan meninggalkan kalian. Aku sangat mencintai kalian. Kalian lebih berharga daripada apapun." Ucap Don sambil mengelus-elus wallpaper itu
KAMU SEDANG MEMBACA
Guratan Kehidupan S2
RomantikBaca Guratan Kehidupan S1 dulu, ya. supaya lebih mengerti alur ceritanya. penyesalan terbesar bagi Dena adalah merebut paksa Rino, dengan berbagai cara, dari pelukan Rani. Walaupun Dena kini sudah berhasil mendapatkan Rino, bahkan seluruh semesta me...